Salahsatu amal ibadah yang terpenting yang dapat membersihkan kotoran
kebendaan dan keruhanian, dan sebagai latihan bagi ruhani sehingga
seseorang dapat mencapai derajat akhlak yang tinggi sehingga Allah akan
ridha kepadanya adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Allah telah
berfirman kepada Nabi saw. agar mengambil zakat dari harta benda
orang-orang beriman untuk membersihkan dan menyucikan harta tersebut.
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ
عَلِيم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (Q.S. At-Taubah[9]: 103).
Meski demikian, maksud membelanjakan harta yang dapat membersihkan dan
menyucikan orang-orang adalah jika itu dilakukan berdasarkan ketentuan
yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an. Orang-orang beranggapan bahwa
mereka telah menunaikan tugas mereka ketika mereka memberikan sejumlah
uang yang sangat sedikit yang diberikan kepada pengemis, memberikan
pakaian bekas kepada orang miskin, atau memberi makan kepada orang yang
lapar. Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan-perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang akan memperoleh pahala dari Allah jika niatnya untuk
mencari ridha Allah. Namun sesungguhnya ada batas-batas yang telah
ditentukan dalam Al-Qur’an. Misalnya, Allah memerintahkan manusia agar
menginfakkan apa saja yang melebihi keperluannya:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ
وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبيِّنُ
اللّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُون
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir,” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 219).
Manusia hanya memerlukan sedikit saja untuk memenuhi keperluan hidupnya
di dunia. Harta benda yang di luar keperluan seseorang adalah harta yang
berlebih. Yang terpenting bukan jumlah yang diberikan, tetapi apakah ia
memberikannya dengan ikhlas atau tidak. Allah mengetahui segala sesuatu
dan Dia telah memberi hati nurani kepada manusia untuk menetapkan
hal-hal yang sesungguhnya tidak diperlukan.
Menginfakkan harta benda merupakan bentuk ibadah yang mudah bagi
orang-orang yang tidak dihinggapi ketamakan terhadap dunia dan yang
tidak mengejar dunia, tetapi merindukan akhirat. Allah telah
memerintahkan kita untuk menginfakkan sebagian dari harta kita untuk
menjauhkan cinta dunia. Menginfakkan harta benda merupakan sarana untuk
membersihkan diri dari sifat tamak. Tidak diragukan lagi bahwa bentuk
ibadah ini sangat penting bagi orang-orang yang beriman dalam kaitannya
dengan perhitungan di akhirat. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa orang
yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan dirahmati Allah:
DUA MANUSIA YANG DIRAHMATI
Orang yang diberi oleh Allah Al-Qur’an dan ia hidup berdasarkan
Al-Qur’an itu, menganggap halal apa saja yang dihalalkan Allah, serta
menganggap haram apa saja yang diharamkan-Nya. Sedangkan yang lainnya
adalah orang yang diberi harta oleh Allah, dan harta itu digunakannya
untuk kemaslahatan sanak keluarganya serta dibelanjakannya di jalan
Allah.
Manusia Harus Memberikan Apa Yang Justru Ia Cintai Kepada Orang Miskin
Orang sering kali cenderung memberikan sesuatu jika sesuatu yang
diberikan itu tidak merugikan kepentingannya. Misalnya, ketika seseorang
memberikan harta bendanya kepada orang miskin, sering kali ia
memberikan sesuatu yang tidak lagi diperlukannya dan tidak disukainya,
sudah ketinggalan mode, atau tidak layak pakai. Tampaknya orang merasa
berat untuk memberikan harta benda yang dicintainya, padahal
sesungguhnya kedermawanan seperti ini sangat penting untuk membersihkan
diri dan agar mencintai amal kebajikan. Ini merupakan rahasia penting
yang diungkapkan Allah kepada umat manusia. Allah telah menyatakan bahwa
tidak ada cara lain untuk mencapai kebajikan bagi manusia kecuali
melalui:
لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan
sebagian dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
maka sesung-guhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran[3]: 92).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ
مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِآخِذِيهِ إِلاَّ أَن تُغْمِضُواْ فِيهِ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan daripadanya, padahal kamu sen-diri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 267).
Membelanjakan Harta Di Jalan Allah Untuk Mendekatkan Diri Pada-Nya
Bagi orang yang beriman, tidak ada sesuatu pun yang lebih dirindukan
daripada memperoleh keridhaan Allah dan dicintai oleh-Nya. Orang yang
beriman berusaha mencari asbab untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam
hidupnya. Tentang hal ini, Allah menyatakan sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ
الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah[5]: 35).
Sebagai sebuah rahasia dan berita gembira bagi orang-orang beriman,
Allah mengung-kapkan dalam Al-Qur’an bahwa apa yang dibelanjakan akan
menjadi asbab untuk mencapai kedekatan dengan-Nya. Dengan demikian bagi
orang yang beriman, memberikan apa yang ia cintai dan yang melebihi
keperluannya kepada orang-orang miskin tidaklah sulit, tetapi merupakan
kesempatan berharga untuk membuktikan bahwa ia adalah orang yang taat
dan cinta kepada Allah. Tentang hal ini Allah menyatakan sebagai
berikut:
وَمِنَ الأَعْرَابِ مَن يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَتَّخِذُ
مَا يُنفِقُ قُرُبَاتٍ عِندَ اللّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلا إِنَّهَا
قُرْبَةٌ لَّهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللّهَ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan diantara orang-orang Arab Badui ada orang yang beriman kepada Allah
dan hari Kiamat, dan memandang apa yang dinafkahkannya itu sebagai
jalan mendekat-kannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh
doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi
mereka untuk mendekatkan diri. Kelak Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. At-Taubah[9]: 99).
Rahasia lain yang diungkapkan tentang membelanjakan harta seseorang di
jalan Allah menurut Al-Qur’an adalah, bahwa apa saja yang dinafkahkannya
itu pasti akan memperoleh balasan. Ini merupakan janji Allah.
Orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah tanpa takut
akan menjadi miskin, akan memperoleh rahmat yang menakjubkan dalam
kehidupan mereka. Apa saja yang dibelanjakan di jalan Allah akan
diganjar sepenuhnya. Sebagian ayat yang menceritakan janji tersebut
adalah sebagai berikut:
لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا
تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء
وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ
لاَ تُظْلَمُون
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allahlah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka pahalanya itu untuk dirimu
sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena
mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu
sedikit pun tidak akan dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 272).
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ
الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن
دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن
شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُون
“...... Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (Q.S.
Al-Anfal[8]: 60).
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa saja
yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.’ Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan
Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba’[34]: 39).
Orang-orang yang beriman hanya mengharapkan keridhaan Allah dan surga
ketika mereka memberikan harta mereka; tetapi sebagai rahasia yang
diungkapkan oleh Allah, apa saja yang mereka nafkahkan akan dikembalikan
lagi kepada mereka. Pengembalian ini merupakan rahmat di dunia, dan di
atas segalanya, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang beriman.
Dalam pada itu, berkebalikan dengan orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, Allah akan mengurangi rezeki orang-orang yang
bakhil dalam menafkahkan kekayaan mereka, atau orang yang suka
mengumpulkan kekayaan dan mengabaikan batasan-batasan Allah. Salah satu
ayat yang berkaitan dengan masalah ini menceritakan tentang keadaan
orang-orang yang memakan riba:
يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 276).
Allah memberitahukan tentang keberuntungan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang memberikan harta mereka sebagai berikut:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ
حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ
وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang
Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.
Al-Baqarah[2]: 261).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakitinya, seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
lalu menjadilah ia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa
yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ
وَتَثْبِيتاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا
وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ
فَطَلٌّ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
perbuat.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 265).
Dalam setiap ayat tersebut terdapat rahasia yang diungkapkan Allah
kepada orang-orang yang beriman dalam Al-Qur’an. Orang-orang yang
beriman memberikan harta benda mereka hanya untuk mencari keridhaan dan
rahmat Allah dan surga-Nya. Namun, menyadari tentang rahasia-rahasia
yang diungkapkan dalam Al-Qur’an, mereka juga mengharapkan rahmat dan
karunia Allah.
Semakin banyak mereka memberikan hartanya di jalan Allah, dan semakin
mereka memperhatikan apa yang diharamkan dan yang dihalalkan, Allah akan
semakin menambah kekayaan mereka, tugas-tugas mereka dijadikan mudah,
dan Allah memberikan kesempatan yang semakin banyak untuk menafkahkan
hartanya di jalan Allah. Setiap orang beriman yang bertakwa kepada Allah
dan dalam hatinya tidak ada kekhawatiran terhadap masa depan, ia akan
memahami rahasia ini dalam kehidupannya.
Diriwayatkan oleh Ibn Masoud, Ibn Abbas dan beberapa orang para sahabat:
دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِىسَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِى
رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ وَدِيْنَارٌ
اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ اَعْظَمُ اَجْرًا اَلَّذِى اَنْفَقَتْهُ عَلَى
اَهْلِكَ
"Satu dinar kamu infakkan pada jalan Allah, sedinar diinfakkan untuk
membebaskan hamba, sedinar engkau sedekahkan kepada orang-orang miskin
dan sedinar engkau infakkan kepada keluarga engkau, yang paling besar
pahalanya yang diinfakkan kepada keluarga engkau". (Hadis Riwayat
Muslim)
Infak sunnah (tathawwu'): Diriwayatkan dari Dhahhak: Oleh kerana untuk
maksud zakat tidak digunakan kecuali kalimah zakat itu sendiri, oleh
kerana itu apabila digunakan lafaz kalimah infak, maka tidak dimaksudkan
kecuali infak sunnah (tathawwu'). (Lihat Tafsir al-Qurtubi, 1/179)
Infak juga bermaksud:
"Mengeluarkan sebahagian harta demi kerana mentaati Allah Subhanahu wa-Ta’ala sama ada yang wajib atau yang sunnah".
Keikhlasan mengeluarkan infak atau sedekah menjadi petanda kekuatan iman
seseorang, kerana infak tergolong amal soleh yang paling mulia di sisi
Allah Subhanahu wa-Ta’ala. Allah menjanjikan pahala yang amat besar
kepada orang-orang yang suka berinfak:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِىسَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ
حَبَّةٍ اَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فىِ كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ
وَاللهُ يُضَاغِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seumpama
suatu biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai seratus
biji, dan Allah melipat gandakan bagi orang yang dikehendaki dan Allah
Maha Luas (kurnia-Nya) dan Maha Mengetahui.” (al-Baqarah, 2: 261)
آمِنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ
مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَاَنْفَقُوا
لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيرٌ
"Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebahagian
dari hartamu yang Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebahagian) dari hartanya
memperolehi pahala yang besar". (Al-Hadid, 57: 7)
يَا اَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنْ اْلأرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ
مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ اِلاَّ اَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ
وَاعْلَمُوا اَنَّ اللهَ غَنِىُّ حَمِيْدٌ
"Hai orang-orang beriman, infakkanlah sebahagian hasil usahamu yang
baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu! Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu infakkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mahu mengambilnya melainkan
dengan memejamkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahawa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji". (al-Baqarah, 2: 267)
Menurut Ibn Abbas: Allah Azza wa-Jalla menyeru orang yang beriman
berinfak dengan hartanya dan jiwanya. Ditegah dari bersedekah dengan
wang yang keji dan haram. Allah itu baik, tidak akan menerima kecuali
yang baik. Allah telah menjelaskan dengan firman-Nya(وَلاَ تَيَمَّمُوا
الْخَبِيْثَ) "Janganlah kamu infakkan yang keji (buruk-buruk dan
haram)". (Lihat: Tafsir Ibn Kathir, jld. 1, hlm. 240)
لَنْ تَنَالُواالبِرَّحَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَىءٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
"Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Ali
Imran, 3: 93)
Antara tanda-tanda kuatnya iman seseorang ialah mudah untuk mengeluarkan
infak. Menginfakkan harta yang halal merupakan suatu cara untuk
membersihkan pendapatan yang syubahat, malah setiap infak akan
memperolehi keberkatan harta-benda di samping membuktikan kesempurnaan
iman sebagaimana firman Allah s.w.t.:
اَلَّذِيْنَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيقِيْمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ ينفِقُونَ
"Adapun orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan mendirikan
sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka". (al-Baqarah 2:3)
وَاَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِينَ فِيْهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَاَنْفِقُوا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيرٌ
"Dan infakkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya, maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menginfakkan (sebahagian) dari hartanya memperolehi pahala yang besar".
(al-Hadid, 57: 7)
وَمَا اَنْفَقْتُمْ مِنْ شَىءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيرُ الرَّازِقِينَ
"Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya". (Saba’, 34: 39)
وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا وَابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا
الصَّلاَةَ وَاَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً
وَيَدرَؤُنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةِ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى
الدَّارِ
"Dan orang-orang yang sabar kerana mencari keredhaan Tuhannya,
mendirikan solat dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terang serta menolak
kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang mulia)". (ar-Ra’d, 13:22)
اِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَاَقَامُوا الصَّلاَةَ
وَاَنْفَقُوا مِمَّارَزَقْنَاهُمْ سِرَّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ
تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ
"Dan orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki dengan diam-diam
(sembunyi-sembunyi) dan dengan terang-terang, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi". (Fathir, 35: 29)
وَالَّذِينَ اِذَا اَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَينَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (hartanya) mereka tidak
berlebih- lebihan dan tidak pula terlalu kikir, dan infak itu di
pertengahan di antara yang demikian". (al-Furqan, 25: 67)
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَىءٍ فِى سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
"Apa sahaja yang kamu infakkan pada jalan Allah nescaya akan dibalas
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)".
(al-Anfaal, 8: 60)
هَااَنْتُمْ هَؤُلاَءِ تَدْعُونَ لِتُنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ
فَمِنْكُمْ مَّنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ
نَفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِىُّ وَاَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَاِنْ تَتَوَلَّوا
يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا اَمْثَالَكُمْ
"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah! Maka di antara kamu ada orang yang kikir dan siapa
yang kikir sesungguhnya dia hanya kikir terhadap dirinya sendiri. Dan
Allah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang fakir
(memerlukanNya), dan jika kamu berpaling nescaya Dia akan mengganti
(kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu".
(Muhammad, 47: 38)
وَمَا لَكُمْ ألاَّ تَنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ وَاللهُ مِيرَاثُ
السَّمَوَاتِ وَاْلأرْضِ لاَ يَسْتَوِى مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ
قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ اُولَئِكَ أعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ
اَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاًّ وَعْدَ اللهُ الْحُسْنىَ
وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Dan mengapa kamu tidak menginfakkan (sebahagian hartamu) pada jalan
Allah, padahal Allahlah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi?
Tidak sama antara kamu orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang
sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi menginfakkan (hartanya)
dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing
mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan". (al-Hadid, 57: 10)
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً عَبْدًا مَمْلُوكًا لاَيَقْدِرُ عَلَى شَىءٍ وَمَن
رَّزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا
وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ اَلْحَمْدُللهِ ، بَلْ اَكْثَرُهُمْ لاَ
يَعْلَمُوْنَ
"Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki
yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami
beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menginfakkan sebahagian dari
rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terang, adakah mereka itu
sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada
mengetahui". (an-Nahl, 16: 75)
قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُنْفِقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنَيَةً مِنْ قَبْلِ اَنْ يَاْتِيَ
يَوْمٌ لاَ بَيْعٌ فِيْهِ وَلاَ خِلاَلٌ
"Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman! Hendaklah mereka
mendirikan sembahyang, menginfakkan sebahagian dari apa yang telah Kami
rezekikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terang sebelum
datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan". (Ibrahim, 14: 31)
يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا اَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ
فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأقْرَبِينَ وَالْيَتَمَى وَالْمَسَكِينِ وَابْنِ
السَّبِيْلِ وَمَا تَفْعَلُونَ مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
"Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan,
Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada
ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang
kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". (al-Baqarah, 2:
215)
اَلَّذِينَ يُنْفِقُونَ أمْوَالَهُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ لاَ
يُتْبِعُونَ مَا أنْفَقُوا مَنًّا وَلاَ أذًى لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِندَ
رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ قَولٌ مَعْرُوفٌ
وَمَغْفِرَةٌ خَيرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا اَذًى وَاللهُ غَنِىٌّ
حَلِيْمٌ . يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ
بِالْمَنِّ وَاْلاَذَى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَومِ اْلاَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَ يَقْدِرُوْنَ
عَلَى شَىءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَومَ الْكَافِرُوْنَ.
"Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima) mereka
memperolehi pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhuwatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan
pemberian maaf itu lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakiti (perasaan si penerimanya). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun. Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghilangkan
(membatalkan pahala) sedekah kamu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerimanya), seperti orang yang menginfakkan
hartanya kerana riak (menunjuk-nunjuk) kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada debu tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat lalu jadilah dia bersih (tidak berdebu lagi). Mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (al-Baqarah, 2:
262-264)
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ اَمْوَالَهُمْ ابْتِغَاءَ مَرَضَاتِ اللهِ
وَتثْبِيْتًا مِنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرِبْوَةٍ اَصَابَهَا
وَابِلٌ فَئَاتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَينِ فَاِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ
فَطَلٌ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan (menginfakkan) hartanya
kerana mencari keredaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali ganda, jika hujan
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu lakukan". (al-Baqarah, 2:265)
وَسَارِعُوا اِلىَ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتِ وَاْلأرْضِ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. اَلَّذِينَ يُنْفِقُونَ
فِى السَرَّاءِ وَالضَرَّاءِ وَالْكَاظِمِـينَ الْغَيْظِ وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan bersegeralah kamu kepada keampunan Tuhanmu dan kepada syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
taqwa. Iaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik diwaktu
senang atau di waktu susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya
dan memaafkan kesalahan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan". (Ali Imran, 3: 133-134)
وَلاَ يُنْفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً وَلاَ يَقْطَعُونَ
وَادِيًا اِلاَّكُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللهُ اَحْسَنَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
"Dan mereka tiada menginfakkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula)
yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan ditulis bagi
mereka (amal soleh pula), kerana Allah akan memberi balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan". (at-Taubah, 9: 121)
اَلَّذِينَ اِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ
عَلَى مَا اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْـنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ
"Orang-orang yang (patuh kepada Allah) iaitu orang-orang yang apabila
disebut nama Allah gementarlah hati mereka, orang-orang yang sabar
terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang
dan orang-orang yang menginfakkan sebahagian apa yang telah Kami
rezekikan kepada mereka". (al-Hajj, 22: 35)
اُوْلَئِكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَرَّتَينِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَؤُنَ
بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"Mereka itu diberi pahala dua kali (kerana beriman dengan Taurat
kemudian dengan al-Quran) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka
menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan sebahagian dari apa
yang telah Kami rezekikan kepada mereka". (al-Qasas, 28: 54)
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنُفِقُوْنَ
"Mereka meninggalkan tempat tidur mereka (ditengah malam) untuk berdoa
kepada Tuhan dengan rasa takut dan harapan, dan mereka menginfakkan
sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (as-Sajadah,
32:16)
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلاَةَ وَاَمْرُهُمْ شُوْرَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"Dan orang-orang yang menerima (mentaati) seruan Tuhannya dan mendirikan
sembahyang, dan urusan mereka (diputuskan) dengan syura antara mereka,
dan mereka menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka". (asy-Syura, 42: 38)
وَاَنْفِقُوا مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَاْتِىَ
اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلُ رَبِّ لَوْلاَ اَخَّرْتَنِىْ اِلىَ اَجَلٍ
قَرِيْبٍ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ
"Dan belanjakanlah (infakkanlah) sebahagian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu, lalu ia berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematianku) sehingga waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah (berinfak) dan aku termasuk orang-orang yang soleh!"
(al-Munafiqun, 63: 10)
Allah ‘Azza wa-Jalla menyeru setiap mukmin agar bertaqwa dan beramal
soleh, antaranya dengan cara menginfakkan sebahagian harta yang
diperolehinya agar mendapat kejayaan di dunia dan di akhirat. Infak
dapat membuktikan kebenaran iman seseorang kepada Allah sebagaimana
firman-Nya:
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأطِيْعُوا وَأنْفِقُوا
خَيرًا لاَنْفُسَكَمْ وَمَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَاُوْلَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah, dan infakkanlah nafkah yang baik-baik untuk dirimu.
Barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung". (at-Taghobun, 64: 16)
Berinfak (bersedekah) semestinya dengan keikhlasan semata-mata kerana
Allah, bukan kerana sesuatu tujuan, harapan, matlamat atau sesuatu
muslihat. Keikhlasan menjadi syarat supaya infak itu tidak dibatalkan.
Allah telah menjelaskan perkara ini:
يَا اَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ
وَاْلأذَى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَا لَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيهِ
تُرَابٌ فَأصَابَهُ وَابِلٌ فَترَكَهُ صَلْدًا لاَ يَقْدِرُونَ عَلَى شَىءٍ
مِمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الْكَافِرِيْنَ
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu membatalkan pahala
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan orang yang
menerimanya), seperti orang yang menginfakkan hartanya kerana riak
(menunjuk-nunjuk) kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudiannya. Maka perumpamaan orang ini seperti batu yang licin
yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
jadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang
mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir". (al-Baqarah, 2: 264)
Antara sebab berlakunya kehancuran pada seseorang atau masyarakat ialah
apabila terdapat perasaan mementingkan diri sendiri, tamak haloba dan
kikir berinfak sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah:
وَاَنْفِقُوا فِى سَبِيلِ اللهِ وَلاَتُلْقُوا بِاَيْدِيْكُمْ اِلىَ التَّهْلُكَةِ وَاَحْسِنُوا اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan
janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik". (al-Baqarah, 2: 195)
Ayat ini dikuatkan dengan sabda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam di bawah ini:
مَامِنْ يَوْمٍ يَصْبَحُ الْعُبَّاد فِيهِ اِلاَّ وَمَلَكَانِ يِنْزِلاَنِ
فَيَقُولُ اَحَدُهُمَا : اَللَّهُمَّ اعْطِ مَنْفقًا خَلفًا. وَيَقُولُ
اْلاَخَرُ : اَللهُمَ اعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. رواه مسلم
"Pada tiap-tiap pagi turun dua malaikat, lalu yang seorang berseru: Ya
Allah, berilah pengganti kepada orang membelanjakan! (berinfak atau
bersedekah) dan yang kedua berseru: Ya Allah, turunkanlah kebinasaan
kepada yang kikir!" (Hadis Riwayat Muslim)
كَفَى بِاْلْمَرْءِ آثِمًا اَنْ يَضِيْعَ مَنْ يَقُوْت. رواه مسلم وأبو داود
"Cukuplah dosa (kebinasaan) bagi seseorang manusia itu hanya dengan
kerana membiarkan (menyia-nyiakan) keperluan seseorang yang sangat
memerlukan". (Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud)
Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah mengajar orang-orang
yang beriman beragai-bagai cara dan jenis untuk berinfak atau bersedakah
tathawwu'. Cara-cara tersebut dapat kita fahami melalui nas al-Quran
dan hadis-hadis yang sahih, antaranya firman Allah:
وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَيَتِيْمًا وَاَسِيْرًا
"Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan". (al-Insan, 76: 8)
Ayat ini menggalakkan orang-orang yang beriman agar memberi sedekah
kepada fakir miskin dari jenis-jenis barangan (harta) yang terbaik dan
yang disukai, bukan yang sisa, yang terbuang atau tidak diperlukan lagi.
Galakan bersedekah dengan benda-benda yang baik terkandung dalam hadis
Nabi Muhammad sallallahu ‘alahi wa-sallam:
اَيُّهَاالنَّاسُ ! اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَيَقْبَلُ اِلاَّطَيِّبًّا
وَاِنَّ اللهَ تَعَالَى اَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا اَمَرَ بِهِ
الْمُرْسَلِيْنَ . فَقَالَ عَزَّوَجَلَّ : يَا اَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا
مِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ
"Wahai manusia, Allah itu Baik, tidak menerima kecuali yang baik! Dan
sesungguhnya Allah menyuruh para mukmin mengerjakan apa yang
diperintahkan kepada para Rasul mengerjakannya". (Hadis Riwayat Muslim)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَصَدَّقُّوْا :
قَالَ رَجُلٌ : عِنْدِى دِيْنَارٌ. قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ.
قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى
زَوْجَتِكَ. قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : تَصَدَّقْ بِهِ
عَلَى وَلَدِكَ. قَالَ : عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ
عَلَىخَادِمِكَ. قَالَ عِنْدِى دِيْنَارٌ آخَرُ. قَالَ : اَنْتَ بِهِ
اِبْصَر
"Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam, bersedekahlah kamu:
Seorang lelaki berkata: Saya mempunyai satu dinar. Bersabda Nabi:
Sedekahlah kepada dirimu sendiri. Orang itu berkata lagi: Saya ada
sedinar lagi. Bersabda Nabi: Bersedekahlah untuk isterimu. Orang itu
berkata lagi: Saya masih ada sedinar. Bersabda Nabi: Sedekahlah untuk
anakmu. Orang itu berkata lagi: Saya masih ada sedinar. Bersabda Nabi:
Bersedekahlah untuk pekerja (kuli) kamu. Orang itu berkata lagi: Saya
masih ada sedinar lagi. Bersabda Nabi: Engkau lebih mengetahui kepada
siapa harus engkau berikan". (Hadis Riwayat Abu Daud, an-Nasai’i dan
al-Hakim)
اِذَاكَانَ اَحَدُكُمْ فَقِيْرًا فَلْيَبْدَاْ بِنَفْسِهِ. وَاِنْ كَانَ
فَضْلٌ فَعَلَى عِيَالِهِ. وَاِنْ كَانَ فَضْلٌ فَعَلَى ذَوِى قَرَابَتِهِ
اَوْ قَالَ : ذَوِى رَحِمِهِ . وَاِنْ كَانَ فَضْلٌ فَهَاهُنَا وَهَاهُنَا
"Jika kamu seorang yang fakir, maka mulakanlah sedekah pada dirimu
sendiri. Jika ada kelebihan, berilah kepada keluargamu. Jika masih ada
kelebihan, sedekahkanlah kepada kerabatmu. Dan jika masih ada kelebihan,
maka berikanlah kepada sesiapa yang lebih memerlukan". (Hadis Riwayat
Ahmad dan Muslim)
اَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ عَلَى ذِى الرَّحِمِ الْكَاشِحِ
"Seutama-utama (sebaik-baik) sedekah, ialah sedekah kepada keluarga yang
menyembunyikan permusuhannya kepada kita". (Hadis Riwayat at-Thabrani
dan al-Hakim)
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبِ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ
اللهُ اِلاَّ الطَّيِّبَ فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يَيَقَبَّلُهَا
بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّى اَحَدُكُمْ
فُلُوَّهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ
"Barangsiapa bersedekah sebiji kurma dari usahanya yang baik, dan Allah
tidak akan menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah menerima
sedekah dengan tangan kanan-Nya, kemudian memeliharanya untuk yang
ampunya sedekah sebagaimana seseorang kamu memelihara anak kuda,
sehingga menjadi gunung". (Hadis Riwayat Bukhari)
اِذَا اَنْفَقَتِ الْمَرْاَةُ مِنْ طَعَامِ بَيْتِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ ،
كَانَ لَهَا اَجْرُهَا بِمَا اَنْفَقَتْ وَلِزَوْجِهَا اَجْرُهُ بِمَا
كَسَبَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ لاَ يَنْقُصُ بَعْضُهُمْ اَجْرَ بَعْضٍ
شَيْئًا
"Apabila seorang perempuan bersedekah dari makanan rumahnya dengan tidak
boros, ia mendapat pahala dari apa yang disedekahkannya serta suaminya
juga (mendapat) pahala dari apa yang diusahakan, dan bagi pekerjanya
(pembantunya) juga demikian. Tiada mengurang oleh yang seorang akan
pahala yang lain, walaupun sedikit". (Hadis Riwayat Bukhari)
لاَ تُنْفِقُ الْمَرْاَةُ شَيْئًا مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا اِلاَّ بِاِذْنِ
زَوْجِهَا . قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الطَّعَامُ ؟ قَالَ : ذَلِكَ
اَفْضَلُ اَمْوَالِنَا
"Janganlah bersedekah seseorang perempuan dengan sesuatu dari rumah
suaminya, melainkan dengan seizin suaminya. Seseorang sahabat bertanya
:Wahai Rasulullah, apakah makanan juga tidak boleh? Baginda menjawab :
Makanan adalah harta yang termulia". (Hadis Riwayat at-Turmidzi)
اَنَّ اَسْمَاءَ بِنْتَ اَبِى بَكْرٍسَاَلَتْ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: اِنَّ الزُّبَيْرَ رَجُلٌ شَدِيْدٌ
وَيَاْتِيْنِى الْمِسْكِيْنُ اَفَاَتَصَدَّقُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْتِهِ
بِغَيْرِ اِذْنِهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : اِرْضِحِىْ وَلاَ تُوْعِىَ اللهُ عَلَيْكِ.
"Asma binti Abi Bakar bertanya kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam
beliau berkata : Az-Zubir seorang yang tegas. Datang kepadaku
orang-orang miskin, bolehkah aku bersedekah kepada mereka dari harta
rumah dengan tiada izinnya? Bersabda Rasululah saw : Bersedekahlah
sekadarnya dan janganlah kamu terlalu penyimpan, sehingga Allahpun
menahan pemberian-Nya kepadamu". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Sedekah jariah ialah sedekah (infaq) yang pahalanya terus-menerus
diperolehi oleh pelakunya walaupun ia telah meninggal dunia. Perkara ini
telah dijelaskan oleh Nabi di dalam hadisnya:
اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّمِنْ ثَلاَثَةٍ :
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُوْلَهُ
"Apabila mati seorang manusia, putuslah amalannya, kecuali dari tiga
perkara: Sedekah yang jariah, ilmu yang dapat diambil manfaatnya oleh
manusia, anak yang soleh yang berdoa untuknya". (Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim)
Bersedekah Kepada Haiwan:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ اِشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ
فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ ، فَاِذَاكَلْبٌ
يَلْهَثُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَد بَلَغَ هَذَا
الْكَلْبُ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلَ الَّذِىكَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّى.
فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلاَءَ خُفَّهُ مَاءً ، ثُمَّ اَمْسَكَهُ بِفِيْهِ
حَتَّى رَقِىَ ،فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللهِ ! اِنَّ لَنَا فِى الْبَهَائِمِ اَجْرًا ؟
فَقَالَ : فِىكُلِّ كَبِدٍ رُطْبَةٍ اَجْرٌ. رواه البخارى
"Seorang lelaki sedang berlalu di sebuah jalan, ia telah merasa kehausan
yang sangat. Kemudian ia mendapati sebuah perigi, lalu ia turun dan
minum sepuasnya. Setelah ia keluar, tiba-tiba ia terserempak seekor
anjing yang sudah terhulur lidahnya kerana haus. Maka lelaki itu
berkata: Anjing ini sedang menderita kehausan sebagaimana aku menderita.
Kemudian ia turun lagi ke perigi dan mengisi air ke dalam sepatunya. Ia
naik dan memberi minum anjing sepuasnya. Maka Allah menyatakan syukur
kepada orang itu dan mengampunkan dosa-dosanya. Para sahabat bertanya:
Apakah pada binatang-binatang pun kami akan mendapat pahala? Beliau
bersabda: Pada setiap yang berjiwa ada pahalanya". (Hadis Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Siapakah Yang Layak Menerima infak?
Infak tidak boleh diberikan kepada yang tidak layak menerimanya. Syara
telah menetapkan orang yang berhak dan layak untuk menerima infak, zakat
dan sedekah. Orang Islam dilarang dari meniru Yahudi dan Nasrani dalam
mengeluarkan zakat atau infak. Yahudi dan Nasrani lebih banyak
menyerahkan infak kepada individu tertentu. Firman Allah:
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِنَّ كَثِيْرًا مِنَ اْلاَحْبَارِ
وَالرُّهْبَانِ لَيَاْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالبَّاطِلِ
وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ يَكْثُرُوْنَ الذَّهَبَ
وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ
بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ
"Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib (orang-orang alim Nasrani)
benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka
menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahulah kepada mereka (bahawa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih". AT TAUBAH, 9:34.
Syara telah mewajibkan orang-orang beriman agar menginfakkan sebahagian
harta yang diperolehinya pada jalan Allah. Sesiapa yang kufur atau
mengingkari dari berbuat demikian, maka akan ditimpakan kecelakaan ke
atasnya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah:
وَاَنْفِقُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ
"Dan infakanlah harta kamu di jalan Allah. Janganlah kamu campakkan diri kamu sendiri ke dalam kebinasaan". (al-Baqarah, 2: 195)
Antara cara amalan infak di jalan Allah ialah dengan memberi atau
menyalurkan wang yang diperolehi kepada orang-orang yang layak
menerimanya atau kepada Baitulmal Muslimin yang diamanahkan untuk
menguruskan keperluan dan kepentingan orang-orang Islam. Ini telah
dijelaskan dibeberapa ayat al-Quran:
اِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وِالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ
عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِيْنَ وَفِى سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً
مِنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
"Sesungguhnya infak (termasuk sedekah dan zakat) itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dipujuk hatinya, untuk yang berhutang, untuk jalan Allah
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
AT TAUBAH, 9:60.
Setiap orang yang beriman diharamkan dari menghalang-halangi orang-orang
yang mahu berinfak. Kerana hanya orang-orang munafik sahaja yang suka
menghalang seseorang dari mengeluarkan infak. Allah telah berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَلْمِزُوْنَ الْمُطَوِّعِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى
الصَّدَقَاتِ وَالَّذِيْنَ لاَ يَجِدُوْنَ اِلاَّ جُهْدَهُمْ
فَيَسْخَرُوْنَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
"(Orang-orang munafik) iaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin
yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang
tidak memperoleh (untuk bersedekah) selain sekadar kesanggupannya. Maka
orang-orang munafik itu menghina mereka, Allah akan membalas penghinaan
mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih". (at-Taubah, 9: 79)
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ، الاِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ
نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ : إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ
شِمَالُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. رواه
البخارى
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ‘anhu katanya: Nabi
sallallahu ‘alaihi wa-sallam telah bersabda: Ada tujuh golongan manusia
yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naunganNya. Hari tersebut tidak
ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut ialah pemimpin yang
adil, pemuda yang sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya,
seseorang yang hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid iaitu sangat
mencintainya dan selalu melakukan sembahyang berjemaah, dua orang yang
saling mengasihi kerana Allah iaitu keduanya berkumpul dan berpisah
kerana Allah, seorang lelaki yang diundang oleh seorang perempuan yang
mempunyai kedudukan dan rupa paras yang elok untuk melakukan kejahatan
tetapi dia berkata: Aku takut kepada Allah!, seorang yang memberi
sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu
apa yang diberikan oleh tangan kirinya dan seseorang yang mengingati
Allah diwaktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kedua matanya.
(Hadis Riwayat Bukhari)
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : يَبْلُغُ بِهِ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : قَالَ اللَّهُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ :
يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى ، وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لاَ
يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ’anhu katanya: Nabi
sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda dengan menyampaikan firman Allah
Subhanahu wa-Ta’ala: Wahai anak Adam! Berbelanjalah kamu, pasti Aku akan
membelanjakanmu dan Rasulullah ssallallahu ‘alaihi wa-sallam
menyambung: Anugerah Allah itu melimpah-ruah lagi cepat. Ibnu Numair
radiallahu ‘anhu berkata: Penuh melimpah-ruah dan tidak mengurangi
dariNya sedikitpun samada malam ataupun siang". (Hadis Riwayat Bukhari)
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنْفِقِ وَالْمُتَصَدِّقِ
كَمَثَلِ رَجُلٍ عَلَيْهِ جُبَّتَانِ أَوْجُنَّتَانِ مِنْ لَدُنْ
ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا فَإِذَا أَرَادَ الْمُنْفِقُ وَقَالَ
الْآخَرُ فَإِذَا أَرَادَ الْمُتَصَدِّقُ أَنْ يَتَصَدَّقَ سَبَغَتْ
عَلَيْهِ أَوْ مَرَّتْ وَإِذَا أَرَادَ الْبَخِيلُ أَنْ يُنْفِقَ قَلَصَتْ
عَلَيْهِ وَأَخَذَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَوْضِعَهَاحَتَّى تُجِنَّ بَنَانَهُ
وَتَعْفُوَأَثَرَهُ قَالَ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَالَ
يُوَسِّعُهَافَلاَ تَتَّسِعُ
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radiallahu ‘anhu: Daripada Nabi
sallallahu ‘alaihi wa-sallam katanya: Baginda bersabda: Perumpamaan
orang yang pemurah dan orang yang bersedekah seperti seorang lelaki yang
memakai dua helai jubah atau dua helai baju besi bermula dari dadanya
sehingga ke atas. Apabila orang yang berbelanja (Dalam riwayat yang lain
mengatakan: Apabila orang yang bersedekah) ingin memberi sedekah, maka
baju itu longgar buatnya dan apabila orang bakhil ingin bersedekah, maka
baju itu menjadi rimas dan panas sehingga menutupi jari-jarinya serta
menghapus jejaknya. Abu Hurairah berkata: Orang yang bakhil ingin
melonggarkan pakaiannya tetapi dia tidak mampu melonggarkannya". (Hadis
Riwayat Bukhari)
Hadis Untuk Renungan :
حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ
رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ
وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ
آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
"Hadis daripada Ibnu Umar radiallahu ‘anhu katanya: Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa-sallam pernah bersabda: Tidak boleh berhasad
dengki kecuali pada dua perkara iaitu terhadap seseorang yang
dianugerahkan al-Quran dan dia membacanya sepanjang siang dan malam.
Juga terhadap seseorang yang dikurniakan oleh Allah harta kekayaan lalu
dia membelanjakannya dengan baik pada waktu malam dan juga pada waktu
siang". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar