Setiap diri kita dipenuhi dosa dan kesalahan; bisa berupa tidak
menunaikan kesyukuran, tidak menunaikan perintahnya, tidak meninggalkan
larangan-Nya, menyia-nyiakan kesempatan yang dibeirkan-Nya, lalai dari
mengingat-Nya, dan sebagainya.
Tersebut akan membuat sesak dada, menghilangkan keberkahan hidup,
mempersempit rizki, membuat berat menjalankan ketaatan, menjadi sebab
datangnya berbagai kesulitan, dan di akhirat menjadi sebab kegelapan dan
kesengsaraan.
Maka dari itu seyogyanya kita umat Islam senantiasa memohon ampunan pada
Alloh Subhanahu Wata'ala dengan selalu ber istighfar setiap hari dalam
kehidupan ini.
Berikut beberapa penjelasan manfaat yang akan diraih oleh hamba dengan beristighfar.
Pertama: Istighfar Adalah Sebab Pengampunan Dosa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا
اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا
اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan orang-orang yang, apabila berbuat keji atau menganiaya diri
sendiri, mengingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.
Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali Allah? Mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali
‘Imran: 135]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا.
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
(tetapi) kemudian memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati bahwa
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nisa`: 110]
Kedua: Meluaskan Rezeki Seorang Hamba
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan seruan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا.
“Maka saya berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian
(karena) sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan
hujan yang lebat dari langit atas kalian. Dan Dia akan
melipatkangandakan harta dan anak-anak kalian, mengadakan kebun-kebun
atas kalian, serta mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” [Nuh: 10-12]
Ayat di atas menunujukkan bahwa istighfar adalah sebab turunnya rezeki
dari langit, dilapangkannya harta dan keturunan, serta dibukakannya
berbagai kebaikan untuk hamba sehingga, terhadap masalah apapun yang
dihadapi oleh seorang hamba, jalan keluar akan dihamparkan untuknya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebut sebuah atsar dari Al-Hasan Al-Bashry bahwa
ada empat orang yang datang secara terpisah kepada beliau. Mereka
mengeluh akan masa paceklik, kefakiran, kekeringan kebun, dan tidak
mempunyai anak. Namun, terhadap semua keluhan tersebut, beliau hanya
menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah,” lalu membacakan ayat di
atas.[Fathul Bary 11/98.]
Ketiga: Menghindarkan Hamba dari Siksa Allah dan Musibah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.
“Dan Allah tidak akan menyiksa mereka sedang mereka dalam keadaan beristighfar.” [Al-Anfal: 33]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pula menjelaskan sebab terselamatkannya Nabi Yunus ‘alaihis salam,
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ. لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ.
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk sebagai orang-orang yang banyak
bertasbih, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan itu sampai
hari kebangkitan.” [Ash-Shaffat: 143-144]
Pada ayat lain, Allah Jalla Jalaluhu menjelaskan bentuk tasbih Nabi
Yunus ‘alaihis salam yang merupakan salah satu makna istighfar, yaitu
dalam firman-Nya,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Tiada sembahan (yang hak), kecuali Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya saya termasuk ke dalam golongan orang-orang zhalim.”
[Al-Anbiya`: 87]
Keempat: Istighfar Adalah Sebab yang Mendatangkan Rahmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
“Hendaklah kalian memohon ampunan kepada Allah agar kalian dirahmati.” [An-Naml: 46]
Perhatikanlah jaminan Allah tersebut! Allah senantiasa merahmati seseorang yang senantiasa beristighfar.
Kelima: Salah Satu Sumber Tambahan Kekuatan dan Kejayaan adalah Istighfar
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan ucapan Nabi Hud ‘alaihis salam kepada kaumnya sebagaimana dalam firman-Nya,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ.
“Wahai kaumku, beristighfarlah kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian
dan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, serta janganlah kalian
berpaling dengan berbuat dosa.” [Hud: 52]
Keenam: Istighfar Adalah Salah Satu Hal yang Melapangkan Dada Seorang Hamba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya, kadang terdapat sesuatu yang melekat pada hatiku maka
saya pun beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari.”
[Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Al-Agharr Al-Muzany
radhiyallahu ‘anhu.]
Ketujuh: Wajah Orang yang Beristighfar Dijadikan Berseri dan Berbahagia oleh Allah pada Hari Pertemuan dengan-Nya
Telah shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ تَسُرَّهُ صَحِيْفَتُهُ ، فَلْيُكْثِرْ فِيْهَا مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ
“Barangsiapa yang ingin bahagia dengan catatan amalnya (pada hari
kiamat), hendaklah ia beristighfar kepada Allah.” [Diriwayatkan oleh
Ath-Thabarany, dalam Al-Ausath, dan Dhiya` Al-Maqdasy dari Zubair bin
Al-‘Awwam radhiyallahu ‘anhu.]
Telah shahih pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
“Sangat beruntunglah orang yang menemukan bahwa pada catatan amalnya
terdapat banyak istighfar.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya
dari Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu.]
Kedelapan: Membersihkan Noda Hitam dari Hati Seorang Hamba
Jika seorang hamba melakukan kesalahan, suatu noda hitam akan tertitik
pada hati seorang hamba. Jika hamba beristighfar, dihapuslah noda itu
dan hatinya kembali bersih. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ زَادَ
زَادَتْ حَتَّى يَعْلُوَ قَلْبَهُ ذَاكَ الرَّيْنُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ
عزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jika seseorang melakukan sebuah dosa, dititiklah satu titik hitam pada
hatinya. Jika dia bertaubat, berhenti (melakukan dosa), lalu
beristighfar, hatinya akan kembali bersih. Jika dia mengulangi dosanya,
ditambahkanlah titik hitam sampai menutupi hatinya, dan jika hatinya
sudah tertutup, itulah ar-rain ‘penutup hati’ yang Allah ‘Azza wa Jalla
sebutkan dalam Al-Qur`an, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
sesuatu yang selalu mereka usahakan itu menjadi ar-rain terhadap
hati-hati mereka.’ [Al-Muthaffifin: 14].” [Diriwayatkan oleh Ahmad,
At-Tirmidzy, An-Nasa`iy, Ibnu Majah, dan selainnya dari Abu
Hurairahradhiyallahu ‘anhu. Dihasankan oleh Al-Albany dalamShahih
Al-Jami’ dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahih Al-Musnad.]
Kesembilan: Istighfar Adalah Salah Satu Bekal bagi Seseorang yang Berdakwah di Jalan Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ.
“Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, serta
beristighfarlah terhadap dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu
pada petang dan pagi.” [Ghafir: 55]
Kesepuluh: Sebab Terkabulkannya Doa adalah Istighfar
Nabi Shalih ‘alaihis salam berkata kepada kaumnya sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ
مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ
وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ
رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ.
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada sembahan (yang
hak) bagi kalian, kecuali Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi
(tanah) dan menjadikan kalian sebagai pemakmur (bumi) itu maka
beristighfarlah kepada-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Rabb-ku amatlah dekat lagi mengabulkan (doa hamba-Nya).”
[Hud: 61]
Kesebelas: dengan Istighfar, Seorang Hamba Akan Semakin Mengagungkan dan Membesarkan Rabb-Nya
Telah berlalu penjelasan keagungan istighfar karena digandengkan dengan
tauhid dalam sejumlah ayat, juga telah berlalu penyebutan nama-nama dan
sifat pengampunan Allah. Tidak diragukan bahwa dua makna tersebut
sangatlah menanamkan pengagungan dan pembesaran dalam hati seorang hamba
kepada Rabb-nya.
Dari Zaid bin Haritsah –maula Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam-
berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ
الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ
الزَّحْفِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal
Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka akan diampuni dosanya walaupun ia pernah
lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, al-Thabrani,
Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
Rahimahullah di Shahih Abi Dawud dan Shahih al-Tirmidzi)
Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat seperti dalam Sunan Al-Tirmidzi & al-Hakim-, “Astaghfirullah Al-‘Adzim”.
Tempat Khusus Membacanya?
Telah datang beberapa riwayat yang menerangkan tempat khusus untuk
membaca doa istighfar ini, seperti sesudah shalat, bangun tidur, dan di
pagi hari Jum’at. Namun tak satupun dari keterangan-keterangan tersebut
yang shahih sehingga tidak bisa diamalkan dengan kekhususannya tersebut.
Ada hadits yang berstatus maqbul –sebagian ulama menghasankannya dan
sebagian lain menshahihkannya- menyebutkan istighfar tersebut tanpa
mengaitkannya dengan waktu-waktu tertentu. Bisa dibaca pada waktu yang
bebas tanpa mengkhususkannya dengan waktu dan tempat.
Al-Hakim mengeluarkannya dalam Mustadraknya dari hadits Abdullah bin
Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ
الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلَاثًا غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَ
قَدْ فَارًّا مِنْ الزَّحْفِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Alladzii Laa Ilaaha Illaa
HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka diampuni dosa-dosanya walaupun
ia pernah lari dari medan perang.” (HR. Al-Hakim, beliau berkata: “ini
adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim namun Al-Bukhari dan Muslim
tidak mengeluarkannya.” Hadits ini juga dikeluarkan oleh Al-Thabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 8541. Abu Nu’aim meriwayatkan yang serupa
dalam Akhbar Ashbahan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Keutamaannya
Doa ini mengandung istighfar (permohonan ampunan) yang sangat agung dan
memakai wasilah (sarana) yang sangat mulia dengan menyebut nama-nama
Allah yang Maha Indah –Allah, Al-Adzim, Al-Hayyu, dan Al-Qayyum-, ikrar
akan uluhiyah Allah dan tekad bertaubat saat itu juga.
Astaghfirullah memiliki makna meminta ampunan kepada Allah, memohon agar
Allah menutupi dosa-dosanya, dan tidak menghukumnya atas dosa-dosa
tersebut.
Disebut kalimat tauhid setelah kalimat “Aku meminta ampun kepada Allah”
memberikan makna bahwa hamba tersebut mengakui kewajibannya untuk ibadah
kepada Allah semata yang itu menjadi hak Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ini
menuntut agar orang yang beristighfar untuk membuktikan ubudiyahnya
kepada Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya.
Al-Hayyul Qayyum: dua nama Allah yang agung ini disebut sesudahnya
memiliki kaitan dengan permintaan ampunan karena semua nama Allah dan
sifat-Nya yang Maha tinggi yang Dzatiyah dan Fi’liyah kembali kepada
keduanya. Sifat Dzatiyah merujuk kepada nama Al-Hayyu (Maha hidup
kekal). Sedangkan sifat fi’liyah kembali kepada nama Al-Qayyum (Tegak
berdiri sendiri dan mengurusi semua makhluk-Nya)
Ditutup doa tersebut dengan Waatubu Ilaihi (Aku bertaubat kepada-Nya)
mengandung keinginan kuat dari hamba untuk bertaubat (kembali) kepada
Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karenanya jika hamba mengucapkan kalimat ini
hendaknya ia jujur dalam melafadzkannya pada dzahir & batinnya. Jika
ia dusta, dikhawatirkan ia tertimpa kemurkaan Allah. (Lihat al-Fuuthaat
al-Rabbaniyah: 3/701)
Allah siapkan balasan terbaik untuknya, yakni ampunan untuknya sehingga
dihapuskan dosa-dosanya, ditutupi aib-aibnya, dilapangkan rizkinya,
dijaga fisiknya, dipelihara hartanya, mendapat kucuran barakah, semakin
meningkat kualitas agamanya, menjapatkan jaminan keamanan di dunia dan
akhirat, dan mendapat keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dosa yang akan diampuni dengan doa istighfar ini bukan hanya dosa-dosa
kecil, tapi juga dosa besar. Bahkan dosa yang terkategori min akbaril
dzunub (dosa paling besar), yaitu lari dari medan perang, “. . .
walaupun ia pernah lari dari medan perang.”
Lari dari medan perang adalah lari meninggalkan medan jihad fi
sabilillah saat berkecamuk peperangan melawan orang kafir. Ini
menunjukkan bahwa melalui doa istighfar yang agung ini Allah akan
mengampuni dosa-dosa terbesar yang tidak memiliki konsekuensi hukuman
jiwa dan harta seperti lari dari medan perang dan dosa-dosa semisalnya.
Jika hamba mengucapkan doa di atas dengan ikhlash, jujur, memahami
makna-maknanya; niscaya ia akan mendapatkan kabar gembira maghfirah yang
agung ini.
Istighfar Bulan Rajab
Tidak ada dalil yang shahih tentang keutamaan mengkhususkan istighfar
dalam bulan rajab sementara hadits dari ‘Ali secara marfu’ :
أكثروا من الاستغفار في شهر رجب، فإن الله في كل ساعة منه عتقاء من النار.
“Perbanyaklah istighfar di bulan Rajab, karena Allah setiap saat membebaskan dari neraka di bulan itu”.
[Dikeluarkan Ad-Dailami di (Al-Firdaus) 1/81 no. 247 dan di dalamnya ada
Asbagh bin Tsubatah. Dan dia matruk yang diisyaratkan di ucapannya
penulis. Lihat (Tadzkirah Al-Maudhu’at) 116 & (Tanzih Asy-Syari’ah)
2/333.] Demikian di (Adz-Dzail) dan di dalam isnadnya ada orang yang
matruk.
Dan sungguh aku mendengar sebagian para syaikh banyak beristighfar di bulan ini, dengan membaca :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ ذَا الْـجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ.
“Aku mohon ampun kepada Allah yang memiliki keagungan & kemuliaan dari segala dosa”.
Kemudian aku melihat Al-Manufi berkata : Sungguh pengarang kitab
Targhib Al-Muthalib fi Asyraf Al-Mathalib telah memberikan manfaat,
bahwa dia berpendapat dengan tulisan Al-Hafidz Kamaludin Ad-Damiri :
Dari Ibnu Abbas secara marfu’ : “Barangsiapa di bulan Rajab &
Sya’ban membaca :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْـحَيَّ
الْقَيُّوْمَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِـمٍ لِنَفْسِهِ،
لَا يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُوْرًا، سَبْعَ
مَرَّاتٍ، أَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى الْـمَلَكَيْنِ الْـمُوَكَّلَيْنِ
بِهِ: أَنْ خَرِّقا صَحِيْفَةَ ذُنُوْبِهِ.
“Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung yang tiada Ilah selain Dia
Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri mengurus makhluk-Nya, dan aku
bertaubat kepada-Nya dengan taubat seorang hamba yang mendholimi dirinya
sendiri yang tidak dapat menahan kematian, kehidupan dan hari kiamat,
sebanyak tujuh kali maka Allah akan mewahyukan kepada dua malaikat yang
mewakili degan berfirman : “Bakarlah catatan/lembaran dosa-dosanya”.
Dan hadits ini adalah dhaif sebagaimana yang ditegaskan oleh para ulama ahli hadits.
Dan di dalam Al-Mukhtas :
رَجَب شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَان شَهْرِي، وَرَمَضَان شَهْرُ أُمَّتِيْ.
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku & Ramadhan adalah bulan umatku”.
[Dikeluarkan Ad-Dailami di (Al-Firdaus) 2/275, Ibnu Al-Jauzi di
(Al-Maudhu’at) 2/124 & Abdul Aziz Al-Kinani di Fadhlu Rajab. Dan
hadits ini maudhu’ sebagaimana dikatakan Al-Hafidz Ibnu Hajar di(Tabyin
Al-‘Ajab) no. 18 dan Ibnu Al-Jauzi, dan Pengarang kitab Al-Asrar
Al-Marfu’ah hal. 438. dan telah datang hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri,
sebagaimana menurut Abi Al-Khathab di dalam(Adau ma wajaba fi fadhli
Rajab), sebagaimana perkataan Abu Syamah di dalam (Al-Ba’its) hal.
72-dengan tahqiq kami, dan Ibnu Nasir di dalam (Amali nya), sebagaimana
di dalam (Tabyin Al-‘Ajab) no.7 dan Al-Hakim di (Tarikhnya),sebagaimana
di Tanzih Asy-Syari’ah 2/164. Dan isnadnya murakab maka ia dha’if
sebagaimana di dalam (Al-Fawaid Al-Majmu’ah) 47, 48, 100, 439. dan lihat
(Al-Laliu Al-Masnu’ah) 2/114. dan datang pula hadits mursal hasan,
sebagaimana di dalam (Amali Abi Al-Fatah Ibnu Abi Al-Fawaris,sebagaimana
berkata pengarang no. 4, dan demikian pula di (Al-Asrar Al-Marfu’ah)
hal. 438, dan dia menjelskan dengan menukil dari (Al-Jami’ Ash-Shaghir)
no. 3094 – dho’ifnya.]
Adapun hadits : “Rasulullah khutbah jum’at sebelum datang bulan Rajab:
أَيُّهَا النَّاس ! قَدْ أَظُلُّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، رَجَبٌ شَهرُ اللهِ
الْأَصَمُّ، تُضَاعَفُ فِيْهِ الْـحَسَانَاتِ، وَتُسْتَجَابُ (فِيْهِ)
الدَّعْوَاتِ، وَيَفْرِجُ فِيْهِ (عَنِ) الْكُرَبَاتِ.
“Wahai manusia ! sungguh bulan yang agung menaungi kalian, Rajab bulan
Allah, dilipatgandakan amal kebaikan di dalamnya, dikabulkan do’a &
dilapangkan berbagai kesusahan…[Dikeluarkan Abdul Aziz Al-Kinani di
dalamFadhlu Rajab, sebagaimana di Tabyin Al-‘Ajab no. 23 & Tanzih
Asy-Syari’ah 2/163-164 : maudhu’ & isnadnya majhul & di Al-
Fawaid Al-Majmu’ah hal.439 : Hadits munkar.]
Masih ada sisa dalih bagi orang-orang yang berpuasa rajab mengkhususkan
Istighfar di bulan Rajab, bahwa mengamalkan hadits dhaif dalam keutamaan
amal dibolehkan karena para ulama ahli hadits dan ahli ilmu, bersikap
toleran dalam mendatangkan hadits-hadits dho’if dalam masalah keutamaan
amal”.
Sesunguhnya ulama ahli hadits toleran dalam mengamalkan hadits-hadits
dho’if dalam keutamaan amal dengan beberapa syarat, diantaranya yang
paling penting adalah hendaknya harus dijelaskan sisi kelemahannya dan
hadits tersebut tidak maudhu’, supaya orang yang mengamalkannya tidak
membuat syariat baru Seperti hadits puasa rajab, sebagaimana dikatakan
Ibnu Qayyim, Fairuz Abadi, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Al-Hafidz
Abdullah Al-Anshari, Ibnu Hammat Ad-Dimasqi dan Ibnu Rajab di dalam
Lathaiful Ma’arif hal. 123-127, dan Abu Hafs Al-Mushuli di dalam
Al-Mughni ‘anilhifdzi wal kitab hal. 371 dan disetujui oleh teman kami
Abu Ishaq Al-Huwaini di dalam kritikannya Junnatul Murtab, dan selain
mereka.
Sebagian ulama ahli hadist menyatakan bahwasanya hadist yang Dho’if itu
boleh diamalkan, boleh dijalankan dan boleh dipraktekkan dengan beberepa
syarat yaitu bukan dipraktekkan sebagai hukum, sebab hukum hanya
diambil dari hadist Shahih dan hadist Hasan. Hadist Dho’if boleh
dipraktekkan dalam perkara fadha’ilal amal. yaitu amal ibadah yang bila
kita kerjakan maka akan mendapat pahala dari Allah Swt. Maka kita
kerjakanlah amal ibadah tersebut demi untuk meraih pahala yang tidak
terdapat Halal-Haram di dalamnya namun hanya anjuran untuk
mengerjakannya. kata para ulama silahkan mengerjakannya.
Istighfar pun bagian dari agama. Dinyatakan dalam hadist-hadist yang
Shahih. Di bulan suci Rajab juga dianjurkan untuk banyak beristighfar
kepada Allah Swt dengan mengambil hadist Dho’if tersebut sebagai
fadha’ilal amal, tidak dilarang oleh para ulama sebab seorang mukmin itu
haus akan kebaikan, haus akan pahala dan kita pun demikian dan tidak
ada orang yang bisa membatasi karunianya Allah.
Kita berdo’a setiap hari sebanyak 70 kali memohon kepada Allah
“Rabbigfirli warhamni Watub’alayya” Ya Allah ampuni saya, Rahmati saya,
terima taubat saya. Terkadang kita merasa heran ada beberapa orang jika
kita beristighfar 70 kali sehabis Isya dan Subuh di bulan Rajab
dikatakan “ini Bid’ah, kullu bid’atin dholalah wa kullu dholalatin
finnaar”. Mungkin dia berbicara seperti itu karena dia tidak punya dosa,
kalau kita banyak dosa, dia suci dari dosa mungkin, dan kita
beristighfar kepada Allah bukan hanya bulan Rajab, dzikir kita bukan
hanya di bulan Rajab, setiap waktupun kita berdzikir kepada Allah, namun
secara khusus bulan Rajab, guru-guru kita mengajarkan kita demikian.
Bulan Rajab adalah bulan pengampunan Allah, bulan baik, bulan yang besar
anugerah dari Allah Swt dan tidak ada larangan mengkhususkan istighfar
di bulan Rajab. Kamu tidak bisa megharamkan sesuatu berdasarkan hawa
nafsu mu, tidak bisa seperti itu sebab agama ini bukan milik mu namun
agama ini milik Rasulullah Saw. kalian yang tidak mau istighfar, jangan
mengganggu orang yang ingin beristighfar. Hargailah mereka yang punya
dalil, untuk melakukan amalan di bulan Rajab.
Di bulan suci Rajab ini bulan diterimanya perintah shalat oleh
Rasulullah SAW dari Allah Swt, baguskan sholat kita, perintahkan sanak
keluarga kita untuk sholat 5 waktu berjamaah di Masjid. Selain itu,
bulan Rajab adalah bulan pembacaan kitab Shohih Bukhari dimana tempat
mengharap ridho Allah, keberkahan dari Allah, pertolongan dari Allah
bahkan untuk seluruh umat Islam, sebab ketika pembacaan kita shohih
Bukhari itu pintu langit dibuka oleh Allah, do’a diijabah oleh Allah,
kita minta kepada Allah semoga hajat-hajat kita diijabah dan dikabulkan
oleh Allah Swt lebih dari apa yang kita harapkan, Amiin.
Yang menjadi masalah jika kamu memaksakan“Saya tidak suka Istighfar
Rajab, yang lain tidak boleh istighfar, yang istighfar dia bid’ah masuk
ke dalam neraka”. Kalau Kamu tidak mau istighfar yah silahkan. Kami
tidak memaksa hanya kami ingin beristighfar dan jangan mengganggu kami,
hargai dan hormati.
Kita saling sayang saling menghormati satu sama lain inilah agama kita
mengajarkan “ laa yukallifullahu nafsan illa wus‘aha” dalam ayat yang
lain Allah Swt mengatakan “ Laa iqraha fiddini” tidak ada paksaan dalam
beragama islam. Ini agama luas. Syariat nabi Muhammad Saw untuk setiap
zaman, setiap waktu, setiao tempat, setiap generasi dan setiap keadaan
beda-beda, tidak semua sama. Alhamdulillah. Mudah-mudahan hati kita
dibersihkan oleh Allah Swt. Masalah sebenarnya adalah penyakit hati dan
ini yang perlu dibersihkan. Sikap fanatik yang berlebihan itu yang
mesti dibuang. Mudah-mudahan kita dibimbing oleh Allah Swt.
Bacaan istighfar Rajab yang cukup panjang dan lihat teks Arabnya di bawah ini.
بسم الله الرحمن الرحيم. استغفرالله العظيم ۳. الذي لا اله الا هو الحي
القيوم واتوب اليه من جميع المعاصي والذنوب واتوب اليه من جميع ماكره الله
قولا وفعلا وسمعا وبصرا وحاضرا. اللهم اني استغفرك لما قدمت وما اخرت وما
اسرفت وما اسررت ومااعلنت وماانت اعلم به مني انت المقدم وانت المؤخر وانت
على كل شئ قدير. اللهم اني استغفرك من كل ذنب تبت اليك منه ثم عدت فيه
واستغفرك بمااردت به وجهك الكريم فخالطته بما ليس لك به رضى واستغفرك بما
وعدتك به نفسي ثم اخلفتك واستغفرك بماد عالي اليه الهوى من قبل الرخص
ممااشتبه علي وهو عندك محظور واستغفرك من النعم التي انعمت بهاعلي فصرفتها
وتقويت بهاعلى المعاصى واستغفرك من الذنوب التي لايغفرها غيرك ولايطلع
عليها احد سواك ولايسعها الارحمتك وحلمك ولاينجي منها الاعفوك واستغفرك من
كل يمين حلفت بها فحنثت فيهاوانا عندك مأخوذ بها واستغفرك يالااله الا انت
سبحانك اني كنت من الظالمين. واستغفرك يا لا اله الا انت عالم الغيب
والشهادة من كل سيئة عملتها في بياض النهار وسواد الليل في ملأ و خلأ وسر
وعلانية وانت الي ناظر اذا ارتكبتها ترى ما اتيته من العصيان به عمدا او
خطأ او نسيانا يا حليم ياكريم واستغفرك يا لا اله الا انت سبحانك اني كنت
من الظالمين. رب اغفرلي وارحمني وتب علي وانت خير الراحمين واستغفرك من كل
فريضة وجبت علي في اناء الليل واطراف النهار فتركتها عمدا او خطأ او نسيانا
او تهاونا وانا مسؤل بها ومن كل سنة من سنن سيد المرسلين وخاتم النبيين
محمد صلى الله عليه وسلم فتركتها غفلة او سهوا او جهلا او تهاونا قلت او
كثرت وانا عائد بها واستغفرك يالا اله الا انت وحدك لا شريك لك سبحانك رب
العالمين لك الملك ولك الحمد ولك الشكر وانت حسبنا ونعم الوكيل نعم المولى و
نعم النصير ولا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم وصلى الله على سيدنا
محمد واله وصحبه وسلم تسليما كثيرا والحمدلله رب العالمين
Bacaan latin istighfar diatas
Bismillahirrahmaanirrahiim. Astaghfirullaahal’adzim 3x. Alladzi laa
ilaaha ilaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi, min jamii’il
ma’aashii wadzunuubi wa atuubu ilaihi, min jamii’i maa karihallaahu
qaulaw wa fi’law wasam’aw wa bashharaw wa haadiiran. Allahumma innii
astaghfiruka limaa qoddamtu wa maa akhkhortu wa maa asraftu wamaa
asrortu wa maa a’lantu wamaa anta a’lamu bihii minni antal muqoddimu wa
antal mu’akhiru wa anta ‘alaa kulli syai-in qodiir. Allahumma innii
astaghfiruka min kulli dzanbin tubtu ilaika minhu tsumma udtu fiihi wa
astaghfiruka bimaa aradtu bihii wajhakal kariima fa khaalathuhuu bi maa
laisa laka bihii ridlaw wa astaghfiruka bimaa wa’adtuka bihii nafsii
tsumma akhlaftuka wa astaghfiruka bimaada ‘aalii ilaihil hawaa min
qoblir rukhashi mim masytabaha ‘alayya wa huwa ‘indaka mahzhuuruw wa
astaghfiruka minan ni’amil latii an ‘amta bihaa ‘alal ma’aashii wa
astaghfiruka minadz dzunuubillatii laa yaghfiruhaa ghairuka wa laa
yath-thali’u ‘alaihaa ahadun siwaaka wa laa yasa’uhaa illaa rahmatuka wa
hilmuka wa laa yunjii minhaa illaa ‘afwuka wa astaghfiruka min kulli
yamiinin halaftu bihaa fa hanats-tu fiihaa wa ana ‘indaka ma’khuudzun
bihaa wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu
minazh zhaalimiin. Wastaghfiruka yaa laa ilaaha illa anta ‘aalimul
ghaibi wasy syahaadati min kulli sayyi-atin ‘amiltuhaa fii bayaadlin
nahaari wa sawaadil laili fii mala-iw wa khala-iw wa sirriw
wa’alaaniyatiw wa anta ilayya naazhirun idzartakabtuhaa taraa maa
aataituhuu minal’ishyaani bihii ‘amdan au khathaa-an au nisyaanay yaa
haliimu yaa kariimu wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta subhaanaka
innii kuntu minazh zhaalimiina. Rabbigh firlii warhamnii wa tub’alayya
wa anta khairur raahimiina wa astaghfiruka min kulli fariidlatil wajabat
‘alayya fii anaa-illaili wa athraafin nahaari fa taraktuhaa ‘amdan au
khata-an au nisyaanan au tahaawunaw wa ana mas-uulum bihaa wa min kulli
sunnatim min sunani sayyidil mursaliina wa khaatamin nabiyyiina
muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama fa taraktuhaa ghaflatan au
sahwan au jahlan au tahaawunan au katsurat wa ana ‘aa-idum bihaa wa
astaghfiruka yaa laa ilaaha illa anta wahdaka laa syariika laka
subhaanaka rabbil ‘aalamiina lakal mulku wa lakal hamdu wa lakasyukru wa
anta hasbunaa wa ni’mal wakiilu ni’mal maulaa wa ni’mannashiiru wa laa
haula wa laa quwwata illaa billaahil’ aliyyil’azhiimi wa sallallaahu
‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa aalihi wa shahbihii wasallama tasliiman
katsiiraw wal hamdu lillaahi rabbil’aalamiin.
Terjemahan istighfar diatas
Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung 3x yang tiada Tuhan
selain Dia Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri. Aku bertaubat
kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertaubat kepada-Nya dari
segala yang Allah benci, baik berupa perkataan, perbuatan, pendengaran,
penglihatan, maupun perasaan. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun
terhadap apa-apa (dosa-dosa) yang telah lalu maupun yang kemudian, baik
(dosa yang aku perbuat) keterlaluan, (dosa) yang aku sembunyikan, (dosa
yang aku perbuat) secara terang-terangan, maupun apa-apa (dosa-dosa)
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkaulah Yang Maha
Pemula, Engkaulah Yang Maha Akhir, dan hanya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui atas segala sesuatu. Ya Allah sesungguhnya aku memohon ampun
kepada-Mu dari setiap dosa, aku bertaubat kepada-Mu dari dosa yang aku
lakukan lagi. Aku memohon ampun kepadamu terhadap apa-apa yang aku
maksudkan untuk berbakti kepada-Mu, Yang Maha Mulia, namun tercemari
oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhoi. Aku memohon ampun kepada-Mu atas
apa-apa yang telah aku janjikan kepada-Mu kemudian aku khilaf kepada-Mu.
Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau serukan kepadaku,
namun aku menyepelekannya. Aku mohon ampun kepada-Mu dari segala nikmat
yang Engkau limpahkan kepadaku namun aku menyalahgunakannya dijalan
maksiat. Aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa yang tidak ada
yang dapat mengampuninya selain-Mu, dan janganlah memperlihatkannya
kepada seorangpun selain-Mu, dan tidak ada yang dapat melapangkannya
kecuali rahmat-Mu dan kesantunan-Mu, serta tidak ada yang dapat selamat
darinya kecuali ampunan-Mu. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
junjunan kita, Nabi Muhammad saw., juga keluarganya, para sahabatnya
dengan keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar