Hanya Allah yang Memberi Rezeki. Tidak ada yang menandingi Allah dalam hal ini.
Bukti Dalil: Allah Maha Pemberi Rezeki
Dalil yang menunjukkan Allah Maha Pemberi Rezeki di antaranya:
Mengenai nama Allah Ar Razzaq, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 58).
Mengenai sifat Allah memberi rezeki disebutkan dalam ayat lain,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6)
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ
قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ
التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (QS. Al
Jumu’ah: 11).
Mengenai nama Allah Ar Raaziq disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ
وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ
يُطَالِبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ مَالٍ
“Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dialah
yang menahan dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan
Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena
kezaliman pada darah dan harta.” (HR. Abu Daud no. 3451, Tirmidzi no.
1314, Ibnu Majah no. 2200. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Hanya Allah Yang Memberi Rezeki
Allah yang memberi rezeki. Allah bersendirian dalam memberi rezeki
tersebut, tanpa bersekutu dengan selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ
خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan
bumi? Tidak ada ilah (sesembahan yang berhak) selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Fathir: 3).
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah simpanannya; dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al
Hijr: 21).
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena
itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah
disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah
Ta’ala berfirman,
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka
mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah
semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan
rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa
(sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang
dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا
يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka
tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan
oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu.
dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2). Itu
memang benar, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan dan minum
ketika Allah menahan rizki tersebut.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ
فَاعْبُدُونِ (56) كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ (57) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (58) الَّذِينَ
صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (59) وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ
لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (60)
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka
sembahlah Aku saja. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami
tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang
bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya. Dan berapa banyak binatang yang
tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang
memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS Al-Ankabut; 56-60)
Melalui ayat-ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar
berhijrah dari suatu negeri yang mereka tidak dapat menegakkan agama
padanya, yaitu menuju ke negeri lain; karena bumi Allah luas, di mana
mereka dapat menegakkan agama dengan mengesakan-Nya dan menyembah-Nya,
sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ}
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al-'Ankabut: 56)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْر بْنُ عَمْرٍو
الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُو سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي
يَحْيَى مَوْلَى الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْبِلَادُ بِلَادُ اللَّهِ،
وَالْعِبَادُ عِبَادُ اللَّهِ، فَحَيْثُمَا أصبتَ خَيْرًا فَأَقِمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu
Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah
menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan
kepadaku Abu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Bahr maula (pelayan) Az-Zubair
ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Negeri (bumi) ini adalah negeri Allah dan semua
hamba adalah hamba Allah, maka di mana pun kamu beroleh kebaikan, maka
bermukimlah padanya.
Karena itulah ketika orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslim di
Mekah selalu tertindas dengan keberadaan mereka di Mekah, maka mereka
keluar darinya berhijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan agama
mereka. Ternyata mereka menjumpai negeri Habsyah adalah negeri yang baik
bagi mereka, karena rajanya yang bernama As-Hamah An-Najjasyi
rahimahullah menerima mereka dengan baik dan penuh hormat. As-Hamah
memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka melalui,
pertolongannya, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di
negerinya.
Kemudian Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah bersama semua sahabatnya
yang ada, yaitu ke kota yang dahulunya dikenal dengan nama Yasrib.
Setelah itu Allah Swt. berfirman:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ}
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 57)
Yakni di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka
jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada
Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan
Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian,
sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa dielakkan. Kemudian
hanya kepada Allah-lah kalian dikembalikan; barang siapa yang selalu
taat kepada-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang
sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan penuh. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,
sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi
di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. (Al-’Ankabut:
58)
Kami benar-benar akan menempatkan mereka di tempat-tempat yang tinggi di
dalam surga, di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam
rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu;
mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Al-'Ankabut: 58)
Mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.
{نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ}
Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Al-'Ankabut: 58)
Alangkah menyenangkan gedung-gedung surga itu sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.
{الَّذِينَ صَبَرُوا}
yaitu orang-orang yang bersabar. (Al-'Ankabut: 59)
Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah
serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan
keluarga dan kaum kerabat demi karena Allah dan mengharapkan pahala yang
ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنِي أَبِي،
حَدَّثَنَا صَفْوَانُ المؤذِنَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ،
حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ،
عَنْ جَدِّهِ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنِي أَبُو معَاتق
الْأَشْعَرِيُّ، أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي
الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ
ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَطَابَ
الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَالنَّاسُ
نِيَامٌ
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan Al-Mu'azzin, telah
menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada
kami Muawiyah ibnu Salam, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Salam, dari
kakeknya Abu Salam Al-Aswad, telah menceritakan kepadaku Abu Muawiyah
Al-Asy'ari, bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya;
Rasulullah Saw. pernah bercerita kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam
surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari
bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya.
Gedung-gedung itu disediakan oleh Allah Swt. bagi orang yang suka
memberi makan kaum fakir miskin, mengerjakan salat dan puasa serta
berdiri di malam hari mengerjakan salat sunat, sedangkan manusia saat
itu sedang lelap dalam tidurnya.
Firman Allah SWT:
{وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
dan bertawakal kepada Tuhannya. (Al-’Ankabut: 59)
dalam semua keadaan, yakni dalam urusan agama dan urusan duniawi.
Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan kepada mereka bahwa rezeki itu
tidak khusus hanya diberikan kepada suatu negeri, bahkan rezeki Allah
Swt. menyeluruh buat semua makhluk-Nya di mana pun mereka berada. Rezeki
kaum Muhajirin di tempat hijrah mereka jauh lebih banyak, lebih luas,
dan lebih baik ketimbang di Mekah tempat mereka berasal. Karena
sesungguhnya tidak lama kemudian mereka menjadi para penguasa negeri di
berbagai kawasan dan kota-kota besar. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا}
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. (Al-'Ankabut: 60)
Maksudnya, tidak mampu mengumpulkannya, tidak mampu menghasilkannya,
serta tidak mampu menyimpan sesuatu pun dari rezeki itu untuk besok.
{اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ}
Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. (Al-'Ankabut: 60)
Allah-lah yang menetapkan rezekinya, sekalipun ia lemah dan Allah
memudahkan baginya jalan rezekinya. Untuk itu Allah mengirimkan bagi
setiap makhluk sejumlah rezeki yang diperlukannya, hingga bibit-bibit
yang ditanam di dalam tanah, juga burung-burung yang ada di udara serta
ikan-ikan yang ada di laut. Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
Manfuz). (Hud: 6)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ -يَعْنِي ابْنَ هَارُونَ -حَدَّثَنَا
الْجَرَّاحُ بْنُ مِنْهَال الْجَزَرِيُّ -هُوَ أَبُو الْعَطُوفِ -عَنِ
الزُّهْرِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى دَخَلَ بَعْضَ
حِيطَانِ الْمَدِينَةِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِطُ مِنَ التَّمْرِ ويأكل، فقال
لي: "يا بن عُمَرَ، مَا لَكَ لَا تَأْكُلُ؟ " قَالَ: قُلْتُ: لَا
أَشْتَهِيهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "لَكِنِّي أشتهيه، وَهَذِهِ
صُبْحُ رَابِعَةٍ مُنْذُ لَمْ أَذُقْ طَعَامًا وَلَمْ أَجِدْهُ، وَلَوْ
شِئْتُ لَدَعَوْتُ رَبِّي فَأَعْطَانِي مِثْلَ مُلْكِ قَيْصَرَ وَكِسْرَى
فَكَيْفَ بِكَ يَا بن عُمَرَ إِذَا بَقِيتَ فِي قَوْمٍ يُخَبِّئُونَ رِزْقَ
سَنَتِهِمْ بِضَعْفِ الْيَقِينِ؟ ". قَالَ: فَوَاللَّهِ مَا بَرِحْنَا
وَلَا رِمْنا حَتَّى نَزَلَتْ: {وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ
رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ
اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنِي بِكَنْزِ الدُّنْيَا، وَلَا بِاتِّبَاعِ
الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ كَنَزَ دُنْيَاهُ يُرِيدُ بِهَا حَيَاةً بَاقِيَةً
فَإِنَّ الْحَيَاةَ بِيَدِ اللَّهِ، أَلَا وَإِنِّي لَا أَكْنِزُ دِينَارًا
وَلَا دِرْهَمًا، وَلَا أُخَبِّئُ رِزْقًا لِغَدٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdur Rahman Al-Harawi, telah menceritakan kepada kami Yazid (yakni Ibnu
Harun), telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah ibnu Minhal Al-Jazari
alias Abul Atuf, dari Az-Zuhri, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang
menceritakan bahwa ia keluar bersama Rasulullah Saw. hingga masuk ke
salah satu kebun kurma Madinah. Nabi Saw. memunguti kurma yang terjatuh
dan memakannya, lalu bersabda kepadaku, "Hai Ibnu Umar, mengapa kamu
tidak makan?" Aku menjawab, "Saya tidak berselera, wahai Rasulullah."
Nabi Saw. bersabda,"Tetapi aku menginginkannya, dan hari ini adalah hari
keempat sejak aku tidak pernah menjumpai makanan barang sesuap pun.
Seandainya aku suka benar-benar aku akan mendoa kepada Tuhanku, dan Dia
pasti akan memberiku kekayaan yang semisal dengan apa yang dimiliki oleh
Kisra dan Kaisar. Bagaimanakah denganmu, hai Ibnu Umar, bila kamu
tinggal di antara kaum yang menyimpan rezeki mereka untuk satu tahun,
sedangkan keyakinan mereka lemah?" Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Demi
Allah, belum lagi kami meninggalkan tempat itu, turunlah firman-Nya:
'Dan berapa banyak binatang yang tidak(dapat) membawa (mengurus)
rezekinya sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' (Al-'Ankabut: 60)" Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. tidak memerintahkan
aku untuk menimbun kekayaan dan tidak pula mengikuti hawa nafsu. Maka
barang siapa yang menimbun kekayaannya dengan tujuan agar hidup kekal,
sesungguhnya kehidupan itu berada di tangan kekuasaan Allah. Ingatlah,
sesungguhnya aku tidak menimbun dinar, tidak pula dirham, serta tidak
pula menyimpan rezeki untuk hari esok.
Tetapi predikat hadis ini gharib karena Abul Atuf Al-Jazari orangnya daif.
Mereka (para ahli ilmu hewan) mengatakan bahwa apabila burung gagak
telah menetaskan telurnya, maka kedua induknya (jantan dan betina)
terbang meninggalkan anak-anaknya. Dan apabila keduanya melihat mereka
masih dalam keadaan seperti itu, keduanya terbang lagi selama
berhari-hari hingga anak-anak mereka bulunya mulai tampak menghitam.
Sedangkan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil itu selalu membuka
mulut mereka mencari-cari kedua induknya. Maka Allah Swt. memerintahkan
kepada serangga seperti nyamuk untuk menutupi tubuh mereka, dan
anak-anak burung gagak itu memakan nyamuk-nyamuk tersebut sebagai
makanannya selama mereka ditinggalkan oleh kedua induknya hingga bulu
mereka mulai tampak menghitam. Sedangkan kedua induk mereka selalu
memantau mereka setiap waktunya; bila keduanya melihat mereka masih
berbulu putih, keduanya meninggalkan mereka. Dan bila keduanya melihat
anak-anaknya mulai berwarna hitam bulu-bulunya, maka barulah keduanya
mengasuh anak-anaknya dan memberinya makanan. Karena itulah ada seorang
penyair yang mengatakan dalam bait syairnya:
يَا رَازِقَ النعَّاب في عُشه ... وجَابر العَظْم الكَسِير الْمَهِيضِ ...
Wahai (Tuhan) Yang memberi rezeki kepada anak-anak burung gagak di sarangnya, (wahai Tuhan) Yang Menyembuhkan tulang yang patah.
Imam Safii dalam sejumlah hadisnya yang menyangkut perintah telah mengatakan, antara lain sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتُرْزَقُوا"
Bepergianlah kalian, niscaya kalian sehat dan mendapat rezeki.
قَالَ الْبَيْهَقِيُّ أَخْبَرَنَا إِمْلَاءً أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ
عَبْدَانَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ غَالِبٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِنان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَدّاد -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
-حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَصِحُّوا
وَتَغْنَمُوا".
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imla Abul Hasan
alias Ali ibnu Ahmad ibnu Idan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Yazdad (seorang syekh penduduk
Madinah), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu
Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Bepergianlah, niscaya kalian sehat dan beroleh keberuntungan.
Imam Baihaqi mengatakan, ia telah meriwayatkannya pula melalui Ibnu Abbas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعة، عَنْ دَرّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُجَيرة، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَرْبَحُوا، وَصُومُوا تَصِحُّوا، وَاغْزُوا
تَغْنَمُوا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abdur Rahman
ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian beroleh keuntungan;
berpuasalah, niscaya kalian sehat; dan berperanglah, niscaya kalian
beroleh ganimah.
Hal yang semisal dengan hadis Ibnu Umar telah diriwayatkan pula melalui
Ibnu Abbas secara marfu, dan dari Mu'az ibnu Jabal secara mauquf.
Menurut riwayat lain disebutkan:
"سَافِرُوا مَعَ ذَوِي الْجُدُودِ وَالْمَيْسَرَةِ"
Bepergianlah kalian bersama orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemudahan.
Imam Ahmad mengatakan bahwa hal yang semisal telah kami riwayatkan melalui Ibnu Abbas.
Firman Allah Swt:
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-'Ankabut: 60)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.
Allah Memberi Rizki Tanpa Ada Kesulitan
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani.
Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah
itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya
semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan
itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga.
Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ
مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ
الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang
yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk
memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka
hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan
hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam
lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai
hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi
setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan
pada-Nya.”
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ قَالَ لِى أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ ». وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَمِينُ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا
سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُذْ خَلَقَ
السَّمَاءَ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِى يَمِينِهِ »
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan
berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak
pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir
olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya
langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah
berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya.
Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa
yang diketahui setiap makhluk-Nya.”
Allah Menjadikan Kaya dan Miskin dengan Adil
Allah memiliki berbagai hikmah dalam pemberian rizki. Ada yang Allah
jadikan kaya dengan banyaknya rizki dan harta. Ada pula yang dijadikan
miskin. Ada hikmah berharga di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat
akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan
hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir
tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah
di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya
beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi
siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ
وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ
بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Beliau rahimahullah lantas menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba
tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan
melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan
bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi
rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat
manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui
manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan
bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang
memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا بالغنى ولو أفقرته لكفر، وإن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا الفقر ولو أغنيته لكفر
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika
Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin,
tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika
Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya,
tentu ia akan kufur”. Hadits ini dinilai dho’if (lemah), namun
maknanya adalahshahih karena memiliki dasar shahih dari surat Asy
Syuraa ayat 27.
Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan
hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang
yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada
orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah).
Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada
yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS.
Asy Syura: 19)
Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya
dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ
بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (36) وَمَا
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا
زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ
الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آَمِنُونَ (37)
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak
(daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah:
“Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya
dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah harta dan
bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit
pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa
yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat
yang Tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’: 35-37)
Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda
cinta Allah pada mereka. Perlu diketahui bahwa jika mereka, yakni
orang-orang kafir diberi rizi di dunia, di akherat mereka akan sengsara
dan diadzab. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak
orang kafir tadi dalam firman-Nya,
نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
“Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 56)
Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah,
namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas
disebutkan,
وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.” Penjelasan dalam ayat ini
senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi
Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari
Abu Hurairah)
Kaya bisa saja sebagai istidroj dari Allah, yaitu hamba yang suka
bermaksiat dibuat terus terlena dengan maksiatnya lantas ia dilapangkan
rizki. Miskin pun bisa jadi sebagai adzab atau siksaan. Semoga kita bisa
merenungkan hal ini.
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ
وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah
memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya
Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16); beliau
rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’alamengingkari
orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah
sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan
luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak
demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan
kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”
(QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah
menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka.
Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada
orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula
Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak.
Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan
disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua
keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia
bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar.
Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”
Sebab Bertambah dan Barokahnya Rizki
Takwa kepada Allah adalah sebab utama rizki menjadi barokah. Allahsubhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai Ahli Kitab,
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ
إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ
أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا
يَعْمَلُونَ
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan
Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di
antara mereka ada golongan yang pertengahan. dan Alangkah buruknya apa
yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al Maidah: 66)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS.
Al A’rof: 96)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluark, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air
yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al Jin: 16)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS.
Ibrahim: 7)
Sebab Berkurang dan Hilangnya Barokah Rizki
Kebalikan dari di atas, rizki bisa berkurang dan hilang barokahnya
karena maksiat dan dosa. Mungkin saja hartanya banyak, namun hilang
barokah atau kebaikannya. Karena rizki dari Allah tentu saja diperoleh
dengan ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar Rum: 41).
Yang dimaksudkan kerusakan di sini—kata sebagian ulama– adalah
kekeringan, paceklik, hilangnya barokah (rizki). Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Yang dimaksudkan kerusakan di sini
adalah hilangnya barokah (rizki) karena perbuatan hamba. Ini semua
supaya mereka kembali pada Allah dengan bertaubat.” Sedangkan yang
dimaksud dengan kerusakan di laut adalah sulitnya mendapat buruan di
laut. Kerusakan ini semua bisa terjadi karena dosa-dosa manusia."
Yang Penting Berusaha dan Tawakkal
Keimanan yang benar rizki bukan hanya dinanti-nanti. Kita bukan menunggu
ketiban rizki dari langit. Tentu saja harus ada usaha dan tawakkal,
yaitu bersandar pada Allah. Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu
‘anhu, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ
بِطَاناً
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah
akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki.
Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali
sore harinya dalam keadaan kenyang.”
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman:
Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan
usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang
memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi
hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini
–wallahu a’lam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan
pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian
melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan dari sisi-Nya,
maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi
pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang.
Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh,
dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan
baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”
Rizki yang Paling Mulia
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan
makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti
itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan
pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada
hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak
pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan
tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah
sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah
surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman AllahTa’ala,
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya
ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ
لَهُ رِزْقًا
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh
niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath
Tholaq: 11)
Jika setiap kita memahami hal ini, yang Allah satu-satunya pemberi rizki
dan sungguh Allah benar-benar yang terbaik bagi kita, maka tentu saja
kita tidak akan menggantungkan hati pada selain Allah untuk melariskan
bisnis. Allah Ta’ala sungguh benar-benar Maha Mencukupi. Allah Maha
Mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga ada yang Dia
jadikan kaya dan miskin. Setiap hamba tidak perlu bersusah payah mencari
solusi rizki dengan meminta dan menggantungkan hati pada selain-Nya.
Tidak perlu lagi bergantung pada jimat dan penglaris. Gantilah dengan
banyak memohon dan meminta kemudahan rizki dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar