Pembenaran ilmu pengetahuan modern terhadap Al-Quran seharusnya
menjadikan kita, pertama semakin meyakini kebenaran Islam dan kekuasaan
Allah SWT secara mutlak (tanpa keraguan sedikitpun), kedua, meyakini
kebenaran akan seluruh perkataan, janji-janji Allah yang terkandung
dalam Al-Quran. Ketika Allah SWT menunjukan sebagian tanda kebesaran-Nya
dan kebenaran firman-Nya, secara otomatis semua janji serta perkataan
Allah dalam Al-Quran yang lain, yang belum tampak (Ghoib) adalah sebuah
kepastian yang akan berlaku, terjadi. Janji akan hari pembalasan, azab
kubur dan jannah adalah sesuatu kebenaran mutlak yang harus diyakini,
yang tentunya akan menambah keimanan kepada Allah SWT.
Kendati-pun demikian, kesibukan urusan dunia menutup mata hati manusia
untuk berpikir akan kebesaran Allah, sehingga suhu keimanan selalu saja
menurun. Siang dan malam manusia disibukan mencari nafkah dalam rangka
memenuhi hasrat kebutuhan materi, sehingga tanda-tanda kebesaran Allah
berlalu begitu saja tanpa makna.
Mahasiswa kebanyakan kuliah tiada lain untuk mencari pekerjaan yang
lebih menjanjikan, sekedar mencari ijasah dalam meningkatkan
pendapatannya kelak. Inilah yang dimaknai sebagai investasi bidang
pendidikan, apapun dilakukan dalam rangka meraih nilai indeks prestasi
yang memuaskan sehingga investasi tidak akan gagal (bekerja ditempat
yang bonafit).
Bagi yang berotak jenius, tiada hari tanpa melakukan kajian keilmuan
dunia. Dari pagi sampai malam ilmu dunia dikaji dan dipelajari tiada
hentinya, dia tidak rela kalau indeks prestasinya anjlok, namun tidak
perduli keimanan-Nya sedang dalam batas paling bawah. Kesibukan dalam
belajar urusan dunia, mengeliminir pentingnya ilmu agama, fenomena
ketauhidan tidak bermakna baginya, jadilah ia orang yang masa bodoh
dengan urusan keislaman dan berbagai persoalannya.
Justru kejeniusannya menjadikan dia terkadang mengolok-olok perilaku
syariat, sifat ketauhidan yang baginya tidak sesuai dengan akal sehat
(logika) dan primitif. Sholat, puasa dan Zakat baginya cukup sebagai
bekal kehidupan kelak.
Parahnya lagi, bagi yang berotak pas-pasan, sudah keilmuan dunia
malas-malasan apalagi ilmu agama (dien), kebodohannya menggiring untuk
berprilaku jauh dari nilai-nilai moral kemasyarakatan lebih-lebih moral
keagamaan. Kehidupannya penuh dengan kemalasan, suram masa depan bahkan
dikhawatirkan kelak akan menjadi pembela kekufuran digaris depan.
Na'udzubillah.
Kegemerlapan dunia memang menjadikan manusia berlomba-lomba mencari dan
menikmati kesenangan hidup. Perilaku-perilaku orang kaffir dianggap
sebagai cerminan mode masa kini, baik penampilan berpakaian, budaya
kemaksiatan semuanya semakin merajalela dikalangan kaum muslimin.
Media televisi sebagai corong kapitalisme dengan gencarnya mempromosikan
gaya hidup mewah-mewahan dan perilaku kemaksiatan tersebut. Bahkan
hampir seratus persen tampilan televisi jauh dari nilai-nilai syariat,
khusunya dalam berpenampilan (berpakaian). Dengan demikian, perenungan
akan kebesaran Allah direduksi oleh perilaku memburu kenikmatan dunia
dan perjuangan meraihnya. Jadilah dia orang yang pekak dan tuli dalam
urusan dien,
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ
بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ
لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ
تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(20)
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka
mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi
Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk
Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya. (QS Ali Imron Ayat; 18-20)
Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia
adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.
أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk
adalah hamba-hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk
berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia
sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam
firman lainnya, yaitu:
لكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ
tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para
malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian
(pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:Allah menyatakan bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para malaikat dan
orang-orang yang berilmu. (Ali Imran: 18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.
قائِماً بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan. (Ali Imran: 18)
Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)
Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)
Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat
dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan
takdir-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا بَقِيَّة بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو
الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي
يَحْيَى مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ
الْعَوَّامِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى
ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا رَبِّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu
Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah
menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari, dari Abu Yahya maula keluarga Az-Zubair
ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18); Sesudah itu beliau Saw.
mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang yang mempersaksikan hal
tersebut, ya Tuhanku.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُتَوَكِّلِ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ
ثَابِتٍ أَبُو سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ
يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ} قال: "وأَنَا
أشْهَدُ أيْ رَبِّ"
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan
kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah
menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah
ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Az-Zubair yang
menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. ketika membacakan
ayat ini: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu
pula para malaikat. (Ali Imran: 18); Lalu beliau mengucapkan: Dan aku
ikut bersaksi, ya Tuhanku.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ
قَالَا حَدَّثَنَا عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي
أَبِي، حَدَّثَنِي غَالِبٌ الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي
تِجَارَةٍ، فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ
لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ
بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا
هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ}
ثُمَّ قَالَ الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ اللَّهُ بِهِ،
وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ اللَّهِ
وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا.
قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا، فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ،
ثُمَّ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو
ما بَلَغَكَ مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ
تُحَدِّثْنِي. قَالَ: وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى سَنَةٍ.
فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ
قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي
أَبُو وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا يَوْمَ القِيامَةِ،
فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ، وأنَا أحَقُّ مَن
وَفَّى بالْعَهْدِ، أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar
Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepadaku Galib Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi
dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam
ketika aku hendak turun, Al-A'masy melakukan salat tahajud di malam
hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun
mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan
kepada Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan
bagiku di sisi Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya
berkali-kali oleh Al-A'masy. Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu aku berkata kepada diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy)
telah mendengar suatu hadis mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi
harinya menuju kepadanya untuk berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai
Abu Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan
ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai kepadamu suatu
hadis mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu
bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy
mengatakan, "Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum
satu tahun." Maka aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan
pintunya. Setelah lewat masa satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Muhammad,
sekarang telah berlalu masa satu tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah
menceritakan kepadaku Abu Wail, dari Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya akan
didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah berjanji
kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka
masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."
Firman Allah Swt.:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama
yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti
para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri
dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan
lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang
siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus—
dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima
oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat.
Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh
Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai)
di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Allah
menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang di-kasrah-kan dan anna yang
di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para
malaikat dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi
Allah adalah Islam'.
Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina
'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi
menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan
Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih
pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para
rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat
mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. (Ali Imran: 19)
Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang
lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal
tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling
menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian
yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya,
sekalipun benar.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah.(Ali Imran: 19)
Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)
Artinya, sesungguhnya Allah akan membalas perbuatannya dan
melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan
menghukurnnya akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian Allah Swt.
berfirman:
فَإِنْ حَاجُّوكَ
Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali Imran: 20)
Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.
فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ
maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." (Ali Imran: 20)
Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku hanya kepada Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak
beranak, dan tidak beristri.
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mengikutiku' ialah orang-orang
yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal yang sama dengan ucapanku
ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
قُلْ هذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah yang nyata."
(Yusuf: 108), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi
Muhammad Saw.) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab dari kalangan dua
agama (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang ummi (buta huruf) dari
kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki
agamanya, serta mengamalkan syariatnya dan apa yang diturunkan oleh
Allah kepadanya.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ
فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا
عَلَيْكَ الْبَلاغُ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada
orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka
masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). (Ali Imran: 20)
Yakni Allah-lah yang menghisab mereka karena hanya kepada-Nyalah mereka
kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya milik-Nyalah hikmah
yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir ayat ini Allah
Swt. berfirman:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.(Ali Imran: 20)
Yaitu Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa
yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk melakukan itu, seperti
yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)
Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan rahmat-Nya. Ayat ini dan yang
semisal dengannya merupakan dalil yang paling jelas yang menunjukkan
keumuman risalah Nabi Muhammad Saw. kepada semua makhluk, seperti yang
telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti apa yang telah
ditunjukkan oleh dalil Al-Qur'an dan sunnah dalam banyak ayat dan hadis.
Antara lain ialah firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua." (Al-A'raf: 158)
Firman Allah Swt.:
تَبارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(Al-Furqan: 1)
Di dalam hadis Sahihain dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis yang
mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi Saw. mengirimkan
surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik yang Arab
maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun yang
ummi, sebagai pengamalan dari perintah Allah Swt. Beliau Saw. dalam
surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah Swt.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada
seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan umat ini, baik yang
Yahudi ataupun yang Nasrani, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman
kepada risalah yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka.
(Riwayat Imam Muslim)
Nabi Saw. telah bersabda:
«بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»
Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam.
Dan Nabi Saw. telah bersabda pula:
«كَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»
Dahulu seorang nabi diutus khusus untuk umatnya, sedangkan aku diutus untuk umat manusia seluruhnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُؤَمِّل، حَدَّثَنَا حَمَّاد،
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ غُلَامًا
يَهُودِيًّا كَانَ يَضع لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَضُوءه وَيُنَاوِلُهُ نَعْلَيْهِ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ وَأَبُوهُ قَاعِدٌ عِنْدَ
رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا
فُلانُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ،
فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ، فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا الْقَاسِم،
فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن لَا إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ
اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي مِنِ النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah
menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit,
dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa
menyuguhkan air wudu buat Nabi Saw. dan mempersiapkan sepasang
terompahnya. Lalu anak itu sakit keras, dan Nabi Saw. datang kepadanya,
lalu masuk menemuinya, sedangkan kedua orang tua si anak berada di dekat
kepalanya. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya:Hai Fulan, katakanlah,
"Tidak ada Tuhan selain Allah!" Lalu anak itu memandang kepada ayahnya,
dan si ayah diam. Lalu Nabi Saw. mengulangi perintahnya itu, dan si anak
kembali memandang kepada ayahnya. Akhirnya si ayah berkata, "Turutilah
kemauan Abul Qasim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah. Maka Nabi Saw. keluar
seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya
dari neraka melalui aku.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Masih
banyak ayat serta hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. diutus
untuk segenap umat manusia.
Begitu juga hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi sebagai berikut,
أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِيْ:
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ, وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ
مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا, فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِيْ أَدْرَكَتْهُ
الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ, وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ
لِأَحَدٍ مِنْ قَبْلِيْ, وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ, وَكَانَ النَّبِيُّ
يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النِّاسِ كَافَّةً)).
رواه البخاري ومسلم
"Aku telah diberi 5 keistimewaan yang tidak diberikan kepada seorang pun
dari para nabi sebelumku. Pertama, Aku diberi pertolongan dengan rasa
takut yang ditanamkan dalam musuh dalam jangka sebulan (sebelum
berperang). Kedua, bumi dijadikan masjid dan suci bagiku. Siapa pun
ketika masuk waktu shalat dapat menjalankannya di mana saja. Ketiga,
ghanimah (harta rampasan perang) dihalalkan untukku. Sedangkanghanimah
tidak pernah dihalalkan untuk seorang nabi pun sebelumku. Keempat, Aku
diberikan syafa'at. Kelima seorang nabi hanya diutus terbatas untuk
kaumnya, sedangkan aku diutus untuk semua umat manusia. HR
Bukhari-Muslim.
Bahkan sebagian ulama berpendapat akan keumuman ayat dan hadits di atas
yang menyatakan Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh manusia, bahkan
termasuk umat-umat terdahulu dan nabi-nabi mereka. Penjelasan ini bisa
ditarik dari sebuah ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT telah mengambil
janji saat pengutusan Nabi Muhammad SAW. Allah meminta para nabi untuk
beriman kepadanya seperti dijelaskan dalam ayat berikut,
وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا أَتَيْتُكُمْ مِنْ
كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ
لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرَنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ
عَلَى ذَلِكَ إِصْرِيْ قَالُوْا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَأَنَا
مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ. (آل عمران : 81).
Ketika Allah mengambil janji para nabi terhadap apa yang Aku datangkan
baik dari kitab maupun hikmah, kemudian datang seorang rasul (Nabi
Muhammad SAW) yang membenarkan apa yang kalian bawa, kalian akan beriman
kepadanya serta menolongnya. Allah berfirman, “Apakah kalian
mengikrarkan dan akan mengambil janji-Ku?” Mereka (para nabi) menjawab,
“Kami berikrar.” Allah berfirman, “Saksikanlah. Aku bersama kalian
menjadi saksi." (QS. Ali Imran : 81)
Risalah yang diemban Rasulullah SAW adalah rahmat bagi semesta Alam.
Orang-orang yang beriman pada risalahnya akan selamat di dunia dan
akhirat. Sedangkan mereka yang mengingkarinya akan ditimpakan azab yang
menyedihkan.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ}
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)
Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad
Saw. sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia
mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima
rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya.
Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di
dunia dan akhiratnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا
وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ
الْقَرَارُ}
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah
dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu
neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya
tempat kediaman. (Ibrahim: 28-29)
Dan Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan sifat Al-Qur'an:
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا
يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ
يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka
itu adalah(seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”
(Fushshilat: 44)
قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا
مَرْوَانُ الفَزَاريّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَان، عَنِ ابْنِ أَبِي
حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ
عَلَى الْمُشْرِكِينَ، قَالَ: "إِنِّي لَمْ أبعَثْ لَعَّانًا، وَإِنَّمَا
بُعثْتُ رَحْمَةً"
Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Marwan
Al-Fazzari, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu
Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw,
"Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai
pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.
Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.
Di dalam hadis lainnya disebutkan:
"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"
Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian).
Abdullah ibnu Abu Uwwanah dan lain-lainnya meriwayatkan hadis ini
melalui Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah
secaramarfu'.
Ibrahim Al-Harbi mengatakan, telah diriwayatkan pula hadis ini oleh
lainnya dari Waki', tetapi tidak disebutkan dari Abu Hurairah.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Bukhari ketika ditanya mengenai
hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini ada pada Hafs ibnu Gayyas
secara mursal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh
Malik ibnu Sa'id ibnul Khams, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah secara marfu'.
Kemudian ia mengetengahkannya melalui jalur Abu Bakar ibnul Muqri dan
Abu Ahmad Al-Hakim, keduanya dari Bakar ibnu Muhammad ibnu Ibrahim
As-Sufi.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'id
Al-Jauhari, dari Abu Usamah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu
Abu Hazm, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ"
Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.
Kemudian ia mengetengahkannya pula melalui jalur As-Silt ibnu Mas'ud,
dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Sa'id ibnu Khalid, dari
seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي رَحْمَةً مُهْدَاةً، بُعثْتُ بِرَفْعِ قَوْمٍ وَخَفْضِ آخَرِينَ"
Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa rahmat yang dihadiahkan,
aku diutus untuk mengangkat (derajat) suatu kaum dan merendahkan yang
lainnya.
Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Muhammad ibnu Nafi' At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia menjumpai sebuah kitab di
Madinah berasal dari Abdul Aziz Ad-Darawardi dan Ibrahim ibnu Muhammad
ibnu Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Abdul Aziz ibnu Amr ibnu Auf, dari
Muhammad ibnu Saleh At-Tammar, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad ibnu
Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abu Jahal
sesudah kembali ke Mekah dari jamuan minum khamarnya mengatakan, "Hai
golongan kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad kini tinggal di Yasrib dan
telah mengirimkan mata-matanya. Sesungguhnya dia tiada lain menginginkan
agar mendapat sesuatu jarahan dari kalian. Maka berhati-hatilah kalian,
jangan sampai kalian melalui jalannya atau mendekatinya. Sesungguhnya
dia bagaikan harimau yang ganas. Sesungguhnya dia dendam terhadap kalian
karena kalian telah mengusirnya sebagaimana mengusir kera-kera dari
tempat yang ramai. Demi Allah, sesungguhnya dia mempunyai ilmu sihir
yang tidak pernah saya lihat sebelumnya seampuh itu. Dan sesungguhnya
tiada seorang pun dari kalangan sahabatnya, melainkan saya lihat mereka
selalu ditemani oleh setan-setan. Sesungguhnya kalian telah mengetahui
permusuhan (kita dan) Bani Qailah (yakni kabilah Aus dan kabilah
Khazraj), dia (Muhammad) adalah musuh yang meminta bantuan kepada musuh
(kita)."
Mut'im ibnu Addi menjawabnya.”Hai Abul Hakam (nama sebutan Abu Jahal),
demi Allah, saya tidak pernah melihat seseorang yang berlisan lebih
jujur dan tidak pula seseorang yang lebih menepati janjinya selain dari
saudara kalian yang telah kalian usir itu (yakni Nabi Saw.). Bilamana
kalian telah terlanjur melakukannya, maka sekarang.sudah sepantasnya
bagi kalian menebus kesalahan kalian itu dengan menjadi orang-orang yang
membelanya."
Abu Sufyan ibnul Haris mengatakan, "Jadilah kalian orang yang lebih
keras daripada sikap kalian yang sekarang ini. Sesungguhnya Bani Qailah
itu jika mereka berhasil mengalahkan kalian, tentulah mereka tidak
memelihara hubungan kekerabatan terhadap kalian dan tidak (pula
mengindahkan) perjanjian. Jika kalian menuruti saranku, aku akan
menempatkan kalian di kalangan mereka sebagai orang-orang Bani Kinanah
yang terbaik, atau kalian harus mengusir Muhammad dari kalangan mereka
agar dia terusir dalam keadaan sendirian. Mengenai kedua anak Qailah
(yakni Aus dan Khazraj), demi Allah, tiadalah mereka berdua dan
budak-budak kalian melainkan sama hinanya; aku sendirian mampu mencegah
mereka tanpa kalian."
Lalu Abu Sufyan ibnul Haris mengucapkan bait-bait syairnya yang antara lain mengatakan
سَأمْنَحُ جَانبًا مِنِّي غَليظًا ... عَلَى مَا كَانَ مِنْ قُرب وَبُعْد ...
رجَالُ الخَزْرَجيَّة أهْلُ ذُل ... إِذَا مَا كَانَ هَزْل بَعْدَ جَدِّ ...
"Aku akan memberikan sisi lambungku yang keras lebih dari sebelumnya
terhadap semua orang yang dekat maupun yang jauh dari kalangan kabilah
Khazraj.
Mereka adalah orang-orang yang hina, bilamana sesudah sungguhan tidak ada basa-basi lagi."
Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْتُلَنَّهُمْ ولأصلبَنَّهم
وَلَأَهْدِيَنَّهُمْ وَهُمْ كَارِهُونَ، إِنِّي رَحْمَةٌ بَعَثَنِي
اللَّهُ، وَلَا يَتَوفَّاني حَتَّى يُظْهِرَ اللَّهُ دِينَهُ، لِي خَمْسَةُ
أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي
يَمْحِي اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ
النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ"
Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh aku
benar-benar akan membunuh mereka, menyalib mereka, atau akan memberi
petunjuk kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyukainya. Sesungguhnya
aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan
mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima
buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan
melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua
orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku
adalah Al-'Aqib.
Ahmad ibnu Saleh mengatakan bahwa saya berharap semoga hadis ini berpredikat sahih.
قَالَ الإمامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا
زَائِدَةُ، حَدَّثَنِي عَمْرو بْنُ قَيس، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي قُرّة
الكِنْديّ قَالَ: كَانَ حُذيفةُ بِالْمَدَائِنِ، فَكَانَ يَذْكُرُ
أَشْيَاءَ قَالَهَا رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَجَاءَ حذيفةُ إِلَى سَلْمان فَقَالَ سَلْمَانُ: يَا حذيفةَ، أن رسولَ
الله صلى الله عليه وسلم [كَانَ يَغْضَبُ فَيَقُولُ، وَيَرْضَى فَيَقُولُ:
لَقَدْ عَلِمْتُ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم] خطَب فَقَالَ: "أَيُّمَا
رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي سَبَبتُه [سَبَّةً] فِي غَضَبي أَوْ لَعَنْتُهُ
لَعْنَةً، فَإِنَّمَا أَنَا رَجُلٌ مِنْ وَلَدِ آدَمَ، أَغْضَبُ كَمَا
يَغْضَبُونَ، وَإِنَّمَا بَعَثَنِي رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، فَاجْعَلْهَا
صَلَاةً عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu
Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepadaku
Amr ibnu Qais, dari Amr ibnu Abu Qurrah Al-Kindi yang mengatakan bahwa
Huzaifah tinggal di Madaln, dia sering memberikan banyak penyuluhan
kepada orang-orang dengan hadis-hadis yang dikatakan oleh Rasulullah
Saw. Lalu Huzaifah datang kepada Salman. Maka Salman berkata kepadanya,
bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Siapa pun orangnya
yang pernah aku maki atau aku laknat saat aku sedang marah, maka
sesungguhnya diriku ini tiada lain seorang lelaki dari anak
Adam(manusia) yang juga marah sama dengan kalian bila marah. Tetapi
sesungguhnya aku diutus oleh Allah sebagai pembawa rahmat buat semesta
alam, maka aku akan menjadikan marah dan laknatku itu sebagai rahmat
buatnya kelak di hari kiamat.
Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Yunus, dari Zaidah. Jika
dikatakan, "Rahmat apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang kafir
kepadanya?" Sebagai jawabannya ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu
Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Al-Azraq, dari
Al-Mas'udi, dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Sa'id, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya
rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak
beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah
dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama melalui hadis
Al-Mas'udi, dari Abu Sa'd alias Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.
Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkannya dari Abdan ibnu Ahmad, dari
Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, dari Ayyub ibnu Suwaid, dari Al-Mas'udi, dari
Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya:Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Ibnu Abbas
mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia
ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya
dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan
ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar