Sesungguhnya segala amal perbuatan itu (bergantung) dengan niat. Dan setiap orang akan memperoleh hasil sesuai dengan niat yang dibuhulnya. Maka siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrah karena kepentingan dunia atau karena perempuan yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya memperoleh sekedar apa yang di inginkannya.”
Rabu, 28 Maret 2012
Al_Istiqamah: Kiat melawan hawa nafsu
Al_Istiqamah: Kiat melawan hawa nafsu: “Kiat melawan hawa nafsu” Rasulullah menggambarkan perang melawan hawa nafsu sebagai sebuah jiha. Ini dikatakannya setelah pulang ...
Selasa, 27 Maret 2012
Al_Istiqamah: Tafakur
Al_Istiqamah: Tafakur: Tafakur berarti berkonsentrasi,memusatkan pikiran ke suatu tujuan,untuk mendapatkan suatu jawaban,untuk kepastian yang tidak terjangkau...
Kiat melawan hawa nafsu
“Kiat melawan hawa nafsu”
Rasulullah
menggambarkan perang melawan hawa nafsu sebagai sebuah jiha. Ini dikatakannya
setelah pulang dari “perang baar” melawan musyrikin quraisy yang dimenangkan
oleh pihak kaum Muslimin,” kita kembali dari jihad kecil menghadapi jiha
besar?”
“Apa yang dimaksud dengan jihad akan kita
hadapi itu?”
Dan
berikut resep dari “Ibnu Qaiyim”
agar kita bisa membebaskan diri dari jeratan hawa nafsu:
.Memiliki
kesabaran dalam setiap menghadapi kepahitan sebaik-baiknya hidup ialah jika
seseorang mengetahui hdup itu dengan kesabaran.
.Berpikir
bahwa dia diciptakan bukan untuk kepentingan nafsu, tetapi untuk urusan yang
besar, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan menentang nafsunya.
.Mempertimbangkan
akibat nafsu, sehingga ia tau berapa nafasu itu meloloskannya kepada ketaatan
dan mendatangkan kehinaan.
.Mempertimbangkan
hak orang lain dengan sebenar-benarnya, kemudian menggambarkan jika kedudukannya
seperti orang lain.
.Menghinakan
diri sendiri karena tunduk kepada hawa nafsu. Jangan tertipu kehebatan dan
kesombongan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya.
.Ingatlah sabda Nabi: Orang yang kuat itu bukan karena dengan
bergulat, tetapi orang yang kuat ialah yang dapat menguasai dirinya tatkala
sedang marah.******
Minggu, 25 Maret 2012
Bab:4.Attakhallii Membersihkan Diri.tulisan versi Arabic
Attakhallii
Membersihkan diri dari shifat2 yang tercela (kotoran2hati)
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
ü×øæ÷ÆùtüÙùËüC÷ÜûùÛùYüÆ ÷ÛùÕCúnüêùU÷Â÷×û÷Ú÷æ÷YùÆ D÷ÙE÷m÷küj÷¿÷Æ÷Ü
÷ØüÜønù¡üMøé÷Ë þÛøêü±÷C
ü×øæ÷ÆC÷ÜD÷æùL ÷ØüÝøæ÷¿ü»÷é ÷Ë þKüÝøÇø¾
üÔD÷²@üÙ ÷ËüD÷Â÷Äùðÿ÷ÆøC ÷ØüÝ@ø²÷Öüs÷é÷Ë
þØC÷k÷C ü×øæ÷Æ÷Ü , D÷æùL
(179-¹Cn±ËC)÷ØüÝøÇù»÷·üÆCø×øå
÷Äùðÿ÷ÆøC,ûøÈ÷¤Cü×øåüÈ÷L
Firman Allah saw, didalam
al-quranul kariim : walaqad dzara’na
lijahannama katsiran minaljinni wal-insi lahum quluubun laa yafqahuuna biha
walahum ‘ayuunun laa yabshiruuna biha, walahum adzanun laa yasma’uuna biha,
ulaa-ika kal-an’ami bal hum a’dhallu, ulaa-ika humul ghafiluuna
(al-‘imran-179), artinya : dan
sesungguhnya telah kami anjurkan untuk isii neraka jahanam itu kebanyakan dari (jin dan manusia)
bagi mreka itu diperlengkapi dengan (hati) yang tiada mereka pergunakan hatinya itu
untuk memahami (mengingat)
Allah-bagi mereka itu diberi mata, tiada dipergunakan matanya itu untuk melihat
segala dalil ke agungan/kekuasaan Allah, bagi mereka diberi telinga yang tiada
mereka pergunakan pendengarannya itu untuk mendengar kalamullah, mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka terlebih sesat lagi, mereka itulah yang (lali)
daripada mempertuhankan Allah,
Orang lali daripada mengingat
allah karena lebih banyak mengabdi kepada kehendak (hawa nafsunya sendiri) dihukumkan sebagai mempertuhankan (hawa nafsunya) sebagaimana yang
disinggung dalam firman Allah : …
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
(43-ØD¾n»ÆC) øç÷Ù|Ý÷å
øç÷æ÷|ÆùC÷l÷gû÷PC ùÛ÷Õ ÷Rüé÷ô÷m÷C
Ara-aital manittakhadza ilahahu hawaahu (al-furqan-43), artinya :
adakah engkau melihat orang yang mentuhankan hawa nafsu sendiri?
Bertolak pangkal dari kandungan
ayat-ayat tersebutlah maka wajib kita membersihkan diri kita dari segala
kotoran (hawa nafsu) yaitu segala
shifat madzmumah, jangan sampai diri kita menjadi ‘abdinya (hambanya hawa nafsu),
Adapun shifat-shifat tercela
mengotori jiwa manusia itu terutama ialah:(hasad)=Iri
hati-(haqad)=dengki-benci-dendam (su-uzhani)=buruk
sangka-takabur-sombong-(‘Ujub)=merasa
lebih sempurna dari orang lain,(riya)=mempamerkankelebihandiri,(sum’ah)=cara2nama/kemasyhuran,(bukhul)=kikir-(hubbulmali)=cintakebandaan,(tafakh-khuru)=berbanggadiri,(ghadhabun)=marah,(ghiibatun)=mengumpat,(namimah)=mengumpat,(kidzibun)=berdusta,(hiyanatun)=hiyanat,(nipaqun)=munafiq,(musyrikun)=syirik,(mempertuhankan selain allah),…hubbuddunya….Gila keduniaan/kedudukan, …hubbusy-syahwat…gemar
nafsu ke-inginan, (fitnah)=memburukka
orang lain, (tsabahatun)=panjangtangan,(mencuri),-(tama’)=rakus,(ghabinatun)=tipudaya,(ghabwatun)=lali-(ta’ashab)=pasek diri,(quwwalatun)=banyak
bicara,dan lain-lain seperti itu,
Aapun shifat-shifat yang tercela
pada (ma’shiat) zhahir ialah :
segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anggauta –anggauta badan manusia
yang merusak orang atau diri sendiri hingga membawa pengerbanan banda- pikiran
dan perasaan dan ma’shiat zhahir itu melahirkan kejahatan-kejahatan yang
merusak seseorang dan mengacaukan masyarakat.
Terlebih berbahaya adalah
ma’shiat bathin karena tidak mudah dilihat dari luar dan biasanya kurang
disadari dan lebih sukar dihilangkan dan adalah ma’shiat bathin itu sebenarnya
pembangkit bagi ma’shiat zhahir an selalu menimbulkan kejahatan-kejahatan baru
yang dilaksanakan oleh anggauta-anggauta badan manusia. Semua ma’shiat dan
kejahatan itu berasal dari (Hati
sanubari), dan shifat-shifat yang buruk itu berasal dari (Hati yang kotor)
dan itu merupakan (Hijab/dinding yg menutupi dirinya dari tuhan),
sebagaimana yang dimaksudkan dalam firman allah ta’ala :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
ü×øæû÷ÙùC û÷Ì÷Â,÷ØüÝøMùsüÃ÷éD÷Õü×ùæùL
üÝøÇø¾ë÷Ç÷±÷ØC÷müÈ÷L û÷Ì÷Â
(15:14:Ûê»»©ÖÆC),÷ØüÝøMøYüc÷Ö÷Æ\lùð÷ÕüÝ÷é
ü×ùæûùLû÷m üÛ÷±
Kallabal raana ‘alaa quluubihim mayaksibuuna, kalla innahum ‘an
rabbihim yauma-idzin lamahjubuuna (al-muthafifina-14-15), =artinya : segala-gala curang itu, sesungguhnya
apa-apa telah menutupi (Hati) mereka
segala (dosa) yang telah mereka
usahakan, sekali-kali tidak benar mereka itu, sesungguhnya mereka pada hari itu
benar-benar tertutup dari (rahmat)
tuhan,
Dan lagi mengenai orang-orang
yang berpaling inkar akan peringatan-peringatan dan ajaran-ajaran pada
kebenaran yang disampaikan oleh rasuulullah saw, maka diterangkan dalam firman
Allah :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
üíùº÷Ü ùçüê@÷ÆùCDÿ÷Ù üÝ@ø±üj÷P
Dû÷Ö÷ùÕ \öû÷Úù ÷C ÿíùºD÷Ú÷L üÝøÇø¾ üÝøÇ÷¾÷Ü
(5:RÇ¡»ÆC) þKD÷Yùb÷Ä÷Úüê÷L ÷
ÜD÷ÚùÚüê÷L üÛùÕû÷Üønü¾÷ÜD÷ÚùÙC÷k
Waqaluu quluubanaa fii kinnatin mimmatad’uunaa ilaihi wafii adzaninaa
waqruw-wamin baininaa wabainika hijabun.(al-fusilat-5), =artinya :
maka mereka berkata hati kamu berada dalam tertutup akan apa yang engkau (muhamad) serukan kami dan ditelinga
kami ada sebutan dan antara kami dan engkau ada dinding aling-aling,,,
Nyatanya kotoran hati itu ada dapatlah kita buktikan didalam
shalat kita, setiap mukmin mengerti, bahwa tujuan utama dari shalat itu adalah
: untuk mengingati Allah sebagaimana firman Allah ta’ala : ,,,,
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(14:çÿ¨)üìùnüÂùlùÆ ÷õ÷Ý|Çû÷¡ÆC
ù×ù¾÷C÷Ü
Wa-aqimish-shalata lidzikri (Thaha-41), artnya : dan dirikanlah shalat
untuk mengingati kami tetapi kebanyakan dalam shalat itu menyeleweng dari
tujuan itu, karena sebegitu takbiratul ihram, maka ingatan telah membelok
kepada segala macam masalah kekayaan-kekayaan hidup keduniaan, biasanya lalu
kita coba menghilangkan ingatan pada urusan-urusan dunia itu boleh jadi dengan
memejamkan mata atau menahan nafas, dan mungkin berhasil sebentar tetapi dalam
waktu sekejap ingatan-ingatan bercabang itu datang lagi, keadaan seperti ini
dapat diumpamakan seperti lalat yang
berkerumun menduduki kotoran-kotoran pada suatu benda, lalat-lalat itu
keluar diusir pergilah dia tetapi sekejap saja sudah datang lagi manakala
kotoran –kotoran masih ada.
Begitulah pula halnya (hati kita), sukarnya mengingati Allah (dalam shalat sebagai ukuran), jelaslah
menandakan masih bertumpuknya kotoran-kotoran didalam (hati) kita banyak atau sedikitnya kotoran itu dapat dirasakan
menetap tidaknya hati kita mengingati Allah didalam shalat kita itu, apabila
seseorang didalam shalatnya tidak ada sama sekali ingatan pada Allah, itu
pertanda dia dalam bahaya besar boleh jadi hatinya telah demikian berkarat
dengan kotoran –kotoran (hawa nafsunya)
sampai berlapis-lapis, maka pentinglah bagi seseorang yang demikian menempuh
jalan ….riadhah….(latihan) pembersihan jiwa dengan mengamalkan
berbagi kifayah dzikirullah yang terpimpin oleh guru yang ahlinya.
Maka itu orang yang berbuat
kejahatan dengan lidahnya atau tangannya atau lisannya tidaklah dikatakan orang
yang busuk badan tetapi yang busuk (hati)
oleh karena mengingati Allah itu wajib maka menghilangkan penghalangnya itu
wajib, dan berarti membersihkan(Hijab) penghalang dengan membersihkan
hati(Tkhalli) itu wajib dalam arti
fardhu‘ain : mensucibersihkan hati untuk berbuat baik terhadap sesama manusia
dan bertaqwa kepada Allah sebagaimana sama ditunjang dengan kebalikannya yaitu
: berbuat baiklah terhadap sesama manusia dan bertaqwa kepada allah, agar hati
menjadi suci bersih.
Ketahuilah, bahwa tersingkapnya
hijab / dingding penghalang /tabir yang membatasi diri dengan tuhan itu ialah
suci bersihnya diri/jiwa dari segala kotoran-kotoran dosa/ma’siat lahir dan
ma’siat batin, dan pada garis besarnya ada empat dinding /hijab membatasi diri
dengan tuhan itu, maka ada empat jalan pula untuk membuka hijab-hijab itu yang
ditempuh dalam empat tingkat pula, yang diuraikan sebagai berikut.
Tingkat pertama : suci dari najis
dan hadats (bangsa zhahir)
·
dalam hal membersihkan
diri dari najis maka orang beristija/bercebok dengan air atau tanah……………
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats besar sesungguhnya wajib mandi yang disebut mandi junub……………………….
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats kecil, seseorang wajib wudhu yakni bersih badannya,…………
·
selanjutnya tiap malam
disuruh untuk selalu membersihkan tempatny dan lingkungannya, karena untuk
menghadap pada Allah ta’ala (seperti
sembahyang) mestilah dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih dan
tempat yang bersih .
Tingkat kedua : mensucikan diri
dari dosa (bangsa zhahir.)
memperbuat dosa yang bangsa
zhahir itu berpusat pada (7) angauta badan :
·
mulut yang biasa
berkata dosa, menyakitkan,ghibah,menertawakan dan segala bentuk berkata/bersuara
yang keji atau jahat, dan untuk menyuapkan makan minum yang haram.
·
Mata yang biasa
melihat barang yang haram, mendelik atau melototi orang,
·
Telinga yang biasa
mendengarkan cerita kosong atau suara-suara yang haram,
·
Hidung yang biasa
menjingjingkan orang atau menggerakkan kebencian.
·
Tangan yang biasa
merusak, memukul, mengambil barang haram, menulis atau menggambar yang tercela,
·
Kaki yang biasa
berjalan berbuat ma’siat, menyepak menendang, memasuki tempat haram,
·
Perut dan kemaluan
yang biasa bersyahwat keinginan akan yang haram dan berzina,
Bahwasanya pada ashalnya segala angauta badan manusia itu
diciptakan Allah ta’ala sebagai ni’mat dan amanat, maka oleh karena itu, imam
ghazali berpendapat, bahwa menggunakan ni’mat dan amanat tuhan untuk memperbuat
dosa dan ma’siat adalah kejahatan yang sangat besar, sudah seyogyanyalah
seseorang setiap kali hendak memperhubungkan dirinya dengan Allah ‘azza wajalla
yakni tuhan yang maha suci, perlu bertawadha’ dan hikmah wudhu antaralain
sangat baik dibiasakan merenungkan tiap-tiap anggauta badan yang dikenali air
wudhu itu apa yang telah diperbuatnya, dari hal mulut berkumur-kumur apa kah
dosa yang telah diperbuatnya oleh mulut itu, begitupun muka-mata-tangan-kuping-otak
kepala-kaki dan sebagainya, mengingati yang demikian agar memenuhi apa yang
disabdakan Nabi saw, : apabila berwudhulah
seorang hamba, yang muslim, lalu berkumur2 maka keluarlah daripada
mulutnya segala kesalahan, apabila mengisap hidung atau berbangkis maka
keluarlah dari hidung segala kesalahan, apabila membasuh mukanya maka keluarlah
dari mukanya segala kesalahan, apabila membasuh kedua tangannya keluarlah dari
tangannya kesalahan, apabila memabsuh kedua kakinya dan kedua kakinya keluarlah
segala kesalahan dari kakinya, demikian tatkala menyapu kepalanya dan kedua
telinganya niscaya keluarlah segala kesalahan dari kepalanya sampai dari kedua
telinganya, kemudian adalah perjalanannya ke masjid dan shalat itu kemulyaan
baginya.
Pada pan ilmu thareqat mensucikan
diri dari yang bangsa zhahir itu taubat (yang
akan diterangkan kifayahnya nanti)
Tingkat ketiga : bersuci dari dosa
yang bangsa bathin/hati.
Bermula yang menjadi pangkal
perbuatan yang menjadi dosa dan menjadi pahala itu ashalnya terbit dari ahti,
telah bersabda
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
øj÷s÷YüÆC ÷døÇ÷z üR÷cøÇ÷zC÷kùC
úö÷·ü¥øÕùj÷s÷YüÆC üíùº û÷ØùC
øNüÇ÷¿üÆC÷íùå÷Ü|ËùC øçûøÇøÂøj÷s÷YüÆC ÷j÷s÷º
üO÷j÷s÷ºC÷kùC÷ÜøçûøÇøÂ
rasuulullah saw, inna fii aljasadi mudhghatan idza shaluhat
shaluhal jasadu kulluhu waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu ilaa wahiyalqalbu,= artinya :
sesungguhnya didalam tubuh jasmani manusia itu ada segumpal daging, apabila
baik dia niscaya baiklah sekalian jasadnya dan manakala rusak dia niscaya
rusaklah pula sekalian jasadnya, ketahuilah : ialah (Hati),
Maka para ahli shufiyah
meumpamakan (Hati) itu sebagai
raja dan sebatang tubuh jasmani sebagai kerajaannya dan anggauta2 zhahir itu
adalah sebagai rakyatnya (mata-telinga-lidah-hidung-dua tangan-dua kaki-perut-dan
parji), jikalau hati itu telah baik maka baiklah pekerjaan anggauta
badan yang zhahir semuanya dan jikalau hati itu telah jahat tentu berbuat
jahatlah semua anggauta badan yang zhahir itu, adapun yang dikatakan hati yang
baik itu ialah jika hati itu tetap selalu mengingati Allah dan yang dikatakan
hati yang rusak/jahat ialah hati yang lali kepada Allah maka mudah berbuat dosa
dia, ketahuilah, bahwa hati itu ada (7)
pangkat dan dinamakanlah tujuh lathaif (lathifah2),
yang hanyalah keadaan saja dapat dirasakan dengan perasaan yang haluh dengan
pertolongan Allah ta’ala kepaa siapa2 yang dikehendakinya.
Apabila di dalam lathaif yang
tujuh itu terapat shifat-shifat mazmumah yaitu shifat-shifat yang tercela tentu
orangnya yang bersangkutan adalah lali kepada Allah ta’la, sebaliknya jikalau
didalam (7) lathif itu seseorang
telah tertanam subur shifat-shifat mahmudah/terpuji oleh syara’ tentulah orang
ini qawan mengingati Allah, selalu hudhur hatinya serta Allah.
Maka hendaknya di-ingat bahwa
anggauta2 diri yang zhahir itu sebenar-benarnya menurut perintah daripada
anggauta diri yang bathin yang tujuh itu yaitulah :
1.
lathifatul qalbu (tempatnya)
dua jari dibawah susu kiri……………
2.
lathifatur-ruuh (tempatnya) dua jari dibawah susu kanan………
3.
lathifatussir (tempatnya) dua jari di atas susu kiri…………
4.
lathifatul khafi (tempatnya) di
atas susu kanan………
6.
lathifatun-nafsi
anathiqah (tempatnya) di tengah dahi……
7.
lathifatul kulli
jasadi (tempatnya) di ubun-ubun/otaq
kepala (keadaannya meliputi sekalian jasad badan)………..
adapun mensucikan lathaif yang
tujuh tersebut dilaksanakan dengan dzikir lathif, yang akan kita bicarakan
dalam bab-bab yang akan datang, sebagaimana telah kita ketahui bahwa diri kita
terdiri dari jasad-hati dan ruuh (nyawa),
maka shifat suci bersih ari segala yang tercela itu pun mestilah meliputi
kesemuanya itu, maka itu
Tingkat kempat : bersuci daripada dosa yang bangsa nyawa.
Ini disebut juga sebagai
mensucikan sukma (rabbaniyyah) yang
dinamakan lathifatul qalbu juga, yakni bangsa ruuh yang paling halus dan dialah
yang memerintah dan mengatur gerak hati dan anggauta badan jasmani, dialah
disebut juga sebagai (haqeqat) diri
dan induk dari semua lathaif, dialah yang dapat muqaraba dan musyahadah dengan
Allah ‘azza wajalla manakala telah dibersihkan ari najis dan hadats, suci dari
kotoran-kotoran zhahir dan kotoran-kotoran bathin dengan dihiasi (dzikrullah). Sesungguhnya kehidupan
dan alam ini penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi dan rahasia-rahasia itu
tertutupi dengan dinding yaitulah (hawa
nafsu) kejahatan kita sendiri tetapi rahasia itu bisa terbuka dinding itu bisa
tersingkap dan dapatlah manusia dengan tekun menempuh jalannya, dan jalan
itulah yang disebut (thareqat) yang
pada garis besarnya berurut dari (Tkhalli-Tahalli-tajalli)................
Tamat
Rahmat Mulyadi. Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar Indonesia
Sabtu, 10 Maret 2012
Bab 17 Ma'rifat. Versi Arabic & Latin
MA’RIFAT SEBAGAI TUJUAN KITA, DAN MA’RIFAT
ATAS ‘ILMUL
YAQIIN -‘AENAL YAQIIN - HAQQUL YAQIIN
Bahwasanya tujuan kita adalah
Fana untuk mencapai Ma’rifat adapun pengertian Fana menurut pandangan kejiwaan
adalah,(mentiadakan diri supayaada).Dan
secra tashauf adalah, leburnya perabaan pada kebaqoan Allah disana perasaan
keinsanan lenyap karena telah diliputi diri dengan Alkhaqu ta’ala, maka ketika
itu antara diri dengan Allah menjadi manunggal dudalam baqonya tampa (Hulul) / berpadu dan tampa (Istihad)/bersatu, yaitu dekat,
berpisah tiada dua, namun didalam pengertian sebagai mana yang dikatakan oleh
syekh ‘abdul karimaljaelani katanya.
×êbûnÆC ÛÖbûnÆCÓC ×sL
újüM÷± þKû÷nÆC÷ËC÷ÜDûú÷L÷m øjüM÷²üÆCønüêù¡÷é÷ËþûK÷ûnÆC û÷ØùC÷Ü øjüM÷±
÷jüM÷²üÆCû÷ØùC
Innal ‘abda ‘abdu wainnarrobba robbun layashiru ‘abdu robbaan warobbun
‘abdan. Artinya : bahwa sesungguhnya
Hamba adalah Hamba. Tuhan adalah.Tuhan, tiada mungkin Hamba menjadi Tuhan dan
juga tidak mungkin Tuhan menjadi Hamba. Selanjutnya beliau berkata :
×êbûnÆC
ÛÖb ûnÆCÓC ×sL
müÝøæø®ùLùçùsü»÷Ù
üÛ÷±úË÷Ü÷Cë÷Úü»÷êüÙ÷CëùÚüs÷ÃüÆC÷l÷å øö÷Õ÷Ì÷±÷Ü
û÷×ùæûùL÷m
üÛ÷±DúêùÙ÷DT ë÷Ú»÷éT ùöû÷÷êùL øûnÆC ûùnùrùmüÝøæø®ùL û÷×øvùçûùL÷mù
ùçùPC÷k
ùOD÷¿üêù¿÷c÷QøÖùL ùçùPD÷»ùz ùOD÷¿÷Ç÷²øÕ üÛ÷±DúUùÆD÷Të÷Úü»÷é
Wa’alamatu hadzalkasni an yafna awalan sirri rububiyyati tsumma yafna
an ma’allaqoti shifatihi bimutahaqiqi dzatihi. Arinya : adapun cirinya (Kasfa)
itu ialah : yaitu pfananya seseorang dari pancaran tuhan segala yang mengikuti
shifatnya karena tahqiqinya dzatullah. dalam pada itu berkata pula saidina ‘ali
ibnu tholib karomallahu wajhah .
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
÷RüÙ ÷C øOüj÷X÷Ü
ëùïD÷Ú÷º ëùº÷Ü ,ëùïD÷Ú÷º ëùïD÷Ú÷º ëùº÷Ü
Wafii fanaii fana
fanaii, wafii fanaii wajadti anta. Artinya : dan didalam kefanaanku barulah kefaanku .tetapi
didalam kefanaanku ( Itulah Aku) mendapatkan engkau
alkhaq ta’ala.
Perihal tashauf
menerangkan. bahwa pintu fana'u itu iyalah :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC
×sL
üÓCëùQ÷²üêù²ûÕ
ünùÂùkünûLüÛ÷Ç÷ÃûÂünûL : ùnü ûùlÆC øÔC÷ Ü÷ i
Dawamu dzikri. Artinya : berkekalan
berdzikir mengingat Allah
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC
×sL
.üÓ÷C üÛùï÷Ìûr ü³÷é üÛ÷ D÷ºüÝøÇûÕ Û÷Ç÷ÃûÂünûL
:ù ØD÷êûùÚÆC øÔC÷ Ü÷ i
Dawamun niyani .Artinya :
berkekalan melupakan selain Allah
×êbûnÆC
ÛÖbûnÆCÓC ×sL
÷ø×üÇù±Ü øö÷ºùnü²÷Õ ÷ûÈøÃ÷º.ø×üÇù²üÆC ÷íùåùôD÷Ö÷Çø²üÆCùØD÷sùÆë÷Ç÷±
øö÷ºùnü²÷ÖüÆ÷C
×ùÆD÷±
\¹ùmD÷±ûøÈøÂ÷Ü þ¹ùmD÷±ù çû÷ÇÆDùL \×ùÆD÷± ûøÈøÂ÷Ü. þ×üÇù± \ö÷ºùnü²÷ÕûøÈøÂ
Adapun
mengenai Ma’rifat, maka telah berkata abi qohar :
Alma’rifatu
‘ala lisanil ‘ulamai hiyal ‘ilmu fakulla
‘ilmun ma’rifatun wakullun ma’rifatin’ilmun. Wakullun ‘alimin billahi ‘arifun
wakulla ‘arifi ‘alimun.Artinya : ma’rifat menurut pendapat ‘ulama (bukan ahli tashauf) ialah pengetahuan, maka tiap-tiap ‘ilmu itu ma’rifat dan
tiap-tiap ma’rifat itu adalah ‘ilmu dan tiap-tiap orang ‘alim dengan Allah adalah orang ‘arif dan tiap-tiap orang ‘arif
adalah ‘alim (orang yang berilmu)
÷ ×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC
×sL
üÛ@@÷Ö÷º÷Ýøæ÷ºùÈüêùÆ û÷jÆDùL
øç÷º÷mD÷±üÛ÷Õ ùö÷¿üêù¿÷cüÆCë÷Ç÷± þ¹ùmD÷±
þíùÕD÷±÷Ýøæ÷ºùÈüêùÇü¿û÷QÆDùLøç÷º÷mD÷±üÛ÷Õ÷Üþ×ùÇ÷Ã÷QøÕÝøæ÷ºùçùLøÓC÷¹÷n÷±
Selanjutnya
beliau memberikan perincian tentang pengertian Ma;rifat katanya
Faman ‘arofallahu bihi fahuwa ‘arifun ‘alal haqiqoti man ‘arofahu
biddalilii fahuwa mutakalimun waman ‘arofahu bitaqliyaai huwa ‘amiyun. Artinya : barang siapa
mengenal allah dengan jalan pertolongan allah, orang itu ‘arif akan allah
secara haqiqi (ahli tashauf) dan barang siapa orang ‘arif dengan secara dalil
saja. maka orang itu tergolong pada ahli (mutakalim) ahli ushuludin. dan
barang siapa yang akan Allah dengan secara taqlid (mengikuti /menuruti
perkataan orang lain tampa
mencari dalil) maka orang itu bodoh.
Selanjutnya seorang masuk
tashauf dari abad ketiga hijriyah yakni : dunun mikriyah. Mengatakan pandangannya tentang
tiga macam tingkat pengetahuan tentang tuhan yaitu :
Pengetahuan umum :
Tuhan itu satu ( ahad ) dengan
perantaraan ucapan ( kalimat
syahadat.)
Tuhan itu satu menurut jalan ‘aqal pikiran
( pengetahuan ‘ulama / shufi )
Tuhan itu satu
dengan pengenalan /
penglihatan ( hati sanubari ).
Maka
pengetahuan menurut pengertian yang (pertama) dan yang (kedua) tersebut (awam)
dan ‘ulama sebenarnya belumlah merupakan pengetahuan (haqiqi) tentang tuhan,
maka keduanya disebut (‘ilmu) dan bukannya (Ma’rifat) pengertian yang melandasi pengetahuan yang
(ketiga) barulah disebut sebagai Ma’rifat karena telah merupakan pengetahuan
(haqiqi) tentang tuhan.
Jelaslah bahwa ma’rifat hanya
terdapat pada qaom shufi yang sanggup Melihat Tuhan denga hati sanubarinya,
yang adalah karunia / anugrah allah kepada qaom shufi yang benar-benar berjuang
dengan hasrat bertemu tuhan, dari sangat cintanya mereka kepada tuhannya, Ketika
dunuun di tanya :
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
? ÷Ä@@@@@@@û÷L÷m øö@@@@üº÷mD÷± D÷Ö@@@@ùL
? ÷Ä@@@@@@@û÷L÷m øö@@@@üº÷mD÷± D÷Ö@@@@ùL
Bima’Aroftu
Robbaka? Artinya
: dengan bagimana anda Ma’Rifat / mengenal akan tuhan anda ?
×êbûnÆC
ÛÖbûnÆCÓC ×sL
÷ üíûùL÷m øRüº÷n÷± D÷@Ö÷Æ üíûùL÷m ËüÝ÷Æ÷Ü
üíûùL÷nùL üíùL÷m øöüº÷n÷±
Qola
: ‘aroftu robbi bi robbi walaolaka robbii lama ‘aroftu robbii. Artinya
: aku mengenal tuhanku dengan tuhanku dan sekiranya bukan pertolongan tuhanku
niscaya aku tidak mengenal tuhanku
Dari kata-kata tersebut
tergambar bahwa Ma’rifat tidak diperoleh begitu saja tetapi adalah pemberian
dari tuhan, oleh karena itu maka Ma’rifat bukanlah hasil pemikiran manusia
tetapi terkandung pada kehendak dan rahmat tuhan, dengan lain perkataan,
bahwasanya Ma’rifat adalah pemberian Allah kepada qaom shufi yang
sanggup mampu menerimanya
Setengah dari pada ahli
shufiyah menerangkan perihal tiga alat untuk memperoleh Ma’rifat yakni tiga alat
dalam tubuh manusia. Yang dipergunakan oleh ahli shufiyah pada umumnya dalam
hubungan mereka dengan tuhan :
1 . Qolbu =====================untuk mengetahui shifat tuhan
2 . Ruuh ===================== untuk mencintai tuhan
3 . Sirr =====================untuk
melihat tuhan
Adapun Sirr disini lebih halus
daripada Ruuh dan Ruuh adalah lebih halus dari Qolbu dan Qolbu itu. tidak sama
dengan jantung karena Qolbu adalah alat untuk (merasa) dan pula alat untuk
berpikir.Adapun perbedaan Qolbu dengan‘Aqal ialah bahwa‘Aqal tak bisa memperoleh pengetahuan sebenarnya tentang
tuhan sedang Qolbu bisa mengetahui haqeqat dari segala yang ada manakala Allah
melimpahkan Nuur-nya kepada Qolbu insan seolah-olah Siir bertempat di Ruuh dan
Ruuh bertempat di Qolbu dan Sirr timbul serta dapat menerima limpahan rahmat da
Allah kalu Qolbu dan Ruuh itu telah suci benar kosong daripada selain Allah,
maka pada ketika itu tuhan menurunkan cahyanya kepada orang shufi dan
menjadilah yang dilihat orang shufi itupun hanyalah Allah begitulah maka dia
telah sampai ketingkat Ma’ifat
ùNüÇ÷¿üÆCøÔüp÷Xùö÷ºùnü²÷ÖüÆ÷C. ×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
ùO÷ËD÷Ö÷ÃüÆCùnùïD÷sùLDú»ù¡û÷QøÕùjøXüÝ÷ÖüÆCùNùX÷ÝüÆCùiüÝøXøÝùL
Diantara beberapa ta'riif
tentang Ma'rifat adalah :Alma'rifat jazmul qolbi biwuujuudil waajibil maujuudi
muttashifan bisaairil kamaalati. Artinya :
ma'rifat itu iyalah ketetapan Hati mempercayai akan wuujudnya dzat yang waajib
Wuujuudnya yang bershifat dengan segala kesempuraannya
×êbûnÆC ÛÖbûnÆCÓC ×sL
ùö@÷Müê@÷å
ëùº øçøï÷DÚ÷º÷Ü ùõ÷nüê÷güÆCëùº
øäøiüÝøæør øö÷ºùnü²÷ÖüÆ÷C
Al’ma’rifatu
syuhuuduhu fiil khairoti wafanaauhu fii haibatin . Artinya:ma’rifat itu nampak didalam keadaan tercengang dan leburnya kita didalam
keadaan pingsan ( fana ), sebagaimana digambarkan didalam peristiwa Nabiyullahu
Musa memohon agar dapat melihat Allah.
×êbûnÆC ÛÖbûnÆC ÓC×sL
ünø®üÙùÛùÃ÷Æ÷Ü üíùÙ÷n÷QüÚ÷Æ ÷ÅD÷¾ , ÷Äüê÷ÆùC ünø®üÙøC üíùÙùm÷C ûùK÷m ÷ÅD÷¾
ëû÷Ç÷Y÷PDû÷Ö÷Ç÷ºüíùÙ÷n÷P ÷¹üÝ÷s÷º øç÷ÙD÷Ã÷Õ
û÷n÷¿÷QürùØùD÷ºùÈ÷M÷YüÆCë÷ÆùC
.Dú¿ù@²÷z ë÷rüÝ@@øÕ û÷ n@@÷f÷ÜD@û÷Â÷i
øç@÷Ç÷²÷X ùÈ÷M@÷YüÇùÆ øç@û÷L÷m
qala rabbii arinii unzhur ilaika, qala lantaranii walakinzhur ilal jabali fainistaqarra makanahu fasaufa taranii falamma tajalla rabbahu liljabali ja'alahu dakka wakharra muusa sha'iqan. (Al’Imroon 143) Artinya
: hamba dapat melihat engkau,Wahai
tuhanku nampakanlah dzat kesempurnaan engkau kepada Hamba Allah berfirman : kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat (Aku) tetapi melihatlah
kebukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya niscaya engkau dapat melihat (Aku),
tetkala tuhannya nampak bagi bukit itu maka kejadian itu menjadikan bukit itu
Hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Dari ayat tersebut dapatlah dipetik
pengertian melihat Tuhan itu bukan dengan mata kepala.
×êbûnÆCÛÖbûnÆC ÓC×sL
ømD÷¡@@@@üL÷ËüC øç@@@@@@øÂùmüj@@@@ø@P÷Ë
ømD÷¡@@@@üL÷ËüC øç@@@@@@øÂùmüj@@@@ø@P÷Ë
Firman
Allah SWT: latudrikuhul abshoru, Artinya
: allah itu tidak mungkin dilihat dengan penglihatan mata kepala.
2 . Bahwa ma’rifat itu sesungguhnya adalah tembusnya penglihatan Hati kepada Allah.
ù×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
ùOC|Ý@@|Öû÷sÆCëùºC÷kD÷ÕCüÜø n@@ø®üÙ ùÈø¾
ùOC|Ý@@|Öû÷sÆCëùºC÷kD÷ÕCüÜø n@@ø®üÙ ùÈø¾
Firman Allah SWT : qulinzhuruu maadzaa fiissamawaati wal‘ard. Artinya
:Lihatlah apa yang sebenarnya yang ada
dilangit dan dibumi.
3.
bahwa senantiasa ruuh itu terhijab dengan rasa keinsanan / insaniyah maka tiada
yang dilihat kecuali yang nampak juga. Apabila shifat ruhaniyah lebih berkuasa
atas shifat keinsanan. Maka berbalik pandangan (mata) kepala menjadi pandangan
(mata hati) artinya : tiada dilihat oleh mata kecuali apa yang dilihat oleh
(hati) dalam pada itu penglihatan (mata) yang bershifat kebaharuan(muhaddats)
lebur dalam penglihatan (hati) yang bershifat keqodiman, maka tentunya tidak
dapat bercampur baur dengan qodim.
Setengah
daripada ahli tafsir atas ayat :
×êbûnÆCÛÖbûnÆC ÓC×sL
üíùÙ÷n÷P ÷¹üÝ÷s÷º øç÷ÙD÷Ã÷Õ
û÷n÷¿÷QüsùÙùD÷º ùÈ÷M÷YüÆCë÷ÆùC ünø®üÙùÛùÃ÷Æ÷Ü
Waalakininzhur
Ilaljabali fainistaqorro makanahu fasaufa taronii. Artinya : akan tetapi lhatlah
kebukit itu maka jika ukit tetap ditempatnya, (niscaya engkau dapat melihat
aku) ditapsirkan sebagai mengandung pengertian bahwa tuhan menggantungkan
bolehnya (jaiz) terlihat atas tinggal tetapnya. Bukit itu pada tempatnya,
Artinya : Allah itu mungkin terlihat pada pada dirinya dan apa-apa yang
terkandung atas kemungkinan itu (mungkin hukumnya)
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
Dû÷ ÷i øç÷Ç÷²÷XùÈ÷M÷YüÇùÆ øçû÷L÷mëû÷Ç÷Y÷P Dû÷Ö÷Ç÷º
Lalu
atas ayat: Falammaa
tajallaa robbahu liljibali Ja’alahu dakka. Artinya : (tetkala tuhannya
nampak bagi bukit itu) maka kejadian itu menjadikan bukit itu (hancur luluh
)Ditapsirkan dengan pengertian : maka bila ada kemungkinan bahwa tuhan itu bisa
nampak bagi bukit benda beku itu, bagaimana akan tidak mungkin nampak bagi
rasulnya dan para aulianya yang tidak beku itu.
Dan lagi manakala dekat, bahwa
sesungguhnya Allah berkata –kata dengan Nabi Musa r.a. dan Nabi Musa mendengar
kata-kata Tuhan itu lebih mungkin lagi berarti barang siapa yang sudah mencapai
Ma’rifat, maka lenyaplah diri keinsanan (lebur luluh) keadaan kebaqoan Allah
ta’ala.
øçüX÷Ü
ë÷¿üM÷é÷Ü.ùØD÷ºD÷æüê÷Ç÷±üÛ÷ÕûøÈøÂ.×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(
27 - 26- ÛÖbnÆC )............üÔC÷nüÂùËüC÷Ü ùÈ÷Ç÷Y@üÆCøk ÷ÄûøL÷m
Firman
allah ta’ala :kullu man ‘alaiha faani. wayabqo wajhu robbuka dzuljalaali wal
ikroom ( Arrohman 26-27 ) Artinya
: semua yang Ada
dibumi itu akan binasa. dan akan tetap Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebenaran dan
kemuliaan.
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC ×sL
ùÓCùÛ÷±÷NùYøbøç÷sü»÷Ù÷E÷müÛ÷Õ÷Üùçùsü»÷ÙüÛ÷±ë÷Ç÷±ë÷ÆD÷²÷Pû÷À÷cüÆCüì÷
÷E÷müÛ÷Õ
Man roal haqqo ta’ala ‘annafsihi
waman roa nafsahu habiba ‘anillah. Artinya : barang siapa yang
melihat tuhan niscaya lenyaplah iya dari dirinya dan barang siapa masih melihat
dirinya niscaya terhijab dia dari pada Allah…..
justru maka pengertian
Ma’rifat tiada cukup dengan jalan dalil atau dengan aqal pikiran saja, tetapi
Ma’rifat dicapai dengan pertolongan Allah sebagai karunianya.
Ma’rifat atas yaqiin.
Bermula Yaqiin ialah :
2. tindakan bahwa keyaqinan
itu adalah suatu ‘ilmu yang tidak sesatkan angan-angan dan tidak dicampuri
keragu-raguan.
3. bahwa keyaqinan itu adalah
Nuur cahya yang diciptakan oleh Allah didalam
Hati Sanubari Hambanya sehingga dengan bantuan
Yaqinan itu dapat jelas bagian segala perkara yang Ghoib.Tetkala Shekh al-junaed :
×êbûnÆC ÛÖbûnÆCÓC ×sL
÷Ý@øå øÛüêù¿÷êüÆ÷C.ùNüê÷·üÆC ùj÷æüw÷Õ ëùÆ
üíùMüé÷ûnÆC ø°D÷»ùP ümùG øÛüêù¿÷êüÆ÷C
ùNüÇ÷¿üÆCëùºønûùê÷·øé÷Ë÷ÜøÅüÝøc÷é÷Ë÷ÜøNùÇ÷¿üÚ÷é÷Ëüìùlû÷ÆCø×üÇù²üÆCømC÷nü¿ùQür
Al’yaqiinu irtifaa’urroibi
fii masyhadil ghoibi. al’yaqiinu huwas tiqrorul ‘ilmil ladzii layanqolibu walaa yahuulu walaa yaghoyyiru fiil qolbi Artinya : yaqiin itu
menghilangkan keraguan pada ketika jelasnya yang ghoib bahwa yaqiin itu ialah
ketetapan ‘ilmu yang tidak berputar-putar (berbalik-balik) dan tidak
terumbang-ambing serta tidak pula (berubah–rubah), dalam hati.
Tegasnya bahwa yaqiin adalah
Kerajaan Qolbu dan dengan keyaqinan itu menjadilah sempurna iman dan yaqiin itu
pula kunci untuk sampai pada Ma’rifatullah.
÷Äüê÷ÆùC÷ÈüéùpüÙøCD÷ÖùL÷ØüÝøÚùÕüãøé
÷Ûüéùl÷ÆC÷Ü.×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(45:än¿MÆC)üØüÝøÚù¾ üÝøé
ü×øåùõ÷nùf÷ËüCDùL÷Ü÷ÄùÇüM÷¾
üÛùÕ÷ÈüéùpüÙøC÷DÕ÷Ü
walladzina yu’minuna bima
ilaika wamaa unjila min qolbika wabil akhirotihum yuuqinuun. (albaqarah.4) Artinya : mereka yang percaya
akan apa2 yang diturunkan kepadamu (Al-quran) dan apa2 semua kitab
suci. Yang dari sebelum engkau dan mereka itu tidak meyaqini akan masa akhirat
Bahwa yaqiin itu adalah iman
tetapi tidaklah tiap-tiap iman itu adalah yaqiin, karena iman itu kadang-kadang
dapat dimasuki Ghoflah / kelalayan padahal yaqiin itu tidak bisa dimasuki
kelalayan .Telah bersabda
Rasulullah saw
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
D÷Öû÷ÙùCùÛêù¿÷êüÆCø¼ü²ù¤÷Ü .ùÛüêù¿÷êüÆC ø¼ü²ù¤
ëùQû÷ÕøCë÷Ç÷±ø¼÷f÷CD÷Õ ø¹÷Ýüf÷C
ùõ÷Ýüsø¿üÆC÷Üùö÷ÆD÷©ùMüÆCùKD÷Lüm÷CùR÷©÷ÆD÷gøÕ÷ Üùö÷Çü»÷·üÆCùÈüå÷Cùö÷é üâømüÛùÕøØüÝøÃ÷é
akhwafu maakhofu ‘alaa
ummatii dhi’ful yaqiin wadhi’ful yaqiin innama yaqunu min ru’yati ahlil
ghoflati wamukholathoti arbabil bitholati walquswati. Artinya : yang sangat aku
takutkan diantara ketakutan terhadap umatku ialah(lemahnya keyaqinan)bahwa lemahnya
keyaqinan itu adalah kerena terdorong kepada orang2 yang lupa agamanya ,dan bergaul orang sesat yang bershifat kasar lagi berkepala batu.
Ma’rifat atas ‘ilmul yaqiin
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(5:nvD÷ÃûQÆC)Ûêù¿÷êüÆC ÷×üÇù± ÷ØüÝøÖ÷Çü²÷PüÝ÷Æ ÷Ì÷Â
Firman Allah SWT: Kalaa lauta’lamuuna ‘ilmal yaqiin.(Attakasyur-5)Artinya:Janganlah begitu,jika kamu
mengetahui ‘ilmu Yaqiin.(mengetahui dengan pengetahuan yang Yaqiin)
Maksudnya pengertian, yang
mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan jalan pikiran dahulu misalnya :
kita kenal Muhammad bin abdullah itu seorang nabi dan Rasulullah, karena
kalimat Syahadat memberi keyaqiinan kepada kita dengan pandangan ‘ilmu bahwa
Syaidina Muhammad itu benar adalah pesuruh Allah, meskipun belum dijumpai
dengan mata kepala jadi pandangan Ma’rufat dibalik tabir ( waroul hijabun )
diyaqiini kebenarannya atas dalil-dalil yang dapat diterima oleh ‘aqal pikiran
itulah dalam tarap seperti ini dinamakan Ma’rifat dengan ilmul yaqiin, yang
menurut ahli-ahli tashauf dinamakan.
×êbûnÆC
ÛùbûnÆCÓC ×sL
.üÓC
û÷ËùC ÷Èù±D÷º÷Ë üì÷C.üÅD÷²üº÷ËüCëùºëûùÇ÷Y÷P.üÅD÷²üº÷ËüCëùºøôD÷Ú÷º
ma’rifat
dalam tarap : fana-u fiil af’al : aela
fahila illallah . Artinya
: fana dalam tingkat fana dalam af’al (perbuatan) tajalli dalam af’al
tegasnya : tiada yang berbuat hanyalah Allah.
Ma’rifat atas 'ainul yaqiin.
×êbûnÆC ÛùbûnÆCÓC ×sL
(7:nvDÃQÆC) üÛüêù¿÷êüÆC÷Ûüê÷±D÷æ÷ûÙüÜ÷n÷Q÷Æ û÷×øT
Firman Allah SWT : Tsumma
latarowunnaha ‘ainal yaqiin (Attakaasyur -7) .Artinya
:lagi benar-benar kamu akan melihatnya dengan
keyaqinan mata kepala........
Pengertian ini mengandung
keadaan orang mencari kebenaran dengan demikian
Mata kepala, seumpama kita kenal, Syaidina Muhammad .s.a.w. sebagai
Rasulullah bukan sekedar pehabaran / ucapan
orang saja, tetapi dengan jalan
kita telah membaca Al-quran dan
kitab
hasits tentang ajaran Agama Islam yang disampaikan
kepada dunia, yang dengan jalan itu lebih Shobar keyaqiinan kepada kita baik
dalam pandangan Zhohir maupun pandangan Bathiniyah.
Bahwa syaidina Muhammad.s.a.w.itu sesungguhnya hanyalah Rasulullah bahkan seorang
Saidilmursalin. Inilah
Ma’rifat pada tingakat ‘aenul yaqiin oleh para ahli tashauf sebagai Ma’rifat taraf:
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
üÓC û÷ËùC ûøí÷b üì÷C. ùOD÷»ûù¡ÆCëùºëûùÇ÷Y÷P.
ùOD÷»ûù¡ÆCëùº øôD÷Ú@÷º
fanau
fiish-shifati . Tajalli fish-shifati aela hayyu illallah. Fana dalam shifat fana
tajalli dalam shifat. Artinya
: tiada yg hidup (yang kuasa yang berkehendak berkata2 ) melainkan hanyalah
Allah.
øÓC÷ôD÷wû÷é
üØ÷C÷ËùC÷ØüÜøôDÿw÷PDÕ÷Ü . ×êbûnÆC Û|ÖbûnÆCÓC ×sL
Firman Allah SWT: Wamatasyaauna
illa ayyasaa allah ( Al’Insan 30 ) Artinya
: dan tiadalah kehendak kamu melainkan kehendak Allah jua adanya
Ma’rifat atas haqqul yaqiin.
×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
(95:ç²¾CÝÆC) üÛüêù¿÷êüÆC ûøÀ÷å C÷l÷åû÷ØùC
(95:ç²¾CÝÆC) üÛüêù¿÷êüÆC ûøÀ÷å C÷l÷åû÷ØùC
Firman Allah SWT :Innahaadzaa
lahuwah Haqqul yaqiin (Al-Waaqi’Ah 95) Artinya
: sesungguhnya yang disebut ini adalah benar-benar kenyataan yang benar2
Haqqul Yaqiin.
Yang ini mengandung pengertian
bahwa kita mengenal ilmunya Nabi.s.a.w. seperti pada perumpamaan diatas) bukan
saja sekedar sebab mempelajari ajaran Islam tampa perantara lagi, kita Masyahadah
berpandang-pandangan dengannya,
maka Ma’rifat / pengenalan pada
tarap ketiga ini dinamakan :
Ma’rifat atas Haqqul Yaqiin, yang oleh para ahli tashauf dinamakan Ma’rifat
maka tarap:
×êbûnÆC ÛÖbûnÆC ÓC ×sL
üÓC ÷ûËùC ÷jøXüÝ÷Õ ÷Ë üì÷C . üO û÷lÆCëùºëûùÇ÷Y÷P .
üO û÷lÆCëùº øôD÷Ú÷º
fanau
fiidz-dzat tajalli fiidz-dzat, aelamajuda illallah,dalam tarap fana dalam dzat
tajalli dalam dzat. Artinya : tiada yang maujud (berwujud) muthlaq hanyalah Allah : maka orang yang telah sampai disini telah mencapai Kamalul Yaqiin,
ü ×êbûnÆCÛÖbûnÆCÓC×sL
¹ùnü²÷é ü×@@@@@÷Æ ü½øl÷é ü×@@@@@÷Æ üÛ÷Õ
Man
lam yadzuq lam ya’rif. Artinya
: barang siapa belum merasa maka ia
..................................................................................................
Mohon maaf atas kekurangan dan kekhilafannya. wslm
Langganan:
Postingan (Atom)