Ketika hamba semakin dekat pada Allah, maka Allah lebih dekat lagi
padanya. Sehingga hal ini mengingatkan kita jangan sampai lalai dari
mengingat atau berdzikir pada Allah. Juga hadits ini membicarakan
bagaimana Allah sesuai dengan sangkaan hamba-Nya, yang di mana hal ini
menuntut kita supaya selalu husnuzhon pada Allah dalam do’a dan rasa
harap.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله
عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ،
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ
ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ
خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ
إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ
إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku
sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika
ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku.
Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di
kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia
mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia
mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia
datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Hadits ini adalah hadits qudsi, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala (lafazh dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maknanya dari Allah). Hadits ini adalah
hadits yang amat mulia di mana berisi perkara mulia yang berkenaan
dengan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu berisi pembicaraan sifat-sifat
Allah.
Hadis ini memberikan motivasi kepada orang-orang beriman agar sentiasa
berzikir mengingat Allah swt dalam situasi dan apa jua keadaan
sekalipun, merasakan kehadiran Allah swt dalam setiap gerak dan diamnya,
merasakan dekatnya Allah swt saat bersendiri dan ketika bersama orang
banyak, merasakan Ma’iyyatullah (kebersamaan) dengan Allah swt ketika
senang mahupun susah. Sehingga saat senang tidak lupa diri dan hilang
control, dan ketika susah atau ditimpa musibah tidak merasa putus asa,
kerana merasakan adanya Dia Yang Maha Berkuasa sebagai tempat bersandar
dan mengadu keluh kesah. Hadis ini juga mengajarkan kepada orang-orang
yang beriman bahawa Allah swt selalu membalas lebih dari apa yang
dilakukan manusia yang selalu ingin dekat kepada-Nya dan yang merindukan
keagungan-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang sentiasa
berzikir mengingat-Nya,
Janganlah kita lengah, lalai dan menyangka ada di antara aktivitas kita
yang tidak diketahui Allah. Jika kita melakukan perbincangan rahasia
sekalipun dengan beberapa orang tertentu, ketahuilah sesungguhnya bukan
hanya orang-orang tertentu itu saja yang tahu, tapi juga Allah.
Sebagaimana tersebut dalam ayatNya yang mulia :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الله َيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
اْلأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ
وَلاَ خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سَادِسُهُمْ وَلاَ أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلاَ
أَكْثَرَ إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوْا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ
بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidakkah mereka melihat bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu di
langit dan di bumi. Tidaklah ada 3 orang yang berbisik (berbincang)
kecuali Dia-lah yang ke-empat, dan tidak pula ada 5 orang kecuali Dialah
Yang ke-enam, tidaklah kurang atau lebih dari itu kecuali Dia selalu
bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian akan dikhabarkan
kepada mereka segala sesuatu yang telah mereka kerjakan nanti pada hari
kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(Q.S
Al-Mujaadilah : 7)
Allah Subhaanahu WaTa’ala memberikan ancaman keras kepada orang-orang munafiq :
يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللهِ وَهُوَ
مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لاَ يَرْضَى مِنَ اْلقَوْلِ وَ كَانَ
اللهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا
“Mereka bisa bersembunyi dari manusia namun tidak bisa bersembunyi dari
Allah. Dan Dialah Allah yang bersama mereka ketika mereka merahasiakan
ucapan-ucapan yang tidak diridlai. Dan adalah Allah ilmuNya meliputi
segala yang mereka lakukan”(Q.S AnNisaa’ :108)
Bagaimana bisa kita menghindar dan bersembunyi dari Allah, padahal Dialah Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu :
يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأعْيُنِ وَمَاتُخْفِي الصُّدُوْرُ
“Dialah Allah Yang Mengetahui mata yang berkhianat dan segala yang tersembunyi dalam dada”(Q.S AlMu’min :19)
Alloh dekat Dengan Hamba hamba-Nya
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (186)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqoroh Ayat-186)
Adapun hadits yang menjelaskan tentang “dekatnya” Allah adalah hadits
dari Abu Musa al-asy’ari radhiyallahu anhu ia berkata : Kami pernah
bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam suatu peperangan,
tidaklah kami menuruni atau menaiki lembah melainkan kami bertakbir
mengeraskan suara kami. Abu Musa menceritakan kembali : Lalu Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mendekati kami dan bersabda :
أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لَا
تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّمَا تََدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا،
إِنَّ الَّذِي تَدْعُوْنَ أَقْرَبُ إِلىَ أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ
رَاحِلَتِهِ
“Wahai sekalian, kasihanilah diri kalian , sesungguhnya kalian tidak
berdoa kepada yang tuli dan ghaib, sesungguhnya kalian berdoa kepada
Allah yang Maha mendengar dan Maha melihat, sesungguhnya Allah yang
kalian seru lebih dekat pada kalian dari leher binatang tunggangan
kalian.” (Shahih, riwayat Ahmad 19599, al-Bukhari 6610, Muslim 2704)
Allah mengkhabarkan kepada hambaNya bahwa diriNya begitu dekat, dan
hendaknya meminta dan berdoa langsung kepadaNya tidak melalui
perantaraan apapun.
Rasulullah bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللهَ عَزَّ وَجَلَّ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا
إِثْمٌ وَلاَ قَطِيْعَةُ رَحْمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى
ثَلاَثِ خِصَالٍ إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي اْلُأخْرَى وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ
السُّوْءِ مِثْلِهَا قَالُوْا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan suatu
do’a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahmi kecuali
Allah akan memberikan 3 kemungkinan : ‘Bisa jadi Allah segerakan
terkabulnya doa tersebut, atau Allah simpan baginya pahala di akhirat,
atau Allah palingkan (selamatkan) ia dari keburukan (bencana/marabahaya)
yang semisalnya. Para Sahabat berkata : ‘Kalau begitu kami akan
memperbanyak doa’. Rasul berkata: Allah akan lebih banyak lagi
(mengabulkan doa)”(H.R Ahmad, AlBaihaqi dalam Syu’abul Iman, dishahihkan
oleh Al-Hakim dan dishahihkan pula oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albaany dalam kitab Shohiihul Jaami’ (5714))
Kita bahkan dianjurkan untuk selalu meminta kepada Allah bahkan dalam
hal-hal yang kecil, sederhana, dan mungkin kita anggap remeh.
Sebagaimana Nabi pernah berpesan :
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى شِسْعِ نَعْلِهِ
“ Handaknya kalian meminta seluruh hajat (keinginannya) pada Tuhannya
meskipun cuma (minta) tali sandal”(H.R at-Tirmidzi, dinukil oleh
al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari (2/300), diriwayatkan pula
oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Sering kita dengar keengganan orang-orang untuk banyak dan sering
berdo’a kepada Allah dengan alasan ’mestinya kita malu sering-sering
meminta kepada Allah’. Sikap semacam ini dilandasi oleh perasaan
menyamakan Allahdengan makhlukNya. Berbeda dengan makhluk yang pasti
memiliki perasaan tidak suka jika selalu dimintai tolong, Allah Maha
Suci dan jauh dari sifat tersebut. Bahkan Rasulullah bersabda :
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang tidak (pernah) meminta kepada Allah, Allah murka
padanya” (H.R At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, AlBazzar, al-Hakim, AlBukhari
dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban)
Jika manusia dimintai sesuatu, akan berkuranglah miliknya sesuai dengan
kadar jumlah yang diminta. Berbeda dengan Allah, sebagaimana dalam
hadits Qudsi :
يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَاِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ قَامُوْا فِيْ صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِيْ فَأَعْطَيْتُ
كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِيْ إِلاَّ
كَمَا يَنْقُصُ اْلمِخْيَطُ إِذَا اُدْخِلَ اْلبَحْر
“ Wahai hamba-hambaKu, kalau seandainya kalian seluruhnya, dari awal
sampai akhir, jin dan manusia seluruhnya berdiri di satu tempat, dan
semuanya meminta kepadaKu, maka Aku akan beri masing-masing sesuai yang
diminta, tidaklah berkurang dariKu sedikitpun kecuali seperti
berkurangnya air di lautan yang menempel di jarum yang dicelupkan pada
laut” (H.R. Muslim dalam Shahihnya dan At-Tirmidzi)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahku telah menceritakan kepada kami, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada
kami Jarir, dari Abdah ibnu Abu Barzah As-Sukhtiyani, dari As-Silt ibnu
Hakim ibnu Mu'awiyah (yakni Ibnu Haidah Al-Qusyairi), dari ayahnya, dari
kakeknya, bahwa ada seorang penduduk Badui bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah Tuhan kita dekat, maka kita akan bermunajat (berbisik)
kepada-Nya; ataukah Dia jauh, maka kita akan menyeru-Nya?" Nabi Saw.
diam, tidak menjawab. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku.
(Al-Baqarah: 186)
Dengan kata lain, apabila kamu perintahkan mereka untuk berdoa
kepada-Ku, hendaklah mereka berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkan mereka.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnu Humaid
Ar-Razi, dari Jarir dengan lafaz yang sama. Diriwayatkan pula oleh Ibnu
Murdawaih serta Abusy Syekh Al-Asbahani, melalui hadis Muhammad ibnu Abu
Humaid, dari Jarir dengan lafaz yang sama.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulaiman, dari Auf, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa para sahabat
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Di manakah Tuhan kita?" Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku.
(Al-Baqarah: 186), hingga akhir ayat.
Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ata, telah sampai kepada Ata bahwa ketika
firman-Nya ini diturunkan: Dan Tuhan kalian berfirman, "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian." (Al-Mumin: 60) Maka
orang-orang bertanya, "Sekiranya kami mengetahui, saat manakah yang
lebih tepat untuk melakukan doa bagi kami?" Maka turunlah firman-Nya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan
orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. (Al-Baqarah: 186)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ
الْمَجِيدِ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي
عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ، قَالَ: كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاة
فَجَعَلْنَا لَا نَصْعَدُ شَرَفًا، وَلَا نَعْلُو شَرَفًا، وَلَا نَهْبِطُ
وَادِيًا إِلَّا رَفَعْنَا أَصْوَاتَنَا بِالتَّكْبِيرِ. قَالَ: فَدَنَا
مِنَّا فَقَالَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أرْبعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ؛
فإنَّكم لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّمَا تَدْعُونَ
سَمِيعًا بَصِيرًا، إِنَّ الذِي تَدْعُونَ أقربُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ
عُنُق رَاحِلَتِهِ. يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ، أَلَا أُعَلِّمُكَ
كَلِمَةً مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ؟ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِالْلَّهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu
Abdul Majid As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza,
dari Abu Usman An-Nahdi, dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan,
"Ketika kami (para sahabat) bersama Rasulullah Saw. dalam suatu
peperangan, tidak sekali-kali kami menaiki suatu tanjakan dan berada di
tempat yang tinggi serta tidak pula kami menuruni suatu lembah melainkan
kami mengeraskan suara kami seraya mengucapkan takbir." Abu Musa
melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. mendekat ke arah kami dan
bersabda: 'Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya
kalian bukan berseru kepada orang yang tuli, bukan pula kepada orang
yang gaib; sesungguhnya kalian hanya berseru kepada Tuhan Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya Tuhan yang kalian seru lebih
dekat kepada seseorang di antara kalian daripada leher unta
kendaraannya. Hai Abdullah ibnu Qais, maukah kamu kuajarkan suatu
kalimat (doa) yang termasuk perbendaharaan surga? (Yaitu) la haula wala
quwwata ilia billah (tiada upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah)'."
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain dan jamaah lainnya
melalui hadis Abu Usman An-Nahdi yang nama aslinya ialah Abdur Rahman
ibnu Ali, dari Abu Musa Al-Asy'ari dengan lafaz yang semisal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا
مَعَهُ إِذَا دَعَانِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu
Daud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada
kami Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Allah Swt. berfirman, "Aku menurut dugaan hamba-Ku mengenai
diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika dia berdoa kepada-Ku."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ،
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ
بْنِ جَابِرٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ
كَرِيمَةَ بِنْتِ الْخَشْخَاشِ الْمُزَنِيَّةِ، قَالَتْ: حَدَّثَنَا أَبُو
هُرَيْرَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي،
وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan
kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, telah menceritakan
kepada kami Ismail ibnu Ubaidillah, dari Karimah binti Ibnu Khasykhasy
Al-Muzaniyyah yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu
Hurairah yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt.
berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku selagi ia ingat kepada-Ku dan
kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku."
Menurut kami, hadis ini sama pengertiannya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (An-Nahl: 128)
Sama pula dengan firman-Nya kepada Nabi Musa dan Nabi Harun, yaitu:
إِنَّنِي مَعَكُما أَسْمَعُ وَأَرى
Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (Thaha: 46)
Makna yang dimaksud dari kesemuanya itu adalah, Allah Swt. tidak akan
mengecewakan doa orang yang berdoa kepada-Nya dan tidak sesuatu pun yang
menyibukkan (melalaikan) Dia, bahkan Dia Maha Mendengar doa. Di dalam
pengertian ini terkandung anjuran untuk berdoa, dan bahwa Allah Swt.
tidak akan menyia-nyiakan doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Sehubungan
dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا رَجُلٌ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عُثْمَانَ
-هُوَ النَّهْدِيُّ -يُحَدِّثُ عَنْ سَلْمَانَ -يَعْنِي الْفَارِسِيَّ
-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيَسْتَحْيِي أَنْ
يَبْسُطَ الْعَبْدُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ يَسْأَلُهُ فِيهِمَا خَيْرًا
فَيَرُدُّهُمَا خَائِبَتَيْنِ". قَالَ يَزِيدُ: سَمَّوْا لِي هَذَا
الرَّجُلَ، فَقَالُوا: جَعْفَرُ بْنُ مَيْمُونٍ
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami
seorang lelaki yang pernah mendengar dari Abu Usman (yakni An-Nahdi)
ketika ia menceritakan hadis berikut dari Salman (yakni Al-Farisi r.a.),
bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. benar-benar
malu bila ada seorang hamba mengangkat kedua tangannya memohon suatu
kebaikan kepada-Nya, lalu Allah menolak permohonannya dengan kedua
tangan yang hampa. Yazid berkata, "Sebutkanlah kepadaku nama lelaki
itu." Mereka menjawab bahwa dia adalah Ja'far ibnu Maimun.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Ibnu Majah
melalui hadis Ja'far ibnu Maimun (pemilik kitab Al-Anbat) dengan lafaz
yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh sebagian dari mereka, tetapi dia tidak
me-rafa'-kannya. Syekh Al-Hafiz Abul Hajjah Al-Mazi di dalam kitab
Atraf-nya mengatakan bahwa periwayatan hadis ini diikuti pula oleh Abu
Hammam Muhammad ibnu Abuz Zabarqan, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu
Usman An-Nahdi dengan lafaz yang sama.
Imam Ahmad mengatakan pula:
حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا عَليّ بْنُ دُؤاد أَبُو
الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِي، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ،
إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: إِمَّا أَنْ
يعجِّل لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدّخرها لَهُ فِي الْآخِرَةِ،
وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا" قَالُوا: إِذًا
نُكْثِرُ. قَالَ: "اللَّهُ أَكْثَرُ "
telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Abul Mutawakkil An-Naji, dari Abu Sa'id, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Tiada seorang muslim pun yang memanjatkan suatu doa kepada
Allah yang di dalamnya tidak mengandung permintaan yang berdosa dan
tidak pula memutuskan silaturahmi, melainkan Allah pasti memberinya
berkat doa itu salah satu dari tiga perkara berikut, yaitu: Adakalanya
permohonannya itu segera dikabulkan, adakalanya permohonannya itu
disimpan oleh Allah untuknya kelak di hari kemudian, dan adakalanya
dipalingkan darinya suatu keburukan yang semisal dengan permohonannya
itu. Mereka (para sahabat) berkata, "Kalau begitu, kami akan
memperbanyak doa." Nabi Saw. menjawab, "Allah Maha Banyak (Mengabulkan
Doa)."
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
مَنْصُورٍ الْكَوْسَجُ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا
ابْنُ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ جُبَير بْنِ
نُفَيْرٍ، أَنَّ عُبَادة بْنَ الصَّامِتِ حَدَّثَهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ
مِنْ رَجُلٍ مُسْلِم يَدْعُو اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، بِدَعْوَةٍ إِلَّا
آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا، أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا، مَا
لَمْ يَدعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ"
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ishaq ibnu Mansur Al-Kausaj, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sauban, dari ayahnya,
dari Makhul, dari Jubair ibnu Nafir, bahwa Ubadah ibnus Samit pernah
menceritakan hadis berikut kepada mereka, yaitu Nabi Saw. pernah
bersabda:tiada seorang lelaki muslim pun di muka bumi ini berdoa kepada
Allah Swt. memohon sesuatu melainkan Allah pasti mengabulkan
permintaannya itu atau mencegah darinya keburukan yang seimbang dengan
permintaannya, selagi dia tidak meminta hal yang berdosa atau memutuskan
hubungan silaturahmi.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi, dari Abdullah ibnu Abdur
Rahman Ad-Darami,dari Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Ibnu Sauban
(yaitu Abdur Rahman ibnu Sabit ibnu Sauban) dengan lafaz yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan sahih bila ditinjau dari jalur yang terakhir ini.
وَقَالَ الْإِمَامُ مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ
-مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "يُسْتَجَاب لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجل،
يَقُولُ: دعوتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي".
Imam Malik meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari Abu Ubaid maula Ibnu
Azhar, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Dikabulkan bagi seseorang di antara kalian selagi dia tidak tergesa-gesa
mengatakan, "Aku telah berdoa, tetapi masih belum diperkenankan juga
bagiku."
Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui
hadis Malik dengan lafaz yang sama. Hadis ini menurut apa yang ada pada
Imam Bukhari rahimahullah.
قَالَ مُسْلِمٌ أَيْضًا : حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ، حَدَّثَنَا ابْنُ
وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ ربيعة ابن يَزِيدَ،
عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الخَوْلاني، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا يَزَالُ
يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الاستعجال؟ قال:
"يقول: قددعوتُ، وَقَدْ دَعَوتُ، فَلَمْ أرَ يستجابُ لِي، فَيَسْتَحسر
عِنْدَ ذَلِكَ، وَيَتْرُكُ الدُّعَاءَ"
Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan
kepadaku Abut Tahir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Rabi'ah, dari Yazid,
dari Abu Idris Al-Khaulani, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Doa .seorang hamba masih tetap dikabulkan selagi dia tidak
mendoakan hal yang berdosa atau yang memutuskan silaturahmi, bilamana
dia tidak tergesa-gesa. Lalu ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud dengan tergesa-gesa itu?" Beliau Saw. menjawab, "Seorang hamba
mengatakan, 'Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tetapi masih belum
diperkenankan juga bagiku,' lalu saat itu dia merasa kecewa dan
menghentikan doanya."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا ابْنُ
هِلَالٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا يَزَالُ الْعَبْدُ بِخَيْرٍ مَا
لَمْ يَسْتَعْجِلْ". قَالُوا: وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ؟ قَالَ: "يَقُولُ:
قَدْ دعوتُ رَبِّي فَلَمْ يَسُتَجبْ لِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah
menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Qatadah, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seorang hamba masih tetap berada dalam
kebaikan selagi dia tidak tergesa-gesa. Mereka (sahabat) bertanya,
"Bagaimanakah pengertian tergesa-gesa itu?" Beliau Saw. menjawab, "Dia
mengatakan, 'Aku telah berdoa kepada Tuhanku, tetapi masih belum
diperkenankan juga bagiku'."
Imam Abu Ja'far At-Tabari di dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Yazid ibnu
Abdullah ibnu Qasit telah menceritakan kepadanya, dari Urwah ibnuz
Zubair, dari Siti Aisyah r.a. yang pernah mengatakan bahwa tidak
sekali-kali seorang hamba yang mukmin berdoa kepada Allah memohon
sesuatu, lalu doanya itu disia-siakan, sebelum disegerakan baginya di
dunia atau ditangguhkan baginya untuk di akhirat, selagi dia tidak
tergesa-gesa atau putus asa. Urwah bertanya, "Wahai bibi, apakah yang
dimaksud dengan tergesa-gesa dan putus asa itu?" Siti Aisyah menjawab,
"Dia mengatakan, 'Aku telah meminta, tetapi tidak diberi; dan aku telah
berdoa, tetapi tidak dikabulkan'."
Ibnu Qasit mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul
Musayyab mengatakan hal yang serupa dengan apa yang dikatakan oleh Siti
Aisyah r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة،
حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُليّ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله
عليه وسلم قال: "الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ، وَبَعْضُهَا أَوْعَى مِنْ بَعْضٍ،
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ
مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، فَإِنَّهُ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ
عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami
Bakr ibnu Amr, dari Ibnu Abdur Rahman Al-Jaili, dari Abdullah ibnu Amr,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hati manusia itu bagaikan wadah,
sebagian di antaranya lebih memuat daripada sebagian yang lain. Karena
itu, apabila kalian meminta kepada Allah, hai manusia, mintalah
kepada-Nya, sedangkan hati kalian merasa yakin diperkenankan; karena
sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan bagi hamba yang berdoa
kepada-Nya dengan hati yang lalai.
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ
أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بن إبراهيم بن أبيَّ بن نافع ابن مَعْدِ
يكَرِبَ بِبَغْدَادَ، حَدَّثَنِي أُبَيُّ بْنُ نَافِعٍ، حدثني أبي نَافِعِ
بْنِ مَعْدِ يكَرِبَ، قَالَ: كُنْتُ أَنَا وَعَائِشَةُ سألتُ رسولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْآيَةِ: {أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ} قَالَ: "يَا رَبِّ، مَسْأَلَةُ عَائِشَةَ".
فَهَبَطَ جِبْرِيلُ فَقَالَ: اللَّهُ يُقْرِؤُكَ السَّلَامَ، هَذَا عَبْدِي
الصَالِحٍ بِالنِّيَّةِ الصَّادِقَةِ، وقلبُه نَقِيٌّ يَقُولُ: يَا رَبِّ،
فَأَقُولُ: لَبَّيْكَ. فَأَقْضِي حَاجَتَهُ.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ishaq ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim ibnu
Abu Nafi' ibnu Ma'di Kariba di Bagdad, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Abu Nafi' ibnu Ma'di Kariba yang mengatakan bahwa ia dan Siti Aisyah
r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai makna firman-Nya:
Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa
kepada-Ku. (Al-Baqarah: 186) Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai
Tuhanku, ini adalah pertanyaan Aisyah?" Maka turunlah Malaikat Jibril
dan berkata: Allah menyampaikan salam-Nya kepadamu, ada seorang hamba-Ku
yang saleh, dengan niat yang benar dan hatinya bersih mengatakan,
"Wahai Tuhanku." Maka Aku berfirman, "Labbaika," lalu Aku penuhi
permintaannya.
Akan tetapi, hadis ini garib bila ditinjau dari sanad ini.
وَرَوَى ابْنُ مَرْدُويه مِنْ حَدِيثِ الْكَلْبِيِّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: حَدَّثَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ: {وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ} الْآيَةَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اللَّهُمَّ أَمَرْتَ بِالدُّعَاءِ، وتوكَّلْتَ بِالْإِجَابَةِ،
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، لَبَّيْكَ
إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ، وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ،
أَشْهَدُ أَنَّكَ فَرْدٌ أَحَدٌ صَمَد لَمْ تَلِدْ وَلَمْ تُولَدْ وَلَمْ
يَكُنْ لَكَ كُفُوًا أَحَدٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ وَعْدَكَ حَقٌّ، وَلِقَاءَكَ
حَقٌّ، وَالْجَنَّةَ حَقٌّ، وَالنَّارَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا
رَيْبَ فِيهَا، وَأَنْتَ تَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari hadis Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari
Ibnu Abbas, telah menceritakan kepadaku Jabir ibnu Abdullah, bahwa Nabi
Saw. pernah membacakan firman-Nya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku.
(Al-Baqarah: 186), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. bersabda: ya
Allah, Engkau memerintahkan untuk berdoa dan aku bertawakal dalam
masalah pengabulannya. Kupenuhi seruan-Mu, ya Allah, kupenuhi seruan-Mu,
kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagimu, kupenuhi seruan-Mu.
Sesungguhnya segala puji dan nikmat hanyalah milik-Mu dan begitu pula
semua kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa Engkau tiada
tandingan lagi Maha Esa, bergantung kepada-Mu segala sesuatu, tidak
beranak dan tidak diperanakkan, serta tiada seorang pun yang setara
dengan-Mu. Aku bersaksi bahwa janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu
adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, dan hari kiamat
pasti akan datang tanpa diragukan lagi, dan Engkaulah yang akan
membangkitkan manusia dari kuburnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ
يَحْيَى الْأَرْزِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى القُطَعي قَالَا
حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ مِنْهال، حَدَّثَنَا صَالِحٍ المُرِّي، عَنِ
الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، وَاحِدَةٌ
لَكَ وَوَاحِدَةٌ لِي، وَوَاحِدَةٌ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ؛ فَأَمَّا
التِي لِي فَتَعْبُدُنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، وَأَمَّا التِي لَكَ
فَمَا عملتَ مِنْ شَيْءٍ وَفَّيْتُكَه وَأَمَّا التِي بَيْنِي وَبَيْنَكَ
فَمِنْكَ الدُّعَاءُ وَعَلِيَّ الْإِجَابَةُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan pada kami
Al-Hasan ibnu Yahya Al-Azdi dan Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Minhal, telah
menceritakan kepada kami Saleh Al-Mari, dari Al-Hasan, dari Anas, dari
Nabi Saw. yang bersabda: Allah SWT berfirman, "Hai anak Adam, satu hal
untukmu, dan satu hal untuk-Ku, serta satu hal lagi antara Aku dan kamu.
Adapun hal yang untuk-Ku ialah kamu harus menyembah-Ku, janganlah kamu
persekutukan Aku dengan sesuatu pun. Dan adapun yang bagimu ialah semua
hal yang kamu lakukan atau amal apa pun, maka Aku pasti menunaikan
(pahala)nya kepadamu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah kamu
berdoa dan Aku yang memperkenankan (mengabulkan).
Penyisipan anjuran untuk berdoa di antara hukum-hukum puasa ini
mengandung petunjuk yang menganjurkan agar berdoa dengan sekuat tenaga
di saat menyempurnakan bilangan Ramadan, dan bahkan di setiap berbuka.
Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud At-Tayalisi di dalam kitab
Musnad-nya:
حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ الْمَلِيكِيُّ، عَنْ عَمْرو -هُوَ ابْنُ
شُعَيْبِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "لِلصَّائِمِ عِنْدَ
إِفْطَارِهِ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ". فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو
إِذْ أَفْطَرَ دَعَا أَهْلَهُ، وَوَلَدَهَ وَدَعَا
telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Al-Mulaiki, dari Amr (yakni
Ibnu Syu'aib ibnu Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amr), dari ayahnya, dari
kakeknya (yakni Abdullah Ibnu Amr) yang telah menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Bagi orang puasa di saat berbukanya
ada doa yang dikabulkan. Tersebutlah bahwa Abdullah ibnu Amr selalu
berdoa untuk keluarga dan anaknya; begitu pula anak dan keluarganya,
sama-sama berdoa ketika berbuka puasa.
Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah di dalam kitab sunannya;
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ،
عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمَدَنِيِّ، عَنْ عَبْد اللَّهِ
بْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو، قَالَ: قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ
فِطْرِهِ دَعْوةً مَا تُرَدّ". قَالَ عَبْد اللَّهِ بْنُ أَبِي مُليَكة:
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرو يَقُولُ إِذَا أَفْطَرَ: اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ التِي وسعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ
لِي .
telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar,
telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Ishaq ibnu
Abdullah Al-Madani, dari Ubaidillah ibnu Abu Mulaikah, dari Abdullah
ibnu Amr yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:Sesungguhnya
bagi orang puasa di saat berbukanya terdapat doa yang tidak
ditolak(untuknya). Ubaidillah ibnu Abu Mulaikah mengatakan, ia pernah
mendengar Abdullah ibnu Amr selalu mengucapkan doa berikut bila
berbuka:Ya Allah, sesungguhnya Aku memohon demi rahmat-Mu yang memuat
segala sesuatu, sudilah kiranya Engkau mengampuniku.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, Sunan Turmuzi, Nasai, dan Ibnu Majah
disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
" ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ،
وَالصَّائِمُ حتى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ
دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ
السَّمَاءِ، وَيَقُولُ: بعزتي لأنصرنك ولو بعد حين"
Ada tiga macam orang yang doanya tidak ditolak, yaitu imam yang adil,
orang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang teraniaya diangkat oleh
Allah sampai di bawah gamam (awan) di hari kiamat nanti, dan dibukakan
baginya semua pintu langit, dan Allah berfirman, "Demi kemuliaan-Ku, Aku
benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudahnya.”
Allah dekat dengan hamba-hamba-Nya, meliputi ilmu-Nya terhadap segala
sesuatu. Maka Dia mendengar perkataan mereka dan melihat perbuatan
mereka. Maksudnya, ingatkanlah wahai Rasul, kepada hamba-hamba-Ku
terhadap apa yang wajib mereka jaga dalam ibadah ini maupun selainnya
berupa ketaatan, ikhlas, taubat dan hanya menghadap kepada-Ku dengan
berdoa. Dan kabarkanlah kepada mereka bahwa Aku dekat dengan mereka,
tidak ada hijab di antara-Ku dan di antara mereka. Tidak pula ada wali
maupun pemberi syafaat yang menyampaikan doa dan ibadah mereka
kepada-Ku, (tidak ada pula wali maupun pemberi syafaat) yang bersekutu
dengan-Ku dalam menjawab (doa) mereka dan memberi pahala kepada mereka.
Dan Aku menjawab doa orang yang berdoa kepada-Ku tanpa perantaraan
seorangpun apabila orang yang berdoa tersebut benar-benar menghadapkan
wajahnya kepada-Ku semata dalam memohonkan keinginannya. Karena
sesungguhnya Akulah yang telah menciptakannya dan Akulah yang paling
mengetahui bisikan yang ada pada jiwanya.
Orang yang mengetahui syariat dan sunnah-sunnah Allah pada makhluknya
tidak akan bermaksud dengan doanya kecuali hidayah-Nya kepada
sebab-sebab yang dapat menyampaikannya kepada terwujudnya apa yang dia
sukai/ingini dan tercapainya maksud-maksudnya. Maka apabila dia meminta
kepada Allah untuk menambahkan rizkinya, dia tidak bermaksud agar langit
hujan emas dan perak. Dan apabila dia meminta kesembuhan dari sakitnya
yang melelahkannya dalam pengobatannya, maka dia tidak bermaksud agar
Allah menembus/merobek apa yang sudah menjadi kebiasaan, akan tetapi dia
menginginkan taufiq-Nya kepada penyembuhan yang menjadi sebab
kesembuhannya. Dan barang siapa yang meninggalkan tindakan dan usaha dan
menuntut agar diberikan harta maka dia bukan orang yang berdoa
melainkan dia adalah orang yang jahil (bodoh). Dan begitu pula orang
yang sakit yang tidak menjaga pantangan dan tidak menggunakan obat,
sementara dia meminta kesembuhan dan kesehatan. Karena sesungguhnya dua
orang yang dimisalkan tersebut sedang menuntut batalnya sunnah-sunnah
yang telah ditetapkan oleh Allah pada penciptaan.
Dan doa yang diminta ialah doa dengan ucapan bersama menghadapkan wajah
kepada Allah dengan hati. Dan hal itu merupakan pengaruh dari perasaan
butuh kepada-Nya. Dan orang yang mengingatkan keagungan-Nya dan
kemuliaan-Nya. Dan dari sana, Nabi menyebut doa sebagai inti dari
ibadah. Ijabahnya doa ialah diterimanya doa dari orang yang ikhlas
kepada-Nya dan minta tolong kepada-Nya, sama saja baik apa yang dia
minta sampai kepadanya secara tampak ataupun tidak sampai kepadanya. Dan
ayat yang semisal ialah firman-Nya dalam surat Qaaf:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
Dan kami lebih dekat dengannya daripada urat nadi.
Dan berdasarkan hal ini maka tidak boleh seseorang berdoa dengan
meninggikan suaranya, dan tidak pula kepada perantaraan antara mereka
dan Dia dalam meminta hajat sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
musyrik berupa tawassul dengan syafaat dan perantara-perantara
sesembahan.
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
Al-istijaabah ialah menjawab dengan penuh perhatian dan persiapan.
Maksudnya ketika Aku dekat dengan mereka, menjawab doa orang yang berdoa
kepada-Ku, maka hendaknya mereka menjawab seruanku dengan menegakkan
amalan-amalan yang Aku perintahkan kepada mereka berupa iman,
ibadah-ibadah yang bermanfaat bagi mereka seperti puasa, shalat, zakat
dan lain-lain berupa amalan yang aku serukan kepada mereka, sebagaimana
aku menjawab doa mereka dengan menerima ibadah mereka.
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Ar-rusydu dan ar-rosyad ialah lawan kata al-ghayyu (kesesatan) dan al-fasad (kerusakan):
Maksudnya sesungguhnya amal-amal apabila ia muncul karena adanya ruh
iman maka diharapkan pelakunya mendapatkan petunjuk dan hidayah. Adapun
apabila amalan tersebut muncul karena mengikuti kebiasaan, sesuai dengan
kelompok-kelompok yang ada maka hal itu tidak dianggap sebagai amalan
yang karena petunjuk dan takwa. Akan tetapi bisa saja menambah pelakunya
peperangan dalam syahwat, dan kerusakan dalam akhlak. Sebagaimana hal
itu bisa disaksikan di hadapan orang-orang yang berpuasa karena taklid
kepada bapak-bapak mereka dan keluarga mereka, bukan karena ikhlas
kepada Tuhannya dan mencari pahala-Nya.
Allah dekat dengan hambaNya, bahkan sangat dekat. Allah sendiri menyatakan :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ اْلوَرِيْدِ
“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami Maha Mengetahui
segala yang terbesit dalam jiwanya, dan Kami lebih dekat kepadanya
dibandingkan urat lehernya”(Q.S Qoof: 16)
Allah Bersama Orang-orang yang Beriman, Menolong dan Menguatkan Mereka
Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Harun :
إِنَّنِيْ مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
“ … Sesungguhnya Aku senantiasa bersama kalian berdua, Aku Mendengar dan Aku Melihat “(Q.S Thoha :46)
Al-Imam AlQurthubi menyatakan : “ Firman Allah : ‘Sesungguhnya Aku
bersama kalian berdua ‘ yang dimaksud adalah dengan bantuan dan
pertolongan “(Tafsir AlQurthubi juz 11 hal 203).
Allah mengabadikan ucapan Rasulullah untuk menguatkan hati Abu Bakar dalam ayatNya :
إِلاَّ تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي اْلغَارِ إِذْ يَقُوْلُ
لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّاللهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللهُ
سَكِيْنَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ
كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ اْلعُلْيَا
وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Jika kalian tidak menolongnya, maka sungguh Allah telah menolongnya
ketika orang-orang kafir mengeluarkan mereka. Salah satu dari kedua
orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika ia berkata kepada
Sahabatnya,’Janganlah engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah bersama
kita’.Maka kemudian Allah turunkan ketenangan dan menguatkannya dengan
tentara-tentara yang tidak terlihat, dan Allah jadikan kalimat
orang-orang kafir menjadi rendah (hina) dan Kalimat Allah menjadi
Tinggi. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(Q.S AtTaubah : 40)
Ayat tersebut adalah sebagaimana dikisahkan sendiri oleh Rasulullah dalam haditsnya :
عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اْلغَارِ فَرَأَيْتُ آثَارَ
الْمُشْرِكِيْنَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ رَفَعَ
قَدَمَهُ رَآناَ قَالَ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
“Dari Abu Bakar asSiddiq radliyallaahu ‘anhu, beliau berkata :”Aku
bersama Rasulullah di dalam gua, kemudian aku melihat tanda-tanda orang
musyrikin. Kemudian aku berkata : ‘Wahai Rasulullah, kalau seandainya
mereka mengangkat kaki mereka, pasti mereka bisa melihat kita !’Rasul
menjawab : ‘Bagaimana pendapatmu dengan 2 orang yang (disertai) sebagai
(pihak) ketiga adalah Allah!’ (H.R Bukhari dalam Shahihnya)
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa Allah adalah berada di atas
langit namun sangat dekat dengan hambaNya, karena Ia senantiasa Maha
Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Berkuasa atas seluruh hambaNya.Untuk
orang yang beriman dan bertaqwa, kedekatan Allah tersebut memiliki makna
tambahan yang khusus, yaitu Allah senantiasa bersama mereka, membantu,
membimbing, memberikan taufiq untuk senantiasa berjalan dalam jalur yang
diridlaiNya.
Manfaat Kesadaran akan Dekatnya Allah
1. Menghantarkan manusia pada sikapmuroqobah (senantiasa merasa dalam
pengawasan Allah), sehingga ia akan berupaya menjaga dirinya untuk
selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan perintah Allah dan berupaya
menjauhi laranganNya.
2. Berupaya senantiasa ‘menjaga Allah‘ , sehingga dengan demikian Allah
akan senantiasa menjaga kita. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah
Shollallaahu‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas :
يَاغُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ
لَوِاجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ
إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ وَلَوِاجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ
يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ
اللهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُف
“ Wahai anak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat : ‘Jagalah Allah,
niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan
mendapati Ia ada di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah
kepadaNya. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan
kepadaNya. Ketahuilah, bahwa kalau seandainya seluruh umat berkumpul
untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, tidak akan sampai manfaat itu
kepadamu kecuali jika Allah tetapkan sampai kepadamu. Dan jika seluruh
umat berkumpul untuk menimbulkan mudharat kepadamu, tidak akan bisa
memudharatkanmu sesuatupun kecuali jika Allah tetapkan sesuatu bisa
memudharatkanmu. Telah diangkat pena, dan telah kering lembaran-lembaran
“(H.R atTirmidzi, Ahmad, Abu Ya’la, AlHaakim, dan atTirmidzi menyatakan
bahwa hadits ini hasan shohih)
Dijelaskan oleh alHafidz Ibnu Rajab makna ‘menjaga Allah‘ adalah :
menjaga batasan – batasan (yang dibuat Allah) dengan tidak melampauinya,
hak–hak Allah dengan senantiasa memperhatikan dan menunaikannya,
menjalankan perintah – perintahNya dan menjauhi larangan – laranganNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar