Attakhallii
Membersihkan diri dari shifat2 yang tercela (kotoran2hati)
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
ü×øæ÷ÆùtüÙùËüC÷ÜûùÛùYüÆ ÷ÛùÕCúnüêùU÷Â÷×û÷Ú÷æ÷YùÆ D÷ÙE÷m÷küj÷¿÷Æ÷Ü
÷ØüÜønù¡üMøé÷Ë þÛøêü±÷C
ü×øæ÷ÆC÷ÜD÷æùL ÷ØüÝøæ÷¿ü»÷é ÷Ë þKüÝøÇø¾
üÔD÷²@üÙ ÷ËüD÷Â÷Äùðÿ÷ÆøC ÷ØüÝ@ø²÷Öüs÷é÷Ë
þØC÷k÷C ü×øæ÷Æ÷Ü , D÷æùL
(179-¹Cn±ËC)÷ØüÝøÇù»÷·üÆCø×øå
÷Äùðÿ÷ÆøC,ûøÈ÷¤Cü×øåüÈ÷L
Firman Allah saw, didalam
al-quranul kariim : walaqad dzara’na
lijahannama katsiran minaljinni wal-insi lahum quluubun laa yafqahuuna biha
walahum ‘ayuunun laa yabshiruuna biha, walahum adzanun laa yasma’uuna biha,
ulaa-ika kal-an’ami bal hum a’dhallu, ulaa-ika humul ghafiluuna
(al-‘imran-179), artinya : dan
sesungguhnya telah kami anjurkan untuk isii neraka jahanam itu kebanyakan dari (jin dan manusia)
bagi mreka itu diperlengkapi dengan (hati) yang tiada mereka pergunakan hatinya itu
untuk memahami (mengingat)
Allah-bagi mereka itu diberi mata, tiada dipergunakan matanya itu untuk melihat
segala dalil ke agungan/kekuasaan Allah, bagi mereka diberi telinga yang tiada
mereka pergunakan pendengarannya itu untuk mendengar kalamullah, mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka terlebih sesat lagi, mereka itulah yang (lali)
daripada mempertuhankan Allah,
Orang lali daripada mengingat
allah karena lebih banyak mengabdi kepada kehendak (hawa nafsunya sendiri) dihukumkan sebagai mempertuhankan (hawa nafsunya) sebagaimana yang
disinggung dalam firman Allah : …
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
(43-ØD¾n»ÆC) øç÷Ù|Ý÷å
øç÷æ÷|ÆùC÷l÷gû÷PC ùÛ÷Õ ÷Rüé÷ô÷m÷C
Ara-aital manittakhadza ilahahu hawaahu (al-furqan-43), artinya :
adakah engkau melihat orang yang mentuhankan hawa nafsu sendiri?
Bertolak pangkal dari kandungan
ayat-ayat tersebutlah maka wajib kita membersihkan diri kita dari segala
kotoran (hawa nafsu) yaitu segala
shifat madzmumah, jangan sampai diri kita menjadi ‘abdinya (hambanya hawa nafsu),
Adapun shifat-shifat tercela
mengotori jiwa manusia itu terutama ialah:(hasad)=Iri
hati-(haqad)=dengki-benci-dendam (su-uzhani)=buruk
sangka-takabur-sombong-(‘Ujub)=merasa
lebih sempurna dari orang lain,(riya)=mempamerkankelebihandiri,(sum’ah)=cara2nama/kemasyhuran,(bukhul)=kikir-(hubbulmali)=cintakebandaan,(tafakh-khuru)=berbanggadiri,(ghadhabun)=marah,(ghiibatun)=mengumpat,(namimah)=mengumpat,(kidzibun)=berdusta,(hiyanatun)=hiyanat,(nipaqun)=munafiq,(musyrikun)=syirik,(mempertuhankan selain allah),…hubbuddunya….Gila keduniaan/kedudukan, …hubbusy-syahwat…gemar
nafsu ke-inginan, (fitnah)=memburukka
orang lain, (tsabahatun)=panjangtangan,(mencuri),-(tama’)=rakus,(ghabinatun)=tipudaya,(ghabwatun)=lali-(ta’ashab)=pasek diri,(quwwalatun)=banyak
bicara,dan lain-lain seperti itu,
Aapun shifat-shifat yang tercela
pada (ma’shiat) zhahir ialah :
segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anggauta –anggauta badan manusia
yang merusak orang atau diri sendiri hingga membawa pengerbanan banda- pikiran
dan perasaan dan ma’shiat zhahir itu melahirkan kejahatan-kejahatan yang
merusak seseorang dan mengacaukan masyarakat.
Terlebih berbahaya adalah
ma’shiat bathin karena tidak mudah dilihat dari luar dan biasanya kurang
disadari dan lebih sukar dihilangkan dan adalah ma’shiat bathin itu sebenarnya
pembangkit bagi ma’shiat zhahir an selalu menimbulkan kejahatan-kejahatan baru
yang dilaksanakan oleh anggauta-anggauta badan manusia. Semua ma’shiat dan
kejahatan itu berasal dari (Hati
sanubari), dan shifat-shifat yang buruk itu berasal dari (Hati yang kotor)
dan itu merupakan (Hijab/dinding yg menutupi dirinya dari tuhan),
sebagaimana yang dimaksudkan dalam firman allah ta’ala :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
ü×øæû÷ÙùC û÷Ì÷Â,÷ØüÝøMùsüÃ÷éD÷Õü×ùæùL
üÝøÇø¾ë÷Ç÷±÷ØC÷müÈ÷L û÷Ì÷Â
(15:14:Ûê»»©ÖÆC),÷ØüÝøMøYüc÷Ö÷Æ\lùð÷ÕüÝ÷é
ü×ùæûùLû÷m üÛ÷±
Kallabal raana ‘alaa quluubihim mayaksibuuna, kalla innahum ‘an
rabbihim yauma-idzin lamahjubuuna (al-muthafifina-14-15), =artinya : segala-gala curang itu, sesungguhnya
apa-apa telah menutupi (Hati) mereka
segala (dosa) yang telah mereka
usahakan, sekali-kali tidak benar mereka itu, sesungguhnya mereka pada hari itu
benar-benar tertutup dari (rahmat)
tuhan,
Dan lagi mengenai orang-orang
yang berpaling inkar akan peringatan-peringatan dan ajaran-ajaran pada
kebenaran yang disampaikan oleh rasuulullah saw, maka diterangkan dalam firman
Allah :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
üíùº÷Ü ùçüê@÷ÆùCDÿ÷Ù üÝ@ø±üj÷P
Dû÷Ö÷ùÕ \öû÷Úù ÷C ÿíùºD÷Ú÷L üÝøÇø¾ üÝøÇ÷¾÷Ü
(5:RÇ¡»ÆC) þKD÷Yùb÷Ä÷Úüê÷L ÷
ÜD÷ÚùÚüê÷L üÛùÕû÷Üønü¾÷ÜD÷ÚùÙC÷k
Waqaluu quluubanaa fii kinnatin mimmatad’uunaa ilaihi wafii adzaninaa
waqruw-wamin baininaa wabainika hijabun.(al-fusilat-5), =artinya :
maka mereka berkata hati kamu berada dalam tertutup akan apa yang engkau (muhamad) serukan kami dan ditelinga
kami ada sebutan dan antara kami dan engkau ada dinding aling-aling,,,
Nyatanya kotoran hati itu ada dapatlah kita buktikan didalam
shalat kita, setiap mukmin mengerti, bahwa tujuan utama dari shalat itu adalah
: untuk mengingati Allah sebagaimana firman Allah ta’ala : ,,,,
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(14:çÿ¨)üìùnüÂùlùÆ ÷õ÷Ý|Çû÷¡ÆC
ù×ù¾÷C÷Ü
Wa-aqimish-shalata lidzikri (Thaha-41), artnya : dan dirikanlah shalat
untuk mengingati kami tetapi kebanyakan dalam shalat itu menyeleweng dari
tujuan itu, karena sebegitu takbiratul ihram, maka ingatan telah membelok
kepada segala macam masalah kekayaan-kekayaan hidup keduniaan, biasanya lalu
kita coba menghilangkan ingatan pada urusan-urusan dunia itu boleh jadi dengan
memejamkan mata atau menahan nafas, dan mungkin berhasil sebentar tetapi dalam
waktu sekejap ingatan-ingatan bercabang itu datang lagi, keadaan seperti ini
dapat diumpamakan seperti lalat yang
berkerumun menduduki kotoran-kotoran pada suatu benda, lalat-lalat itu
keluar diusir pergilah dia tetapi sekejap saja sudah datang lagi manakala
kotoran –kotoran masih ada.
Begitulah pula halnya (hati kita), sukarnya mengingati Allah (dalam shalat sebagai ukuran), jelaslah
menandakan masih bertumpuknya kotoran-kotoran didalam (hati) kita banyak atau sedikitnya kotoran itu dapat dirasakan
menetap tidaknya hati kita mengingati Allah didalam shalat kita itu, apabila
seseorang didalam shalatnya tidak ada sama sekali ingatan pada Allah, itu
pertanda dia dalam bahaya besar boleh jadi hatinya telah demikian berkarat
dengan kotoran –kotoran (hawa nafsunya)
sampai berlapis-lapis, maka pentinglah bagi seseorang yang demikian menempuh
jalan ….riadhah….(latihan) pembersihan jiwa dengan mengamalkan
berbagi kifayah dzikirullah yang terpimpin oleh guru yang ahlinya.
Maka itu orang yang berbuat
kejahatan dengan lidahnya atau tangannya atau lisannya tidaklah dikatakan orang
yang busuk badan tetapi yang busuk (hati)
oleh karena mengingati Allah itu wajib maka menghilangkan penghalangnya itu
wajib, dan berarti membersihkan(Hijab) penghalang dengan membersihkan
hati(Tkhalli) itu wajib dalam arti
fardhu‘ain : mensucibersihkan hati untuk berbuat baik terhadap sesama manusia
dan bertaqwa kepada Allah sebagaimana sama ditunjang dengan kebalikannya yaitu
: berbuat baiklah terhadap sesama manusia dan bertaqwa kepada allah, agar hati
menjadi suci bersih.
Ketahuilah, bahwa tersingkapnya
hijab / dingding penghalang /tabir yang membatasi diri dengan tuhan itu ialah
suci bersihnya diri/jiwa dari segala kotoran-kotoran dosa/ma’siat lahir dan
ma’siat batin, dan pada garis besarnya ada empat dinding /hijab membatasi diri
dengan tuhan itu, maka ada empat jalan pula untuk membuka hijab-hijab itu yang
ditempuh dalam empat tingkat pula, yang diuraikan sebagai berikut.
Tingkat pertama : suci dari najis
dan hadats (bangsa zhahir)
·
dalam hal membersihkan
diri dari najis maka orang beristija/bercebok dengan air atau tanah……………
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats besar sesungguhnya wajib mandi yang disebut mandi junub……………………….
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats kecil, seseorang wajib wudhu yakni bersih badannya,…………
·
selanjutnya tiap malam
disuruh untuk selalu membersihkan tempatny dan lingkungannya, karena untuk
menghadap pada Allah ta’ala (seperti
sembahyang) mestilah dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih dan
tempat yang bersih .
Tingkat kedua : mensucikan diri
dari dosa (bangsa zhahir.)
memperbuat dosa yang bangsa
zhahir itu berpusat pada (7) angauta badan :
·
mulut yang biasa
berkata dosa, menyakitkan,ghibah,menertawakan dan segala bentuk berkata/bersuara
yang keji atau jahat, dan untuk menyuapkan makan minum yang haram.
·
Mata yang biasa
melihat barang yang haram, mendelik atau melototi orang,
·
Telinga yang biasa
mendengarkan cerita kosong atau suara-suara yang haram,
·
Hidung yang biasa
menjingjingkan orang atau menggerakkan kebencian.
·
Tangan yang biasa
merusak, memukul, mengambil barang haram, menulis atau menggambar yang tercela,
·
Kaki yang biasa
berjalan berbuat ma’siat, menyepak menendang, memasuki tempat haram,
·
Perut dan kemaluan
yang biasa bersyahwat keinginan akan yang haram dan berzina,
Bahwasanya pada ashalnya segala angauta badan manusia itu
diciptakan Allah ta’ala sebagai ni’mat dan amanat, maka oleh karena itu, imam
ghazali berpendapat, bahwa menggunakan ni’mat dan amanat tuhan untuk memperbuat
dosa dan ma’siat adalah kejahatan yang sangat besar, sudah seyogyanyalah
seseorang setiap kali hendak memperhubungkan dirinya dengan Allah ‘azza wajalla
yakni tuhan yang maha suci, perlu bertawadha’ dan hikmah wudhu antaralain
sangat baik dibiasakan merenungkan tiap-tiap anggauta badan yang dikenali air
wudhu itu apa yang telah diperbuatnya, dari hal mulut berkumur-kumur apa kah
dosa yang telah diperbuatnya oleh mulut itu, begitupun muka-mata-tangan-kuping-otak
kepala-kaki dan sebagainya, mengingati yang demikian agar memenuhi apa yang
disabdakan Nabi saw, : apabila berwudhulah
seorang hamba, yang muslim, lalu berkumur2 maka keluarlah daripada
mulutnya segala kesalahan, apabila mengisap hidung atau berbangkis maka
keluarlah dari hidung segala kesalahan, apabila membasuh mukanya maka keluarlah
dari mukanya segala kesalahan, apabila membasuh kedua tangannya keluarlah dari
tangannya kesalahan, apabila memabsuh kedua kakinya dan kedua kakinya keluarlah
segala kesalahan dari kakinya, demikian tatkala menyapu kepalanya dan kedua
telinganya niscaya keluarlah segala kesalahan dari kepalanya sampai dari kedua
telinganya, kemudian adalah perjalanannya ke masjid dan shalat itu kemulyaan
baginya.
Pada pan ilmu thareqat mensucikan
diri dari yang bangsa zhahir itu taubat (yang
akan diterangkan kifayahnya nanti)
Tingkat ketiga : bersuci dari dosa
yang bangsa bathin/hati.
Bermula yang menjadi pangkal
perbuatan yang menjadi dosa dan menjadi pahala itu ashalnya terbit dari ahti,
telah bersabda
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
øj÷s÷YüÆC ÷døÇ÷z üR÷cøÇ÷zC÷kùC
úö÷·ü¥øÕùj÷s÷YüÆC üíùº û÷ØùC
øNüÇ÷¿üÆC÷íùå÷Ü|ËùC øçûøÇøÂøj÷s÷YüÆC ÷j÷s÷º
üO÷j÷s÷ºC÷kùC÷ÜøçûøÇøÂ
rasuulullah saw, inna fii aljasadi mudhghatan idza shaluhat
shaluhal jasadu kulluhu waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu ilaa wahiyalqalbu,= artinya :
sesungguhnya didalam tubuh jasmani manusia itu ada segumpal daging, apabila
baik dia niscaya baiklah sekalian jasadnya dan manakala rusak dia niscaya
rusaklah pula sekalian jasadnya, ketahuilah : ialah (Hati),
Maka para ahli shufiyah
meumpamakan (Hati) itu sebagai
raja dan sebatang tubuh jasmani sebagai kerajaannya dan anggauta2 zhahir itu
adalah sebagai rakyatnya (mata-telinga-lidah-hidung-dua tangan-dua kaki-perut-dan
parji), jikalau hati itu telah baik maka baiklah pekerjaan anggauta
badan yang zhahir semuanya dan jikalau hati itu telah jahat tentu berbuat
jahatlah semua anggauta badan yang zhahir itu, adapun yang dikatakan hati yang
baik itu ialah jika hati itu tetap selalu mengingati Allah dan yang dikatakan
hati yang rusak/jahat ialah hati yang lali kepada Allah maka mudah berbuat dosa
dia, ketahuilah, bahwa hati itu ada (7)
pangkat dan dinamakanlah tujuh lathaif (lathifah2),
yang hanyalah keadaan saja dapat dirasakan dengan perasaan yang haluh dengan
pertolongan Allah ta’ala kepaa siapa2 yang dikehendakinya.
Apabila di dalam lathaif yang
tujuh itu terapat shifat-shifat mazmumah yaitu shifat-shifat yang tercela tentu
orangnya yang bersangkutan adalah lali kepada Allah ta’la, sebaliknya jikalau
didalam (7) lathif itu seseorang
telah tertanam subur shifat-shifat mahmudah/terpuji oleh syara’ tentulah orang
ini qawan mengingati Allah, selalu hudhur hatinya serta Allah.
Maka hendaknya di-ingat bahwa
anggauta2 diri yang zhahir itu sebenar-benarnya menurut perintah daripada
anggauta diri yang bathin yang tujuh itu yaitulah :
1.
lathifatul qalbu (tempatnya)
dua jari dibawah susu kiri……………
2.
lathifatur-ruuh (tempatnya) dua jari dibawah susu kanan………
3.
lathifatussir (tempatnya) dua jari di atas susu kiri…………
4.
lathifatul khafi (tempatnya) di
atas susu kanan………
6.
lathifatun-nafsi
anathiqah (tempatnya) di tengah dahi……
7.
lathifatul kulli
jasadi (tempatnya) di ubun-ubun/otaq
kepala (keadaannya meliputi sekalian jasad badan)………..
adapun mensucikan lathaif yang
tujuh tersebut dilaksanakan dengan dzikir lathif, yang akan kita bicarakan
dalam bab-bab yang akan datang, sebagaimana telah kita ketahui bahwa diri kita
terdiri dari jasad-hati dan ruuh (nyawa),
maka shifat suci bersih ari segala yang tercela itu pun mestilah meliputi
kesemuanya itu, maka itu
Tingkat kempat : bersuci daripada dosa yang bangsa nyawa.
Ini disebut juga sebagai
mensucikan sukma (rabbaniyyah) yang
dinamakan lathifatul qalbu juga, yakni bangsa ruuh yang paling halus dan dialah
yang memerintah dan mengatur gerak hati dan anggauta badan jasmani, dialah
disebut juga sebagai (haqeqat) diri
dan induk dari semua lathaif, dialah yang dapat muqaraba dan musyahadah dengan
Allah ‘azza wajalla manakala telah dibersihkan ari najis dan hadats, suci dari
kotoran-kotoran zhahir dan kotoran-kotoran bathin dengan dihiasi (dzikrullah). Sesungguhnya kehidupan
dan alam ini penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi dan rahasia-rahasia itu
tertutupi dengan dinding yaitulah (hawa
nafsu) kejahatan kita sendiri tetapi rahasia itu bisa terbuka dinding itu bisa
tersingkap dan dapatlah manusia dengan tekun menempuh jalannya, dan jalan
itulah yang disebut (thareqat) yang
pada garis besarnya berurut dari (Tkhalli-Tahalli-tajalli)................
Tamat
Rahmat Mulyadi. Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar