Dulu pada zaman Nabi Musa, pengikutnya yang terkenal dengan sebutan Bani
Israel banyak yang membangkang untuk berperang memasuki daerah Kana’an
atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Palestina, atas
pembangkangannya itulah akhirnya mereka dihukum oleh Tuhan dengan
terperangkap di Gurun Sinai selama 40 tahun. Sepeninggal Nabi Musa dan
Nabi Harun, Bani Israel dipimpin Yasyu’, Yusya’ alias Joshua bin Non
yang berhasil memimpin penaklukan daerah sekitarnya mulai Amaliqoh,
Madyan, Aram, dan lainnya, bahkan memimpin memasuki Palestina. Setelah
Yusya’ dan para pemimpin lainnya meninggal dunia mereka terpecah-pecah,
terlibat dalam konflik akut, serta melupakan ajaran Taurat. Alhasil,
ketika terjadi perang kembali dengan orang Palestina pimpinan Jalut,
Bani Israel ditimpa kekalahan yang menghinakan. Wanita dan anak cucu
mereka dihinakan dan peti yang isinya catatan perintah Tuhan (baca
Taurat) juga dirampas, dibawa ke rumah Dajon, tuhan orang Palestina.
Setelah berlalu masa yang cukup panjang, sepeninggal Musa ‘alaihissalam,
Bani Israil semakin jauh dari Taurat dan berpaling dari syareat. Allah
timpakan kehinaan berupa kaum dzalim yang menindas Bani Israil, hingga
terusir dari negeri-negeri mereka.
Demikian itulah sunnatullah, kehinaan tidak akan menimpa suatu kaum
kecuali dengan sebab mereka berpaling dari syareat Allah. Allah
berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Ar-Ruum: 41
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ،
وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan riba, dan kalian telah mengambil
ekor-ekor sapi serta ridho dengan kebun-kebun (yakni melupakan akherat),
dan kalian tinggalkan jihad sungguh Allah akan kuasakan kehinaan atas
kalian, dan tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada
agama kalian.”
Di masa itu Bani israil tertindas, hingga datanglah seorang Nabi di
tengah mereka. Dalam kitab-kitab Tafsir disebutkan bahwa beliau adalah
nabi Samuel, ada yang berpendapat dia adalah Yusya’ bin Nun, ada lagi
yang mengatakan dia adalah Syam’uun.
Siapa sejatinya nabi tersebut ? Allahu a’lam bishshawab, hanya Allah
yang mengetahui. Tidak ada satu riwayat shahih pun menyebutkan nama.
Yang pasti, Al-Quran tidak menyebutkan. Sama halnya dengan Ashabul
Kahfi. Kisahnya masyhur, namun tidak seorang pun dari pemuda-pemuda
beriman itu Allah sebut namanya dalam Al-Quran.
Bani Israil menyadari bahwa kemuliaan tidak akan terwujud melainkan
dengan menegakkan syareat Allah. Mereka menyadari kemuliaan tidak akan
kembali kecuali dengan jihad fi sabilillah.
Dalam situasi kenestapaan dan kehinaan, ia meminta pada orang paling
shalih di antara mereka, Nabi Syamuil, agar diangkatkan untuk mereka
seorang raja, memimpin perang mengembalikan kehormatan. Namun, Syamuil
mengatakan, “Adalah mungkin sekali kalian akan udhur diri, ketika kalian
diajak berperang, persis seperti di era Musa.”(Q.S. Al Baqarah: 246).
Menanggapi sindiran ini Bani Israel menjawab, “Apa mungkin kami udhur
diri padahal perang justru untuk merebut kembali kehormatan kami?”
Akhirnya, disampaikan oleh Syamuil kepada mereka, akan datang seorang
pemimpin bernama Thalut, yang mempunyai tugas untuk menyatukan kalian
semua dan menjadi raja pertama.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى
إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ
أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ
عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ
بِالظَّالِمِينَ (246)
Apakah kalian tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi
Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka,
"Angkatlah untuk karni seorang raja supaya kami berperang (di bawah
pimpinannya) di jalan Allah." Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika
kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak akan berperang." Mereka
menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal
sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka
pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah
Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (QS Al-Baqoroh Ayat-246)
Menurut Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah, nama nabi tersebut
adalah Yusya' ibnu Nun. Ibnu Jarir mengatakan bahwa nabi tersebut
bernama Yusya' ibnu Ifrayim ibnu Yusuf ibnu Ya'qub. Akan tetapi,
pendapat ini jauh dari kebenaran, mengingat Yusya' baru ada jauh setelah
masa Nabi Musa. Sedangkan hal yang dikisahkan di dalam ayat ini terjadi
di masa Nabi Daud a.s., seperti yang dijelaskan di dalam kisah
mengenainya. Jarak antara masa Nabi Daud dengan Nabi Musa kurang lebih
seribu tahun, yakni lebih dahulu Nabi Musa a.s.
As-Saddi mengatakan bahwa nabi tersebut bernama Syam'un. Sedangkan
menurut Mujahid adalah Syamuel a.s. Hal yang sama dikatakan pula oleh
Muhammad ibnu Ishaq, dari Wahb ibnu Munabbih, bahwa dia adalah Syamuel
ibnu Bali ibnu Alqamah ibnu Turkham ibnu Yahd ibnu Bahrad ibnu Alqamah
ibnu Majib ibnu Amrisa ibnu Azria ibnu Safiyyah ibnu Alqamah ibnu Abu
Yasyif ibnu Qarun ibnu Yashur ibnu Qahis ibnu Lewi ibnu Ya'qub ibnu
Ishaq ibnu Ibrahim a.s.
Wahb ibnu Munabbih dan lain-lainnya mengatakan, pada mulanya kaum Bani
Israil sesudah Nabi Musa a.s. berada dalam jalan yang lurus selama satu
kurun waktu. Kemudian mereka membuat-buat hal yang baru dan sebagian di
antara mereka ada yang menyembah berhala-berhala. Di antara mereka masih
ada nabi-nabi yang memerintahkan kepada mereka untuk berbuat kebajikan
dan melarang mereka berbuat kemungkaran, serta meluruskan mereka sesuai
dengan ajaran kitab Taurat. Hingga akhimya mereka melakukan apa yang
mereka sukai, lalu Allah menguasakan mereka atas musuh-musuh mereka, dan
akhimya banyak di antara mereka yang terbunuh dalam jumlah yang sangat
besar, banyak yang ditawan oleh musuh-musuh mereka, serta negeri mereka
banyak yang diambil dan dijajah oleh musuh-musuh mereka. Pada mulanya
tiada seorang raja pun yang memerangi mereka melainkan mereka dapat
mengalahkannya. Hal tersebut berkat kitab Taurat dan tabut (peti) yang
telah ada sejak masa lalu; keduanya diwariskan secara turun-temurun dari
para pendahulu mereka sampai kepada Nabi Musa a.s.
Tetapi tatkala mereka tenggelam di dalam kesesatannya, maka kedua barang
tersebut dapat dirampas dari tangan mereka oleh salah seorang raja di
suatu peperangan. Raja tersebut dapat merebut kitab Taurat dan tabut
dari tangan mereka, dan tiada yang hafal akan kitab Taurat di kalangan
mereka kecuali hanya beberapa gelintir orang saja. Kenabian terputus
dari keturunan mereka, tiada yang tertinggal dari kalangan keturunan
Lewi yang biasanya menurunkan para nabi selain seorang wanita hamil dari
suaminya yang telah terbunuh. Maka kaum Bani Israil mengambil wanita
tersebut dan mengarantinakannya di dalam sebuah rumah dengan harapan
semoga Allah memberinya rezeki seorang anak yang kelak akan menjadi
seorang nabi bagi mereka. Sedangkan si wanita tersebut terus-menerus
berdoa kepada Allah Swt. agar diberi seorang anak lelaki. Allah Swt.
memperkenankan doa wanita itu dan lahirlah darinya seorang bayi lelaki
yang kemudian diberi nama Samuel, yang artinya Allah memperkenankan
doaku. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa bayi itu diberi nama
Syam'un (Samson) yang artinya sama. Anak tersebut tumbuh dewasa di
kalangan kaumnya (Bani Israil) dan Allah menganugerahinya dengan
pertumbuhah yang baik. Ketika usianya sampai pada usia kenabian, maka
Allah mewahyukan kepadanya yang isinya memerintahkan kepadanya agar
mengajak dan menyeru kaumnya untuk menauhidkan Allah Swt. Lalu ia
menyeru kaum Bani Israil, dan mereka meminta kepadanya agar ia
mengangkat seorang raja buat mereka yang akan memimpin mereka dalam
memerangi musuh-musuh mereka, karena raja mereka telah binasa. Maka si
Nabi berkata kepada mereka, "Apakah kalian benar-benar jika Allah
mengangkat seorang raja untuk kalian, bahwa kalian akan berperang dan
menunaikan tugas yang dibebankan kepada kalian, yaitu berperang
bersamanya?" Mereka menjawab, yang jawabannya disitir oleh firman-Nya:
"Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya
kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"
(Al-Baqarah: 246) Yakni negeri kami telah dirampas dari tangan kami, dan
banyak anak-anak kami yang ditawan. Allah Swt. berfirman: Maka tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja di antara mereka. Allah Maha Mengetahui siapa
orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 246) Yaitu mereka tidak memenuhi
apa yang telah mereka janjikan, bahkan kebanyakan dari mereka
membangkang, tidak mau berjihad; dan Allah Maha Mengetahui mereka.
Allah Memilih Thalut Sebagai Raja
Keinginan Bani Israil terwujud. Allah mewahyukan kepada nabi-Nya bahwa sosok yang berhak menjadi raja adalah Thalut.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ
مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ
بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ
وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ (247)
Nabi mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Talut menjadi raja kalian." Mereka menjawab, "Bagaimana Talut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedangkan dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi
raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa"
Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 247)
Ketika mereka meminta kepada nabi mereka agar diangkat seorang raja buat
mereka, maka Allah menentukan Talut untuk menjadi raja mereka. Talut
adalah seorang lelaki dari kalangan prajurit mereka, bukan berasal dari
keluarga raja mereka; karena raja mereka berasal dari keturunan Yahuza,
sedang Talut bukan dari keturunannya. Karena itulah disebut oleh
firman-Nya, bahwa mereka mengatakan:
{أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا}
Bagaimana Talut memerintah kami. (Al-Baqarah: 247)
Dengan kata lain, mana mungkin Talut menjadi raja kami.
{وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ}
padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya,
sedangkan dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak? (Al-Baqarah:
247)
Yakni selain dari itu Talut adalah orang yang miskin lagi tidak berharta
yang dapat membantunya untuk menjadi seorang raja. Sebagian ulama
mengatakan bahwa Talut adalah seorang pengangkut air. Menurut pendapat
yang lain, Talut adalah penyamak kulit.
Ungkapan ini merupakan sanggahan mereka terhadap nabi mereka dan
sekaligus sebagai suatu protes, padahal yang lebih utama bagi mereka
hendaknya mereka taat dan mengucapkan kata-kata yang baik. Selanjutnya
nabi mereka memberikan jawabannya yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ}
Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian. (Al-Baqarah: 247)
Yaitu Allah-lah yang memilihnya menjadi raja kalian melalui nabi kalian.
Allah lebih mengetahui tentang Talut daripada kalian. Dengan kata lain,
bukan aku yang menentukan Talut menjadi raja atas kemauanku sendiri,
melainkan Allah-lah yang memerintahkan kepadaku agar memilihnya di saat
kalian meminta hal tersebut kepadaku.
{وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ}
dan (Allah) menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. (Al-Baqarah: 247)
Selain dari itu Talut lebih berilmu daripada kalian, lebih cerdik, lebih
banyak akalnya daripada kalian, dan lebih kuat, lebih teguh dalam
peperangan serta lebih berpengalaman mengenainya. Singkatnya, Talut
lebih sempurna ilmunya dan lebih kuat tubuhnya daripada kalian. Dari
ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang raja hendaknya memiliki
ilmu, bentuk, cakap, kuat, serta perkasa tubuh dan jiwanya. Kemudian
Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ}
Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 247)
Artinya, Dialah yang berkuasa yang melakukan semua apa yang
dikehendaki-Nya dan Dia tidak diminta pertanggungjawaban tentang apa
yang telah diperbuat-Nya, sedangkan mereka diharuskan
mempertanggungjawabkannya. Hal ini berkat ilmu dan kebijaksanaan-Nya
serta belas kasihan-Nya kepada makhluk-Nya. Untuk itu dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ}
Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 247)
Yakni Dia Mahaluas karunia-Nya, Dia mengkhususkan rahmat-Nya buat siapa
yang dikehendaki-Nya, lagi Maha Mengetahui siapa yang berhak menjadi
raja dan siapa yang tidak berhak.
Allah Turunkan Tabut agar turun ketenangan
Rahmat Allah demikian luas, disaat ada keberatan pada diri-diri Bani
Israil atas penunjukan Thalut, keberatan yang memungkinkan adanya
persengketaan dan permusuhan Allah tampakkan bukti akan keberhakan
Thalut memegang tampuk kepemimpinan.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ
التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ
مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً
لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (248)
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi raja ialah kembalinya tabut kepada kalian, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhan kalian dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun, tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagi kalian, jika kalian orang yang
beriman.(Al-Baqarah: 248)
Nabi mereka berkata kepada mereka bahwa sesungguhnya alamat keberkatan
Raja Talut kepada kalian ialah dengan dikembalikannya tabut kepada
kalian oleh Allah, yang sebelumnya telah direbut dari tangan kalian.
{فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 248)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan sakinah ialah ketenangan dan keagungan.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa yang dimaksud
dengan sakinah adalah ketenangan. Menurut Ar-Rabi', sakinah artinya
rahmat.
Hal yang sama dikatakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Juraij meriwayatkan bahwa ia pernah bertanya kepada Ata tentang
makna firman-Nya: di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian.
(Al-Baqarah: 248) Menurutnya ialah semua ayat Allah yang kalian kenal
dan kalian merasa tenang dengannya. Hal yang sama dikatakan pula oleh
Al-Hasan Al-Basri.
Menurut suatu pendapat, sakinah adalah sebuah piala (gelas besar) dari
emas yang dipakai untuk mencuci hati para nabi. Piala itu diberikan oleh
Allah Swt. kepada Nabi Musa a.s., maka piala tersebut dipakai untuk
tempat menaruh lembaran-lembaran (kitab Taurat). Hal yang sama telah
diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas.
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abul Ahwas,
dari Ali yang mengatakan bahwa sakinah mempunyai wajah seperti wajah
manusia, kemudian merupakan angin yang wangi baunya lagi cepat
tiupannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dan Hammad ibnu Salamah serta Abul Ahwas; semuanya dari Sammak,
dari Khalid ibnu Ur'urah, dari Ali yang mengatakan bahwa sakinah adalah
angin kencang yang mempunyai dua kepala. Menurut Mujahid, sakinah
mempunyai sepasang sayap dan ekor.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih, bahwa sakinah
adalah kepala kucing yang telah mati; apabila mengeluarkan suara di
dalam tabut (peti)nya, mereka yakin bahwa kemenangan akan mereka
peroleh.
Abdur Razzaq mengatakan, Bakkar ibnu Abdullah pernah berc-rita kepadanya
bahwa ia pernah mendengar Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Sakinah
adalah roh dari Allah (ciptaan-Nya). Apabila mereka (kaum Bani Israil)
berselisih pendapat dalam sesuatu hal, maka roh tersebut berkata kepada
mereka menjelaskan apa yang mereka kehendaki."
Firman Allah Swt.:
{وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ}
dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun. (Al-Baqarah: 248)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Musanna,
telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada
kami Hammad, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna ayat ini. Yang dimaksud dengan peninggalan
tersebut adalah tongkat Nabi Musa dan lembaran-lembaran lauh (Taurat).
Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas,
dan Ikrimah. Ikrimah menambahkan bahwa selain dari itu ada kitab
Taurat.
Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa. (Al-Baqarah: 248) Yakni tongkat Nabi Musa dan
tongkat Nabi Harun serta dua lembar lauh kitab Taurat serta manna.
Atiyyah ibnu Sa'id mengatakan bahwa isinya adalah tongkat Musa dan Harun, baju Musa dan Harun, serta lembaran-lembaran lauh.
Abdur Razzaq mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada As-Sauri tentang
makna firman-Nya: dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga
Harun. (Al-Baqarah: 248) Maka As-Sauri mengatakan bahwa di antara mereka
ada yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut berupa adonan manna,
lembaran lauh. Ada pula yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut
adalah tongkat dan sepasang terompah.
Firman Allah Swt.:
{تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ}
tabut itu dibawa oleh malaikat. (Al-Baqarah: 248)
Ibnu Juraij mengatakan, Ibnu Abbas pernah mengatakan bahwa malaikat
datang seraya memikul tabut di antara langit dan bumi, hingga tabut itu
diturunkan di hadapan Talut, sedangkan orang-orang menyaksikan peristiwa
tersebut.
As-Saddi mengatakan bahwa pada pagi harinya tabut telah berada di tempat
Talut, maka mereka beriman kepada kenabian Syam'un dan taat kepada
Talut.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari As-Sauri, dari salah seorang di antara
guru-gurunya, bahwa para malaikat datang membawa tabut itu yang
dinaikkan di atas sebuah kereta yang ditarik oleh seekor lembu betina.
Menurut pendapat yang lain, ditarik oleh dua ekor lembu betina.
Sedangkan yang lainnya menyebutkan bahwa tabut tersebut berada di Ariha;
dan orang-orang musyrik ketika mengambilnya, mereka meletakkannya di
tempat peribadatan mereka, yaitu di bawah berhala mereka yang paling
besar. Akan tetapi, pada keesokan harinya tabut itu telah berada di atas
kepala berhala mereka. Maka mereka menurunkannya dan meletakkannya
kembali di bawah berhala itu, tetapi ternyata pada keesokan harinya
terjadi hal yang sama. Maka mereka memakunya di bawah berhala mereka,
tetapi yang terjadi ialah tiang-tiang penyangga berhala mereka runtuh
dan ambruk jauh dari tempatnya.
Akhirnya mereka mengetahui bahwa hal tersebut terjadi karena perintah
Allah yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Maka mereka
mengeluarkan tabut itu dari negeri mereka dan meletakkannya di salah
satu kampung, tetapi ternyata penduduk kampung itu terkena wabah
penyakit pada leher mereka. Kemudian salah seorang wanita tawanan dari
kalangan kaum Bani Israil menganjurkan kepada mereka agar mengembalikan
tabut itu kepada kaum Bani Israil agar mereka terhindar dari penyakit
itu.
Maka mereka memuatkan tabut itu di atas sebuah kereta yang ditarik oleh
dua ekor lembu betina, lalu kedua lembu itu berjalan membawanya; tiada
seorang pun yang mendekatinya melainkan pasti mati. Ketika kedua ekor
lembu betina itu telah berada di dekat negeri kaum Bani Israil, kendali
kedua ekor lembu itu patah dan keduanya kembali. Lalu datanglah kaum
Bani Israil mengambilnya.
Menurut suatu pendapat, yang menerimanya adalah Nabi Daud a.s.; dan
ketika Nabi Daud mendekati kedua lembu itu, ia merasa malu karena
gembiranya dengan kedatangan tabut itu. Menurut pendapat yang lain, yang
menerimanya adalah dua orang pemuda dari kalangan mereka.
Menurut pendapat yang lainnya, tabut itu berada di sebuah kampung di negeri Palestina yang dikenal dengan nama Azduh.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagi kalian. (Al-Baqarah: 248)
Yakni tanda yang membenarkan diriku terhadap apa yang aku sampaikan
kepada kalian, yakni kenabianku; juga membenarkan apa yang aku
perintahkan kepada kalian agar taat kepada Talut.
{إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
jika kalian orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 248)
Maksudnya, beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Ujian untuk Pasukan Perang
Bendera jihad dikibarkan. Pasukan bergegas menuju daerah kekuasaan
Jalut. Derap langkah Bani Israil membelah bumi, menyusuri padang pasir
menyongsong janji Allah.
Di tengah perjalanan datanglah ujian dari Allah untuk membedakan siapa
di antara pasukan yang benar-benar kokoh untuk berjihad dan mana yang
tidak pantas.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ
بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ
فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ
إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا
مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ
قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ
الصَّابِرِينَ (249)
Maka tatkala Talut keluar membawa tentaranya, ia berkata, "Sesungguhnya
Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai. Maka siapa di antara
kalian meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tidak
meminumnya, kecuali mencedok secedok tangan, maka ia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.
Maka tatkala Talut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah
menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, "Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata,
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar."(Al-Baqarah: 249)
Melalui ayat ini Allah menceritakan perihal Talut —Raja kaum Bani
Israil— ketika keluar bersama bala tentaranya dan orang-orang yang taat
kepadanya dari kalangan kaum Bani Israil. Menurut apa yang dikatakan
oleh As-Saddi, jumlah mereka ada delapan puluh ribu orang tentara. Talut
berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُم [بِنَهَر] }
Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai, (Al-Baqarah: 249)
Yakni Allah akan menguji kesetiaan kalian dengan sebuah sungai. Menurut
Ibnu Abbas, sungai tersebut terletak di antara negeri Yordania dan
negeri Palestina, yaitu sebuah sungai yang dikenal dengan nama Syari'ah.
{فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي}
Maka siapa di antara kalian meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. (Al-Baqarah: 249)
Artinya, janganlah ia menemaniku sejak hari ini menuju ke arah ini.
{وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ}
Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali mencedok secedok tangan, maka ia adalah pengikutku. (Al-Baqarah: 249)
Yakni tidak mengapa baginya.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ}
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. (Al-Baqarah: 249)
Ibnu Juraij mengatakan, "Menurut Ibnu Abbas, barang siapa yang mencedok
air dari sungai itu dengan secedok tangannya, maka ia akan kenyang; dan
barang siapa yang meminumnya, maka ia tidak kenyang dan tetap dahaga."
Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, dari Abu Malik,dari Ibnu Abbas; dikatakan pula oleh Qatadah dan Ibnu Syauzab.
As-Saddi mengatakan bahwa jumlah pasukan Talut terdiri atas delapan
puluh ribu orang tentara. Yang meminum air sungai itu adalah tujuh puluh
enam ribu orang, sehingga yang tersisa hanyalah empat ribu orang.
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil dan Sufyan
As-Sauri serta Mis'ar ibnu Kidam, dari Abu Ishaq As-Subai'i, dari
Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan bahwa kami menceritakan
sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw. yang ikut dalam Perang Badar adalah
tiga ratus lebih belasan orang, sesuai dengan jumlah sahabat Talut yang
ikut bersamanya menyeberangi sungai. Tiada yang menyeberangi sungai itu
bersama Talut melainkan hanya orang yang mukmin.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu
Raja, dari Israil ibnu Yunus, dari Abu Ishaq, dari kakeknya, dari
Al-Barra.
Inilah ujian pertama untuk pasukan, dan ternyata tidak semua lolos dalam ujian. Allah berfirman:
فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.
Pasukan terbagi menjadi tiga golongan, pertama mereka yang memuaskan
nafsu minumnya dan melampaui batas, kedua golongan yang hanya sekedar
membasahi tenggorokan untuk menghilangkan dahaga dan golongan yang tidak
minum sama sekali.
Thalut melanjutkan perjalanan dan meninggalkan mayoritas pasukan yang
tidak mengindahkan perintah, dan bermaksiyat terhadap pimpinan.
Sesampainya di negeri pertempuran, dan saat untuk berlaga semakin dekat.
Tampak di hadapan Bani Israil barisan kaum musyrikin di bawah komando
Jalut dengan tentaranya yang besar. Inilah ujian berikutnya… sebagian
pasukan merasa berat menghadapi Jalut mereka berkata:
{فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ}
Maka tatkala Talut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah
menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, "Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."
(Al-Baqarah: 249)
Yakni mereka mengundurkan dirinya, tidak mau menghadapi musuh karena
jumlah musuh itu jauh lebih banyak. Maka para ulama dan orang-orang yang
ahli perang membangkitkan semangat mereka, bahwa janji Allah itu benar,
dan sesungguhnya kemenangan itu dari sisi Allah, bukan karena banyaknya
bilangan, bukan pula karena perlengkapan senjata. Karena itulah
disebutkan di dalam firman selanjutnya:
{كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ}
Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan
yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah: 249)
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ (250) فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ
جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا
يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ
الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ (251) تِلْكَ
آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ
الْمُرْسَلِينَ (252)
Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun
berdoa, "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan
kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang
kafir." Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin
Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah
memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah
meninggalnya Talut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai
karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. Itu adalah ayat-ayat Allah.
Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu
benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus. (Al-Baqarah:
250-252)
Ketika tentara yang beriman yang berjumlah sedikit di bawah pimpinan
Talut berhadap-hadapan dengan bala tentara Jalut yang berjumlah sangat
besar itu, maka bala tentara Talut berdoa:
{قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا}
Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami. (Al-Baqarah: 250)
Yakni curahkanlah kepada kami kesabaran dari sisi-Mu.
{وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا}
dan kokohkanlah pendirian kami. (Al-Baqarah: 250)
Yaitu dalam menghadapi musuh-musuh kami itu, dan jauhkanlah kami dari sifat pengecut dan lemah.
{وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (Al-Baqarah:250)
Firman Allah Swt.:
{فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ}
Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah. (Al-Baqarah: 251)
Maksudnya, mereka dapat mengalahkan dan menaklukkan musuhnya berkat pertolongan Allah yang diturunkan kepada mereka.
{وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ}
dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut. (Al-Baqarah: 251)
Disebutkan di dalam kisah israiliyat bahwa Daud membunuh Jalut dengan
katapel yang ada di tangannya; ia membidiknya dengan katapel itu dan
mengenainya hingga Jalut terbunuh. Sebelum itu Talut menjanjikan kepada
Daud, bahwa jika Daud dapat membunuh Jalut, maka ia akan menikahkan Daud
dengan anak perempuannya dan membagi-bagi kesenangan bersamanya serta
berserikat dengannya dalam semua urusan. Maka Talut menunaikan janjinya
itu kepada Daud. Setelah itu pemerintahan pindah ke tangan Daud a.s. di
samping kenabian yang dianugerahkan Allah kepadanya. Karena itulah
disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ}
kemudian Allah memberikan kepadanya pemerintahan. (Al-Baqarah: 251)
Yakni yang tadi dipegang oleh Talut, kini beralih ke tangan Daud a.s.
{وَالْحِكْمَةَ}
dan hikmah. (Al-Baqarah: 251)
Yang dimaksud dengan hikmah ialah kenabian, sesudah Syamuel.
{وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ}
dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 251)
Yaitu segala sesuatu yang dikehendaki Allah berupa ilmu yang khusus
diberikan kepadanya. Kemudian dalam firman selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
{وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ}
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. (Al-Baqarah: 251)
Yakni seandainya Allah tidak membela suatu kaum dari keganasan kaum yang
lain seperti pembelaan-Nya kepada kaum Bani Israil melalui perang
mereka bersama Talut dan didukung oleh Daud a.s., niscaya kaum Bani
Israil akan binasa. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam
ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ
صَوامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَواتٌ وَمَساجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ
كَثِيراً
Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani,
gereja-gereja; dan rumah-rumah ibadat orang Yahudi serta masjid-masjid,
yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. (Al-Hajj: 40), hingga akhir
ayat.
Ibnu Jarir mengatakan:
حَدَّثَنِي أَبُو حُمَيْدٍ الْحِمْصِيُّ أَحْمَدُ بْنُ الْمُغِيرَةِ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ وَبَرَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنِ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّ اللَّهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَالِحٍ عَنْ مِائَةِ أَهْلِ
بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْبَلَاءَ". ثُمَّ قَرَأَ ابْنُ عُمَرَ: {وَلَوْلا
دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ}
telah menceritakan kepadaku Abu Humaid Al-Himsi salah seorang dari
kalangan Banil Mugirah), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Sa'id, telah menceritakan kepada kami Riff ibnu Sulaiman, dari Muhammad
ibnu Suqah, dari Wabrah ibnu Abdur Rahman. dari Ibnu Umar yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Sesungguhnya Allah
benar-benar menolak wabah (penyakit) melalui seorang muslim yang saleh
terhadap seratus keluarga dari kalangan para tetangganya. Kemudian Ibnu
Umar membacakan firman-Nya: Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.
(Al-Baqarah: 251)
Sanad hadis ini daif, mengingat Yahya ibnu Sa'id yang dikenal dengan sebutan 'Ibnul Attar Al-Himsi' ini orangnya daif sekali.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو حُمَيْدٍ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيُصْلِحُ
بِصَلَاحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ وَأَهْلَ
دُوَيْرَتِهِ وَدُوَيْرَاتٍ حَوْلَهُ، وَلَا يَزَالُونَ فِي حِفْظِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ مَا دَامَ فِيهِمْ"
telah menceritakan kepada kami Abu Humaid Al-Himsi, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu
Abdur Rahman, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
Allah benar-benar akan memberikan kebaikan berkat kebaikan seorang
lelaki muslim kepada anaknya, cucunya, keluarganya, dan para ahli bait
yang tinggal di sekitarnya. Dan mereka masih tetap berada dalam
pemeliharaan Allah Swt. selagi lelaki yang muslim itu berada di antara
mereka.
Hadis ini pun daif lagi garib karena alasan yang telah lalu tadi.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ
بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي
أسماء عن ثوبان –رفع الْحَدِيثَ-قَالَ: "لَا يَزَالُ فِيكُمْ سَبْعَةٌ
بِهِمْ تُنْصَرُونَ وَبِهِمْ تُمْطَرُونَ وَبِهِمْ تُرْزَقُونَ حَتَّى
يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Ismail ibnu Hammad, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku
Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abus Siman, dari
Sauban tentang sebuah hadis marfu, yaitu:Masih tetap berada di antara
kalian tujuh orang, berkat keberadaan mereka kalian mendapat
pertolongan, berkat keberadaan mereka kalian mendapat hujan, dan berkat
keberadaan mereka kalian diberi rezeki hingga datang perintah
Allah(yakni hari kiamat).
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula:
وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرِ
بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاذٍ نَهَارُ بْنُ عُثْمَانَ
اللَّيْثِيُّ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ أَخْبَرَنِي عُمَرُ
الْبَزَّارُ، عَنْ عَنْبَسَةَ الْخَوَاصِّ، عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي
قِلابة عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ
الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "الْأَبْدَالُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ بِهِمْ تَقُومُ
الْأَرْضُ، وَبِهِمْ تُمْطَرُونَ وَبِهِمْ تُنْصَرُونَ" قَالَ قَتَادَةُ:
إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ الْحَسَنُ مِنْهُمْ
telah menceritakan pula kepada kami Muhammad ibnu Ahmad, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jarir ibnu Yazid, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'az, yaitu Nahar ibnu Mu'az ibnu Usman
Al-Laisi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbah, telah
menceritakan kepadaku Umar Al-Bazzar, dari Anbasah Al-Khawwas, dari
Qatadah, dari Abu Qilabah, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Ubadah
ibnus Samit yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Wali
Abdal di kalangan umatku ada tiga puluh orang, berkat mereka kalian
diberi rezeki, berkat mereka kalian diberi hujan, dan berkat mereka
kalian mendapat pertolongan. Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya aku
benar-benar berharap semoga Al-Hasan (Al-Basri) adalah salah seorang
dari mereka."
Firman Allah Swt:
{وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ}
Tetapi Allah mempunyai karunia atas semesta alam. (Al-Baqarah: 251)
Yakni Dialah yang memberikan karunia dan rahmat kepada mereka; dengan
sebagian di antara mereka, maka tertolaklah keganasan sebagian yang
lain. Bagi-Nyalah keputusan, hikmah, dan hujah atas makhluk-Nya dalam
semua perbuatan dan ucapan-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ}
Itu adalah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan
sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang
diutus. (Al-Baqarah: 252)
Yaitu ayat-ayat Allah yang Kami ceritakan kepadamu ini —yang
menceritakan perihal orang-orang yang telah Kami sebutkan di dalamnya—
merupakan perkara yang hak, yakni kejadian yang sesungguhnya dan sesuai
dengan apa yang ada di dalam isi kitab kaum Bani Israil dan telah
diketahui oleh semua ulama mereka.
{وَإِنَّكَ}
dan sesungguhnya kamu. (Al-Baqarah: 252)
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw.
{لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ}
benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus. (Al-Baqarah: 252)
Ungkapan ayat ini mengandung makna taukid (pengukuhan) dan mengandung qasam (sumpah).
Faedah-Faedah Kisah
1-Kisah ini diantara firman Allah yang menjelaskan tabiat buruk Yahudi
sebagai kaum yang suka membantah Rasul-rasul Allah dan banyak bertanya
dengan pertanyaan pengingkaran dan ketidakpuasan.
2- Jihad fi sabilillah telah Allah syareatkan pada umat-umat terdahulu.
3- Dalam jihad syar’i disyareatkan adanya Imam yang telah dibai’at
dengan bai’at yang Syar’i, karena jihad tidak akan tegak kecuali dengan
pemimpin yang ditaati.
4- Tidak setiap orang pantas memegang kepemimpinan. Untuk menempati
kedudukan itu disyararatkan memiliki sifat-sifat yang mendukung dalam
menegakkah kekhilafahan Diantara sifat yang sangat penting dan mendasar
adalah berilmu serta memiliki kesempurnaan pada akal dan badannya.
5- Allah tidak membiarkan seorang mengatakan dirinya beriman tanpa ujian kepadanya.
6- Perlunya menguji personil-personil tentara sebelum terjun ke tengah
medan pertempuran agar diketahui sejauh mana tingkat ketaatan, kesabaran
dan kesiapannya berjihad.
7- Allah menguji tentara Thalut dengan sebuah sungai, agar tidak
meminumnya kecuali sekedar menghilangkan haus. Hasil dari ujian: Ada
diantara pasukan yang meminum air dengan melampaui batas, diantara
mereka ada yang hanya sekedar menghilangkan haus dan ada diantara mereka
yang tidak mengambil air sedikitpun.
8- Kisah sungai dan tentara thalut mengingatkan kita tentang hakekat
dunia dan penghuninya. Seperti itulah dunia. Ada diantara manusia yang
tenggelam dengan kehidupan dunia dan melupakan akhirat, ada yang
mengambil dunia seperlunya dan ada yang tidak tergantung hatinya kepada
dunia sedikitpun.
9- Seorang yang tertimpa kehausan yang sangat, terlebih suasana terik,
ketika mendapatkan air hendaknya tidak meminum air dengan rakus dan
tergesa, minumlah bertahap, sedikit demi sedikit agar tidak
memadharatkannya.
10- Sangat pentingnya ketaatan kepada pemimpin dalam perkara yang ma’ruf untuk tegaknya Jihad
11- Kemenangan bukan pada banyaknya pasukan, namun kembali kepada
kedekatan pasukan kepada Allah. Serupa dengan pertempuran Thalut dan
Jalut, perang Badar di tahun 2 H. Kemenangan Allah berikan kepada kaum
muslimin meskipun shahabat hanya berjumlah sekitar 315 orang sementara
Quraisy sejumlah 1000 pasukan dengan persenjataan yang lengkap.
12- Pentingnya kesabaran dalam jihad menegakkan kalimat Allah, oleh
karena itu Thalut beserta kaum mukminin meminta kepada Allah agar
dicurahkan kesabaran.
13- Pentingya Doa dalam keadaan perang, sebagaimana doa adalah senjata muslim di setiap saatnya.
14- Janganlah menjadikan harta sebagai timbangan untuk menilai kemuliaan
atau kebenaran seseorang. Cara pandang seperti ini dianut ahlul
jahiliyyah termasuk kaum Yahudi yang Allah kabarkan dalam kisah Thalut
dan Jalut.
15- Tidak sepantasnya, bahkan tidak boleh meremehkan orang-orang lemah
dalam dakwah. Ada di kalangan kaum dhu’afa orang-orang yang memiliki
kemampuan dalam berdakwah, bahkan kalau kita menilik pengikut nabi dan
Rasul kebanyakan mereka adalah kaum dhu’afa. Kita tidak pernah lupa
siapa Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir dan tokoh-tokoh besar shahabat
dari kaum Dhu’afa.
16- Iman kepada hari akhir dan perjumpaan dengan Allah adalah faktor
pendorong yang sangat kuat untuk seorang beramal dan bersabar dalam
menempuh segala ujian menegakkan kalimat Allah. Allah berfirman:
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ
قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ
الصَّابِرِينَ
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan
yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar.”
17- Allah mengutus Dawud sebagai Nabi dan Rasul-Nya setelah kisah peperangan Thalut dan Jalut.
18- Diantara hikmah disyareatkannya jihad adalah mencegah atau
memutuskan kerusakan yang dilakukan kaum kuffar sehingga tegaklah
keadilan dan berlangsunglah kehidupan dengan baik sebagaimana Allah
firmankan di akhir kisah:
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan
sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai
karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” Al-Baqarah: 251
19- Dipilihnya Thalut sebagai raja padahal ia seorang yang faqir, namun
ia memiliki keluasan ilmu dan kekuatan sementara banyak pembesar Bani
Israil yang memiliki harta dan kedudukan menunjukkan keutamaan ilmu atas
harta dan kedudukan.
20- Kisah para nabi dan kaum mukminin terdahulu adalah hiburan bagi Rasul saw dan kaum mukminin dalam menegakkan kalimat Allah.
21- Kisah-kisah umat yang telah lalu serta perkara ghaib yang Allah
sampaikan kepada Nabi-Nya adalah ayat atau bukti kenabian beliau. Allah
berfirman:
تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar)
dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang
diutus.”Al-Baqarah: 252
Pelajaran Yang dapat diambil dari kisah Thalut Dan Jalut
Dari kisah di atas terdapat hikmah yang sangat tinggi, apabila difahami
tentang nilai-nilai pelajaran yang terkandung di dalamnya. Ketika kita
menghadirkan dalam diri sendiri sebuah renungan bahwa al-Qur’an itu
adalah kitab suci umat, pemimpinnya yang setia menasihati, madrasahnya
di mana umat ini dapat menemukan pelajaran hidupnya, Allah Swt mendidik
masyarakat muslim pertama dengan al-Qur’an itu, yang telah memberikan
taufik kepada mereka untuk menegakkan konsepsinya (manhaj-nya) di muka
bumi dan menumpukan semua peran besar ini kepada al-Qur’an, setelah
dipersiapkan untuk mereka.
Sesungguhnya Allah Swt menginginkan al-Qur’an menjadi pemandu yang tetap
hidup setelah wafatnya Rasulullah Saw untuk membimbing generasi umat
ini dan untuk mendidik dan mempersiapkannya memegang peran kepemimpinan
yang arif yang telah dijanjikan-Nya, selama mereka mengikuti
petunjuk-Nya, memegang janji-Nya, dan menyandarkan semua hidupnya kepada
al-Qur’an, merasa bangga dengannya, dan menjunjungnya di atas semua
konsepsi dunia yangbersifat jahiliyah.
Thalut merupakan simbol dari kelompok mukmin sedangkan Jalut adalah
simbol kelompok kafir. Kekuatan yang dimiliki oleh Thalut dan tentaranya
tidaklah besar apabila dibandingkan dengan Jalut dan tentaranya.
Beberapa pesan moral dari kisah Thalut yang dapat diambil pelajaran bagi
masyarakat muslim di setiap masa adalah:
1. Pengujian semangat lahiriah dan emosi yang menyala-nyala pada
jiwa kelompok masyarakat, hendaklah tidak berhenti pada ujian pertama.
2. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki ilmu yang luas sehingga dapat mengendalikan pemerintahan dengan baik.
3. Ukuran kekuatan bukan berada di tangan orang-orang kafir yang berjumlah lebih banyak, melainkan di tangan Allah semata.
4. Dalam berjihad kondisi kejiwaan dan aspek spiritual dan
kesabaran lebih diutamakan daripada mengandalkan kondisi eksternal
materi.
5. Larangan menghina sesama manusia.
6. Bergaul dengan sesama manusia tidak membedakan pangkat dan harta
7. Memperbanyakkan doa dan munajat sebagai lambang pergantungan yang tinggi kepada Allah s.w.t.
8. Bersabar pada setiap ujian hidup dan selalu bertawakal pada Allah swt.
9. Anjuran bersifat optimis dan teguh pendirian dalam menghadapi rintang dan masalah.
Didalam kisah Thalut dan Jalut terdapat suatu hikmah bahwa dianjurkan
berdoa ketika dalam menghadapi musibah hal ini terlihat dalam surat
al-Baqarah ayat 251 yang berbunyi:
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ [٢:٢٥٠]
Artinya: Tatkala Jalut dan tentaranya Telah nampak oleh mereka,
merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah
kami terhadap orang-orang kafir."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar