Siapakah Rum yang dimaksudkan dalam al-Quran dalam surah Rum. tentu
bukan Roma sebagaimana sebagian orang yang buta dan tidak memahami
al-Quran dengan begitu mudah menyimpulkan bahwa Rum adalah Roma karena
ada kesamaan nama. Apakah al-Quran lebih pandai dengan orang yang
berpendapat Rum Adalah Roma.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ
غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ
قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4) بِنَصْرِ
اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5) وَعْدَ
اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ (6) يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ
عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (7)
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi).
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, (sebagai) janji yang
sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang
lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan)
akhirat adalah lalai. (QS Ar-Rum: 1-7)
Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan
tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian
lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah
Jazirah Arabia, juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga
Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota
Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota
Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhirnya kawasan
kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan
orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو،
حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي
عَمْرَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى
الأرْضِ} قَالَ: غُلبت وغَلَبت. قَالَ: كَانَ الْمُشْرِكُونَ يُحِبُّونَ
أَنْ تَظْهَرَ فَارِسُ عَلَى الرُّومِ؛ لِأَنَّهُمْ أَصْحَابُ أَوْثَانٍ،
وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ؛
لِأَنَّهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ، فذُكر ذَلِكَ لِأَبِي بَكْرٍ،، فَذَكَرَهُ
أَبُو بَكْرٍ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا
إِنَّهُمْ سَيَغْلِبُونَ" فَذَكَرَهُ أَبُو بَكْرٍ لَهُمْ، فَقَالُوا:
اجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ أَجَلًا فَإِنْ ظَهَرْنَا كَانَ لَنَا كَذَا
وَكَذَا، وَإِنْ ظَهَرْتُمْ كَانَ لَكُمْ كَذَا وَكَذَا. فَجَعَلَ أَجَلًا
خَمْسَ سِنِينَ، فَلَمْ يَظْهَرُوا، فَذَكَرَ ذَلِكَ أَبُو بَكْرٍ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:"أَلَا جَعَلَتْهَا
إِلَى دُون" أَرَاهُ قَالَ: "الْعَشْرِ". "قَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ:
الْبِضْعُ مَا دُونَ الْعَشْرِ. ثُمَّ ظَهَرَتِ الرُّومُ بَعْدُ، قَالَ:
فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ
مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ
مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ
اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr,
telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan As-Sauri, dari
Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah
dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) Yakni
dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu
orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh
kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah
penyembah berhala sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslim merasa suka
bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia,
karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian
Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau
Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan
beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada
orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, "Marilah kita menentukan batas
waktunya antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami
mendapat anu dan anu; dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan
anu." Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan
ternyata pasukan Romawi tidak mengalami kemenangan. Lalu Abu Bakar
menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw.
bersabda, "Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun
(di atas lima tahun)?" Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa masa itu di
bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh
kemenangan. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud
oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri
yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum:
1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang. (Ar-Rum: 5)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai yang
keduanya dari Al-Husain ibnul Hurayyis, dari Muawiyah ibnu Amr, dari Abu
Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib,sesungguhnya kami
mengenal hadis ini hanya melalui riwayat Sufyan, dari Habib. Ibnu Abu
Hatim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ishaq As-San'ani, dari Muawiyah
ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir meriwayatkannya, bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Sa'id atau Sa'id As'-Sa'labi yang dikenal dengan sebutan Abu Sa'id, dari
kalangan ulama Tartus, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq
Al-Fazzari, lalu ia menyebutkan hadis yang semisal. Dan dalam riwayat
mereka disebutkan bahwa Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai
kepadanya berita yang menyatakan bahwa orang-orang Romawi mengalami
kemenangan sesudah pecahnya Perang Badar.
Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A'masy telah meriwayatkan dari
Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah
berkata, "Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab,
pembalasan, rembulan, dan Romawi." Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا
الْمُحَارِبِيُّ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ عَامِرٍ -هُوَ
الشَّعْبِيُّ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ -قَالَ: كَانَ فَارِسُ ظَاهِرًا عَلَى الرُّومِ، وَكَانَ
الْمُشْرِكُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ فَارِسُ عَلَى الروم. وك ان
الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ؛
لِأَنَّهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ وَهُمْ أَقْرَبُ إِلَى دِينِهِمْ، فَلَمَّا
نَزَلَتْ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ
بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ} قَالُوا: يَا أَبَا
بَكْرٍ، إِنَّ صَاحِبَكَ يَقُولُ: إِنَّ الرُّومَ تَظْهَرُ عَلَى فَارِسَ
فِي بِضْعِ سِنِينَ؟! قَالَ: صَدَقَ. قَالُوا: هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ
نُقَامِرَكَ، فَبَايَعُوهُ عَلَى أَرْبَعِ قَلَائِصَ إِلَى سَبْعِ سِنِينَ،
فَمَضَتِ السَّبْعُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ، فَفَرِحَ الْمُشْرِكُونَ
بِذَلِكَ وَشَقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ، فذُكِر ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا بِضْعُ سِنِينَ عِنْدَكُمْ"؟
قَالُوا: دُونَ الْعَشْرِ. قَالَ: "اذْهَبْ فَزَايِدْهُمْ وَازْدَدْ
سَنَتَيْنِ فِي الْأَجَلِ". قَالَ: فَمَا مَضَتِ السَّنَتَانِ حَتَّى
جَاءَتِ الرُّكْبَانُ بِظُهُورِ الرُّومِ عَلَى فَارِسَ، فَفَرِحَ
الْمُؤْمِنُونَ بِذَلِكَ، وَأَنْزَلَ اللَّهُ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ}
إِلَى قَوْلِهِ: { [وَعْدَ اللَّهِ] لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah
menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari
Amir Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang telah mengatakan
bahwa dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan
orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa
Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh
kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab
yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada
bangsa Persia yang Wasani. Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu
firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa
tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, "Hai Abu
Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan
beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun
mendatang." Abu Bakar menjawab, "Benar." Mereka berkata, "Maukah kamu
bertaruh dengan kami?" Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan
taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata
setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka
orang-orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut, sehingga kaum
muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan
kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: "Apakah pengertian beberapa
tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, "Di bawah sepuluh tahun.”
Nabi Saw. bersabda, "Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi
dan tambahlah masanya dua tahun lagi.” Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan
kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis, datanglah kafilah yang
membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka
kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi.
(Ar-Rum: 1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang
sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.
(Ar-Rum: 6)
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ الوَكِيعي، حَدَّثَنَا مُؤَمَّل، عَنْ
إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: لَمَّا
نَزَلَتْ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ
بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ} ، قَالَ الْمُشْرِكُونَ لِأَبِي بَكْرٍ:
أَلَا تَرَى إِلَى مَا يَقُولُ صَاحِبُكَ؟ يَزْعُمُ أَنَّ الرُّومَ
تَغْلِبُ فَارِسَ. قَالَ: صَدَقَ صَاحِبِي. قَالُوا: هَلْ لَكَ أَنْ
نُخَاطِرَكَ؟ فَجَعَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ أَجَلًا فَحَلَّ الْأَجَلُ
قَبْلَ أَنْ تَغْلِبَ الرومُ فارسَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَاءَهُ ذَلِكَ وَكَرِهَهُ، وَقَالَ لِأَبِي
بَكْرٍ: "مَا دَعَاكَ إِلَى هَذَا؟ " قَالَ: تَصْدِيقًا لِلَّهِ
وَلِرَسُولِهِ. فَقَالَ: "تَعَرَّض لَهُمْ وَأَعْظِمِ الخَطَر وَاجْعَلْهُ
إِلَى بِضْعِ سِنِينَ". فَأَتَاهُمْ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ لَهُمْ: هَلْ
لَكُمْ فِي الْعَوْدِ، فإن العود أحمد؟ قالوا:نَعَمْ. [قَالَ] فَلَمْ
تَمْضِ تِلْكَ السُّنُونَ حَتَّى غَلَبَتِ الرُّومُ فارسَ، وَرَبَطُوا
خُيُولَهُمْ بِالْمَدَائِنِ، وَبَنَوُا الرُّومِيَّةَ، فَجَاءَ بِهِ أَبُو
بَكْرٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: هَذَا
السُّحْتُ، قَالَ: " تَصَدَّقْ بِهِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Umar Al-Waki'i, telah
menceritakan kepada kami Mu-min, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari
Al-Barra yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya:
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) Orang-orang
musyrik berkata kepada Abu Bakar, "Tidakkah kamu lihat apa yang telah
dikatakan oleh temanmu (Nabi Saw.), dia menduga bahwa bangsa Romawi akan
mengalahkan bangsa Persia." Abu Bakar menjawab, "Benar apa yang
dikatakan oleh temanku itu." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh
dengan kami?" Maka Abu Bakar menerima tantangan mereka dan menetapkan
batas waktu yang dijadikan pegangan antara Abu Bakar dan mereka. Setelah
batas waktu itu berlalu, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh
kemenangan atas bangsa Persia. Ketika berita itu sampai kepada Nabi
Saw., maka beliau merasa sukacita dan tidak senang mendengarnya, lalu
beliau Saw. bersabda kepada Abu Bakar, "Apakah yang mendorongmu berani
berbuat demikian?" Abu Bakar menjawab, "Sebagai bukti membenarkan Allah
dan Rasul-Nya." Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar, "Tantanglah
mereka lagi, besarkanlah taruhannya, dan jadikanlah batas waktunya
sampai beberapa tahun (lagi)." Orang-orang musyrik kembali datang
menemui Abu Bakar, maka Abu Bakar berkata, "Maukah kalian kutantang
lagi, karena mengulangi hal ini lebih baik?" Mereka menjawab, "Baiklah."
Ternyata belum lagi habis beberapa tahun yang dimaksud, bangsa Romawi
menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan
kuda-kuda mereka di kota-kota besar (negeri Syam), dan mereka membangun
kota Ar-Rumiyah. Lalu datanglah Abu Bakar kepada Nabi Saw. Maka Nabi
Saw. bersabda, "Itu adalah harta haram, maka sedekahkan harta tersebut
(yang dihasilkan dari taruhan itu)."
Hadis lain.
قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، أَخْبَرَنِي
ابْنُ أَبِي الزِّنَاد، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ نيَار بْنِ
مُكرَم الْأَسْلَمِيِّ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ، {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ.
فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ فِي
بِضْعِ سِنِينَ} ، فَكَانَتْ فَارِسُ يَوْمَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
قَاهِرِينَ لِلرُّومِ، وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ ظُهُورَ الرُّومِ
عَلَيْهِمْ؛ لِأَنَّهُمْ وَإِيَّاهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ، وَفِي ذَلِكَ
قَوْلُ اللَّهِ: {وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ
يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ} ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ
تُحِبُّ ظُهُورَ فَارِسَ؛ لِأَنَّهُمْ وَإِيَّاهُمْ لَيْسُوا بِأَهْلِ
كِتَابٍ وَلَا إِيمَانٍ بِبَعْثٍ، فَلَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ
الْآيَةَ خَرَجَ أَبُو بَكْرٍ يَصِيحُ فِي نَوَاحِي مَكَّةَ: {الم.
غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ
سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ} ، قَالَ نَاسٌ مِنْ قُرَيْشٍ لِأَبِي
بَكْرٍ: فَذَاكَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ . زَعَمَ صَاحِبُكَ أَنَّ الرُّومَ
سَتَغْلِبُ فَارِسَ فِي بِضْعِ سِنِينَ، أَفَلَا نُرَاهِنُكَ عَلَى ذَلِكَ؟
قَالَ: بَلَى -وَذَلِكَ قَبْلَ تَحْرِيمِ الرِّهَانِ -فَارْتَهَنَ أَبُو
بَكْرٍ وَالْمُشْرِكُونَ، وتواضَعُوا الرِّهَانَ، وَقَالُوا لِأَبِي
بَكْرٍ: كَمْ تَجْعَلُ الْبِضْعَ: ثَلَاثَ سِنِينَ إِلَى تِسْعِ سِنِينَ،
فَسمِّ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ وَسَطًا نَنْتَهِي إِلَيْهِ. قَالَ:
فَسَمَّوْا بَيْنَهُمْ سِتَّ سِنِينَ. قَالَ: فَمَضَتْ سِتُّ السِّنِينَ
قَبْلَ أَنْ يَظْهَرُوا، فَأَخَذَ الْمُشْرِكُونَ رَهْنَ أَبِي بَكْرٍ،
فَلَمَّا دَخَلَتِ السَّنَةُ السَّابِعَةُ ظَهَرَتِ الرُّومُ عَلَى
فَارِسَ، فَعَابَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْمِيَةَ سِتِّ
سِنِينَ، قَالَ: لِأَنَّ اللَّهَ قَالَ: {فِي بِضْعِ سِنِينَ} . قَالَ:
فَأَسْلَمَ عِنْدَ ذَلِكَ نَاسٌ كَثِيرٌ
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari Urwah ibnu Zubair, dari
Niyar ibnu Makram Al-Aslami yang telah menceritakan bahwa ketika
diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam
beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Saat ayat ini diturunkan bangsa
Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi dan mengalahkan mereka. Dan
kaum muslim senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa
Persia, karena bangsa Romawi dan mereka sama-sama Ahli Kitabnya (yakni
agama yang mempunyai kitab suci). Sehubungan dengan peristiwa tersebut
diturunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Maha Penyayang.(Ar-Rum: 4-5) Sedangkan orang-orang musyrik Quraisy suka
bila bangsa Persia beroleh kemenangan, karena mereka semua bukan Ahli
Kitab, juga sama-sama tidak beriman terhadap hari berbangkit. Setelah
ayat-ayat tersebut diturunkan, Abu Bakar keluar ke sekeliling penjuru
kota Mekah seraya membacakan firman-Nya dengan suara keras, yaitu: Alif
Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi).
(Ar-Rum: 1-4) Maka segolongan orang-orang musyrik Quraisy berkata kepada
Abu Bakar, "Peristiwa tersebut menyangkut antara kami dan kalian, teman
kalian mengira bahwa bangsa Romawi akan menang atas bangsa Persia dalam
beberapa tahun mendatang, maukah kamu bertaruh dengan kami untuk hal
ini?" Abu Bakar menjawab, "Ya, saya setuju." Demikian itu terjadi
sebelum diharamkannya taruhan. Maka Abu Bakar bertaruh dengan
orang-orang musyrik dan mereka saling menetapkan jumlah taruhan itu.
Orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Bakar, "Kita sepakat menamakan
beberapa tahun dimulai dari tiga tahun sampai sembilan tahun. Bagaimana
kalau kita tetapkan batas pertengahan di antara kamu dan kami untuk kita
jadikan pegangan?" Akhirnya mereka sepakat menetapkan batas pengertian
beberapa tahun itu dengan pengertian pertengahan menjadi enam tahun.
Setelah berlalu masa enam tahun, ternyata bangsa Romawi masih belum
beroleh kemenangan. Akhirnya orang-orang musyrik menarik taruhan Abu
Bakar, dan setelah masuk tahun yang ketujuh barulah bangsa Romawi
beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Kaum muslim mencela sikap Abu
Bakar yang setuju dengan batas masa enam tahun, padahal Allah Swt. telah
berfirman dalam Kitab-Nya, "Beberapa tahun." Dengan terjadinya
peristiwa tersebut banyak orang yang masuk Islam.
Demikianlah menurut teks yang diketengahkan oleh Imam Turmuzi. Kemudian
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak
mengenalnya melainkan melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad.
Hal yang semisal telah diriwayatkan secara mursal bersumber dari
sejumlah tabi'in, seperti Ikrimah, Asy-Sya'bi, Mujahid, Qatadah,
As-Saddi, dan Az-Zuhri serta lain-lainnya.
Di antara teks yang paling garib sehubungan dengan kisah ini adalah apa
yang telah diriwayatkan oleh Imam Sunaid ibnu Daud di dalam kitab
tafsirnya.
Ia mengatakan: telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Abu Bakar ibnu
Abdullah, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa di negeri Persia terdapat
seorang wanita yang semua putranya adalah pendekar-pendekar dalam
perang. Maka Kisra (Raja Persia) mengundangnya dan mengatakan kepadanya,
"Sesungguhnya aku berniat akan mengirimkan sejumlah pasukan untuk
melawan bangsa Romawi, dan aku ingin agar yang memimpin pasukan itu
adalah seorang lelaki dari anak-anakmu. Maka kemukakanlah pendapatmu
kepadaku, siapakah yang pantas aku gunakan untuk tugas ini?" Wanita itu
menjawab, "Inilah si Fulan, dia lebih licik daripada musang dan lebih
awas daripada burung elang. Ini si Farkhan, dia lebih tajam daripada
ujung tombak. Dan ini si Syahriraz, dia lebih hati-hati daripada
semuanya. Silahkan pilih, mana di antara mereka yang engkau sukai." Raja
Persia berkata, "Sesungguhnya aku akan memakai orang yang paling
hati-hati dari mereka." Maka Raja Persia mengangkat Syahriraz sebagai
panglima pasukannya. Syahriraz berangkat membawa pasukan Persia menuju
ke negeri Romawi, dan ternyata dia berhasil memenangkan peperangan,
banyak tentara Romawi yang gugur dalam perang itu; Syahriraz merusak
kota-kota besar negeri Romawi dan menebangi pohon-pohon zaitunnya. Abu
Bakar ibnu Abdullah (perawi) menceritakan kisah ini kepada Ata
Al-Khurrasani, maka Ata berkata, "Sudahkah kamu melihat negeri Syam?"
Aku (Abu Bakar ibnu Abdullah) menjawab, "Belum." Ata berkata, "Ingatlah,
bila kamu berkunjung ke negeri Syam, tentulah kamu akan menyaksikan
kota-kota besar yang telah dihancurkan dan pohon-pohon zaitun yang telah
ditebangi." Sesudah itu aku pergi berkunjung ke negeri Syam, dan
ternyata aku menyaksikan bekas-bekas tersebut. Ata Al-Khurrasani
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ya'mur, bahwa Kaisar
Romawi mengirimkan seorang panglima perang bernama Qatmah untuk memimpin
pasukan Romawi, sedangkan Kisra mengirimkan Syahriraz untuk memimpin
pasukan Persia. Kedua pasukan bertemu dalam medan perang di antara
azri'at dan Basra, kawasan negeri Syam yang paling dekat dengan kalian
(orang Arab). Akhirnya pasukan Romawi dikalahkan oleh pasukan Persia.
Mendengar berita tersebut orang-orang musyrik Quraisy merasa senang,
sedangkan kaum muslim tidak suka dengan berita itu. Orang-orang musyrik
menjumpai sahabat Nabi Saw. dan mengatakan, "Sesungguhnya kalian Ahli
Kitab dan orang Nasrani pun Ahli Kitab, sedangkan kami adalah
orang-orang ummi. Dan saudara-saudara kami bangsa Persia (yakni dalam
hal akidah) beroleh kemenangan atas saudara-saudara kalian Ahli Kitab.
Dan sesungguhnya jika kalian memerangi kami, pastilah kami pun akan
beroleh kemenangan atas kalian." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Alif Lam Mim, Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat.
(Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dia menolong siapa yang
dikehendaki-Nya.(Ar-Rum: 5) Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang
kafir dan mengatakan kepada mereka, "Apakah kalian merasa gembira
dengan kemenangan saudara-saudara kalian atas saudara-saudara kami,
janganlah kalian bergembira dahulu, kelak Allah pasti akan membuat hati
kalian tidak senang. Demi Allah, sesungguhnya Dia akan memenangkan
bangsa Romawi atas bangsa Persia; hal ini telah diberitakan kepada kami
oleh Nabi kami." Maka bangkitlah Ubay Ibnu Khalaf, lalu berkata, "Hai
Abu Fudail (nama julukan lain Abu Bakar), kamu dusta." Abu Bakar berkata
kepadanya, "Engkau lebih dusta, hai musuh Allah." Ubay berkata, "Aku
berani bertaruh denganmu sepuluh ekor unta dariku dan sepuluh ekor unta
darimu. Jika bangsa Romawi menang atas bangsa Persia, maka aku kalah.
Dan jika bangsa Persia tetap menang, maka engkaulah yang kalah. Kita
tunggu sampai tiga tahun mendatang." Kemudian Abu Bakar datang menghadap
Nabi Saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Nabi Saw.
bersabda, "Bukan demikian yang kumaksudkan, sesungguhnya pengertian
beberapa tahun itu adalah antara tiga sampai sembilan tahun. Sekarang
tambahlah taruhannya dan perpanjanglah masanya." Abu Bakar keluar, lalu
menjumpai Ubay. Ubay langsung berkata kepadanya, "Barangkali kamu
menyesal." Abu Bakar menjawab, "Tidak, sekarang aku akan menambah
taruhanku kepadamu dan memperpanjang masanya. Aku setuju bertaruh dengan
seratus ekor unta sampai dengan masa sembilan tahun." Ubay menjawab,
"Saya setuju." Dan ternyata belum lagi masa sembilan tahun habis, bangsa
Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, akhirnya kaum muslim
berhasil memenangkan taruhan itu. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa
setelah bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, Farkhan
(saudara Syahriraz) duduk sambil minum-minum, lalu berkata kepada
teman-teman bawahannya, "Sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan diriku
sedang duduk di atas singgasana Kisra (Raja Persia)." Ternyata
pembicaraannya itu disadap, lalu sampai ke Kisra. Maka Kisra menulis
surat perintah kepada Syahriraz yang isinya mengatakan, "Jika engkau
telah membaca suratku ini, kirimkanlah kepadaku kepala Farkhan."
Syahriraz menjawab surat Kisra dengan mengatakan, "Wahai tuan raja,
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menjumpai orang yang seperti
Farkhan. Dia ahli dalam bersiasat perang dan sangat disegani oleh lawan,
jangan engkau lakukan hal tersebut." Maka Kisra menjawab suratnya,
"Sesungguhnya di kalangan pasukan Persia banyak dijumpai orang yang
mampu menggantikan kedudukannya. Sekarang serahkanlah kepala Farkhan
kepadaku." Syahriraz kembali menjawab surat Kisra dan masih belum
memenuhi perintahnya. Maka Kisra berkirim surat kepada pasukan Persia
yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya aku telah memecat Syahriraz
sebagai panglima kalian, dan sebagai penggantinya aku angkat Farkhan."
Kemudian Kisra menulis surat rahasia kepada penyampai suratnya seraya
mengatakan kepadanya, "Jika Farkhan telah menjabat sebagai panglima
perang dan saudaranya (yaitu Syahriraz) tunduk kepadanya, maka
berikanlah surat rahasia ini kepadanya." Setelah Syahriraz membaca surat
Kisra, ia mengatakan, "Aku tunduk dan patuh kepada perintah Kisra,"
lalu ia turun dari jabatannya dan kedudukannya diganti oleh Farkhan.
Maka surat rahasia itu disampaikan kepada Farkhan. Setelah ia membaca
surat itu, berkatalah ia, "Hadapkanlah kepadaku Syahriraz." Ketika
Syahriraz telah dihadapkan kepadanya, Farkhan bersiap-siap hendak
memenggal kepalanya, tetapi Syahriraz berkata, "Jangan terburu-buru,
sebelum aku menulis surat wasiatku." Farkhan menjawab, "Baiklah." Maka
Syahriraz mengambil arsip dan memberikan kepada Farkhan beberapa lembar
surat seraya berkata, "Semua surat ini membuktikan sanggahanku terhadap
Kisra sehubungan dengan hukuman mati atas dirimu, dan sekarang engkau
hendak membunuhku hanya dengan sebuah surat saja." Maka Farkhan
menyerahkan kembali tampuk kepemimpinan kepada saudaranya Syahriraz.
Lalu Syahriraz berkirim surat kepada Kaisar Romawi yang isinya
mengatakan, "Sesungguhnya aku mempunyai keperluan penting denganmu yang
tidak dapat disampaikan melalui juru kirim surat dan tidak dapat ditulis
di dalam lembaran-lembaran kertas, melainkan harus kusampaikan secara
langsung kepadamu. Temuilah aku dengan membawa lima puluh orang pasukan
Romawi, aku pun akan menemuimu hanya dengan membawa lima puluh orang
pasukan Persia." Tetapi Kaisar Romawi datang dengan membawa lima ratus
ribu orang pasukan dan memasang mata-matanya dijalan yang akan
dilaluinya. Dia merasa khawatir bila berita ini hanya semata-mata tipu
muslihat dari pihak musuh yang hendak menjebaknya. Kemudian datanglah
mata-matanya melaporkan bahwa Syahriraz datang hanya dengan membawa lima
puluh orang personil pasukannya. Kemudian raja (panglima pasukan)
Romawi menyambut kedatangan panglima pasukan Persia dan keduanya
mengadakan pertemuan di dalam sebuah tenda sutra yang khusus dibuat
untuk pertemuan ini. Masing-masing pihak hanya membawa sebuah belati,
lalu masing-masing pihak memanggil juru terjemahnya. Maka Syahriraz
membuka pembicaraan, "Sesungguhnya orang-orang yang merusak kota-kota
besarmu adalah aku dan saudaraku dengan tipu muslihat kami dan berkat
keberanian kami. Dan sesungguhnya sekarang Kisra (Raja Persia) merasa
dengki terhadap kami. Dia ingin agar aku membunuh saudaraku, tetapi aku
menolaknya. Setelah itu Kisra memerintahkan kepada saudaraku untuk
membunuhku. Sekarang kami berdua telah dipecat dari jabatan kami, dan
berniat akan memeranginya bersama-sama denganmu." Panglima pasukan
Romawi berkata, "Kamu berdua benar." Kemudian salah satu pihak
berisyarat kepada pihak lain yang mengandung arti bahwa rahasia itu
harus dipegang oleh dua orang. Bila lebih dari itu, maka rahasia
tersebut akan terbongkar. Pihak yang lain memahami isyarat tersebut,
lalu keduanya membunuh juru terjemahnya masing-masing dengan pisau
belati. Setelah kejadian itu Allah membinasakan Kisra (yakni membuatnya
kalah dalam peperangan), dan beritanya sampai kepada Rasulullah Saw.
pada hari Perjanjian Hudaibiyah. Maka bergembiralah hati beliau bersama
kaum muslim yang ada bersamanya saat itu. Hadis ini berpredikat garib,
begitu pula teksnya.
Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini.
Firman Allah Swt.:
{الم. غُلِبَتِ الرُّومُ}
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi.(Ar-Rum: 1-2)
Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim
a.s., mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama
"orang-orang yang berkulit kuning (putih)." Mereka pada mulanya
berpegang kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari
keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki.
Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh
buah, dikenal pula dengan sebutan “al-mutahayyirah." Salat mereka
menghadap ke arah utara; merekalah orang-orang yang membangun kota
Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat
mihrab-mihrab yang menghadap ke arah utara. Orang-orang Romawi pada
mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih,
yakni tiga ratus tahun kemudian.
Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri
Syam bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukankaisar. Raja pertama
yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah
Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah
Al-Gandaqiyah dari tanah Haran. Pada mulanya dialah yang lebih dahulu
masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani.
Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti
ajakan ibunya.
Menurut suatu pendapat, ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena
alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh
kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka
berdebat dengan Abdullah ibnu Arius, lalu mereka berselisih pendapat
dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan
berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran.
Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup bersatu
dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat
akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut
dengan istilah "Amanat yang besar," padahal sesungguhnya hal tersebut
tiada lain merupakan pengkhianatan yang rendah.
Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang
menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan
oleh golongan mereka. Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa a.s.
dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat
menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad.
Mereka menyembah salib, menghalalkan babi, dan membuat-buat hari
perayaan yang mereka ada-adakan —seperti hari raya salib, hari raya
kudus, dan lain sebagainya—yang merupakan buat-buatan mereka sendiri.
Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin seorang paulus yang merupakan
pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan
pendeta. Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban).
Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja dan
tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya
dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu
pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja dan
membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya
membangun Al-Qumamah.
Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan
Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.
Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya'qubiyah, yaitu
pengikut Ya'qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur
pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak
jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw.:
"إِنَّهُمُ افْتَرَقُوا عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً"
Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap
kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya
hingga kaisar yang terakhir bernama Heraklius. Dia adalah seorang
cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling
jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai
masa keemasannya sehingga sebanding dengan kerajaan Persia.
Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak,
Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab
penduduknya. Nama Raja Persia saat itu adalah Sabur yang dijuluki dengan
nama Zul Aktaf. Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan
Romawi; tampuk kepemimpinan orang-orang 'Ajam dan bangsa Persia berada
di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.
Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra
mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar
Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang
memerangi Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan
kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di
dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel.
Kisra mengepung kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama sehingga
membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota
Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut
karena bentengnya yang sangat kuat dan letaknya sangat strategis.
Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke
daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua
perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel dari arah laut.
Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra merencanakan tipu
muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk
itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan
sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak
kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya.
Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang
banyak sekali jumlahnya kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di
dunia ini yang mampu memenuhinya. Harta tersebut berupa emas,
perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai
macam permintaan lainnya. Semuanya itu disetujui oleh kaisar, dan kaisar
memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra
itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa
yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan bahwa seandainya dia
dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan
mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra.
Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari
benteng menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya
dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang
terdapat di daerah-daerah tersebut.
Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng. Ketika kaisar telah
siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia
mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata,
"Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah
kurencanakan sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah
terlatih. Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun,
berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak
kembali kepada kalian sesudahnya, maka kalian boleh memilih: Jika kalian
suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian; dan jika kalian
lebih suka memilih selainku, aku persilakan." Maka mereka menjawab bahwa
mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka seumur
hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun.
Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh
sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel
bersama pasukannya menunggu kedatangan kaisar kembali ke
Konstantinopel.
Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya
bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia
dan pasukannya membuat kerusakan padanya dan membunuhi para penduduknya
yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal. Dia terus
melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di
ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh semua orang yang ada
padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan
kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur
gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai, lalu mengirimkannya
bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan
direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, "Inilah yang kamu
minta, silakan ambil."
Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra, tiada yang dapat
menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah Swt., dan amarahnya makin
bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi. Lalu ia melancarkan
serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tetapi
usahanya itu kandas dan sia-sia.
Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia
berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di
celah Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan bagi kaisar untuk
mencapai Konstantinopel.
Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat
hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang
pun. Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang
berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun.
Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa
makanan hewan kendaraan, kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian
ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai
di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan
satu hari. Sesampainya di atas, ia memerintahkan kepada pasukannya untuk
melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui
celah Jaihun).
Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai
Sam sampai di tempat Kisra, maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa
kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintahkan seluruh
pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak
dijaga oleh pasukan Persia.
Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk
bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya
selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di
benteng Konstantinopel dengan selamat.
Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya.
Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan. Negeri-negeri kaisar tidak dapat mereka taklukkan,
sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan
Romawi; semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan
anak-anak mereka serta kaum wanita mereka telah dijadikan tawanan.
Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan
peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak
kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.
Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia —di mana pasukan
Romawi mengalami kekalahan— terjadi di antara Azri'at dan Basra.
Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah
serta selain keduanya. Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam
yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz.
Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian
kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan dengan perbatasan negeri
Persia. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan
tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur'an dengan
kata-kata "beberapa tahun," yang menurut bahasa Arab pengertiannya
menunjukkan antara tiga sampai sembilan.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir
serta selain keduanya melalui riwayat Abdullah ibnu Abdur Rahman
Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu
Abbas disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar
sehubungan dengan makna firman-Nya:Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa
Romawi.(Ar-Rum: 1-2), hingga beberapa ayat berikutnya.
يأَلَا احْتَطْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ، فَإِنَّ الْبِضْعَ مَا بَيْنَ ثَلَاثٍ إِلَى تِسْعٍ؟ "
"Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil
keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai
sembilan tahun."
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila
ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang
semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang
semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi. Hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ}
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Ar-Rum: 4)
Maksudnya, sebelum dan sesudah peristiwa kemenangan itu; hal ini diungkapkan dengan mabnidam karena diputuskan dari idafah-nya.
{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ}
Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. (Ar-Rum: 4-5)
Yakni ditolong-Nya orang-orang Romawi pasukan kaisar raja negeri Syam
atas pasukan Persia pendukung Kisra yang Majusi. Kemenangan pasukan
Romawi atas pasukan Persia bertepatan dengan terjadinya Perang Badar,
menurut pendapat sebagian besar ulama, seperti Ibnu Abbas, As-Sauri,
As-Saddi, dan lain-lainnya.
Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Jarir,
Abu Hatim, dan Al-Bazzar melalui hadis Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu
Sa'id yang telah menceritakan bahwa ketika Perang Badar terjadi,
bertepatan dengan itu bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa
Persia. Maka kaum mukmin gembira mendengar berita tersebut, dan Allah
menurunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5)
Ulama lainnya mengatakan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa
Persia justru terjadi di tahun ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah.
Demikianlah menurut pendapat Ikrimah, Az-Zuhri, dan Qatadah serta yang
lainnya yang bukan hanya seorang. Sebagian dari mereka yang berpendapat
demikian mengemukakan alasannya untuk mendukung pendapatnya ini, bahwa
kaisar telah bernazar bahwa bila Allah memberikan kemenangan kepadanya
atas Kisra, dia benar-benar akan berjalan kaki dari Himsa ke Yerussalem
—yaitu berziarah ke Baitul Maqdis— sebagai ungkapan rasa syukurnya
kepada Allah Swt. dan nazarnya itu benar-benar ia kerjakan.
Setelah berada di Baitul Maqdis dan belum lagi ia meninggalkannya,
datanglah surat Rasulullah Saw. yang beliau kirimkan melalui Dihyah ibnu
Khalifah. Dihyah menyerahkan surat itu kepada gubernur Basrah, lalu
gubernur Basrah menyerahkannya kepada kaisar.
Setelah kaisar membaca surat Rasulullah Saw., ia meminta agar dapat
berbicara dengan orang-orang Arab Hijaz yang sedang ada di negeri Syam.
Saat itu Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb Al-Umawi sedang berada di
Gazzah bersama sejumlah orang Quraisy dalam misi dagangnya. Maka mereka
dipanggil menghadap kaisar dan duduk di hadapannya.
Lalu kaisar bertanya, "Siapakah di antara kalian yang paling dekat
hubungan nasabnya dengan lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) yang mengakui
dirinya sebagai seorang nabi?" Abu Sufyan menjawab, "Saya."
Kaisar berkata kepada pembantu-pembantunya, "Persilakanlah mereka untuk
duduk di belakang orang ini, karena sesungguhnya aku akan menanyainya
tentang lelaki itu. Jika dia dusta, tentu mereka akan memprotesnya." Abu
Sufyan berkata (dalam hatinya), "Demi Allah, seandainya mereka tidak
menekanku agar jangan berdusta, tentulah aku akan berdusta."
Kemudian Heraklius Kaisar Romawi menanyai Abu Sufyan tentang nasab
lelaki itu dan sifatnya. Pertanyaannya antara lain, "Apakah dia pernah
ingkar janji?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak pernah. Kami sekarang berada
dalam ikatan perjanjian dengannya, dan kami tidak mengetahui apakah yang
akan dia lakukan terhadap perjanjian tersebut." Yang dimaksud Abu
Sufyan adalah Perjanjian Hudaibiyah yang telah ditandatangani oleh
Rasulullah Saw. dan orang-orang kafir Quraisy untuk gencatan senjata
selama sepuluh tahun.
Berdasarkan kisah ini mereka menyimpulkan bahwa kemenangan bangsa Romawi
atas bangsa Persia terjadi di tahun Perjanjian Hudaibiyah, sebab kaisar
baru memenuhi nazarnya setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Akan tetapi, bagi orang-orang yang berpendapat seperti pendapat pertama
dapat mengemukakan alasannya, bahwa saat usai perang tentu saja negeri
kaisar dalam keadaan rusak dan berantakan sehingga ia belum sempat
memenuhi nazarnya sebelum memperbaiki apa yang telah rusak dari
negerinya, ia sibuk memeriksa semua kawasan negerinya dan membangunnya
kembali seperti semula. Setelah berlalu masa empat tahun seusai
kemenangannya itu, barulah ia memenuhi nazarnya. Hanya Allah jualah Yang
Maha Mengetahui.
Masalah ini tidaklah sulit. Yang jelas ketika bangsa Persia beroleh
kemenangan atas bangsa Romawi orang-orang mukmin merasa sedih dengan
berita tersebut. Dan ketika bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa
Persia, orang-orang mukmin gembira dengan berita tersebut. Karena
bangsa Romawi secara garis besarnya adalah Ahli kitab, dan mereka lebih
dekat dengan orang-orang mukmin dibandingkan dengan orang-orang yang
beragama Majusi, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ
وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ
آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. وَإِذَا
سَمِعُوا مَا أُنزلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ
الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.”(Al-Maidah: 82) sampai
dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami
bersama orang-orang yang menjadi saksi(atas kebenaran Al-Qur'an dan
kenabian Muhammad Saw.). (Al-Maidah: 83)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang
yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
(Ar-Rum: 4-5)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah,
telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami
Al-Walid, telah menceritakan kepadaku Usaid Al-Kilabi yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Al-Ala ibnuz Zubair Al-Kilabi menceritakan
dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia menyaksikan kemenangan bangsa
Persia atas bangsa Romawi, kemudian menyaksikan pula kemenangan bangsa
Romawi atas bangsa Persia. Lalu ia menyaksikan pula kemenangan kaum
muslim atas bangsa Persia dan bangsa Romawi; semuanya itu terjadi dalam
kurun waktu yang lamanya lima belas tahun.
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْعَزِيزُ}
Dialah Yang Mahaperkasa. (Ar-Rum: 5)
dalam pertolongan dan pembalasan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya.
{الرَّحِيمُ}
lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5)
terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.
Firman Allah Swt.:
{وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ}
(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6)
Yakni apa yang Kami beritakan kepadamu, Muhammad, bahwa aku akan
menolong bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan janji dari-Ku yang
sebenar-benarnya dan berita yang benar yang tidak akan diingkari
kejadian dan peristiwanya. Karena sudah merupakan sunnatullah bila Allah
menolong golongan yang lebih dekat kepada kebenaran di antara kedua
golongan yang berperang itu, kemudian menjadikan kesudahan yang baik
bagi golongan tersebut.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 6)
tentang hukum Allah (keputusan-Nya), bahwa semua yang dilakukan oleh-Nya adalah sesuai dengan norma-norma keadilan.
Firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ}
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedangkan mereka tentang(kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7)
Artinya, kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu melainkan hanya yang
menyangkut masalah dunia, mata pencahariannya, dan semua urusannya.
Mereka benar-benar cerdik dan pandai dalam meraih dan menciptakan
berbagai macam pekerjaannya. Sedangkan terhadap perkara-perkara agama
dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka di negeri akhirat nanti, mereka
lalai. Seakan-akan seseorang dari mereka kosong pengetahuannya tentang
ilmu akhirat, hatinya tidak tergerak terhadapnya, dan pikirannya kosong
darinya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, kecintaan seseorang dari
mereka kepada dunianya benar-benar mencapai batas yang tak terperikan,
sehingga ketika dia sedang membolak-balikkan mata uang dirham di atas
kukunya, ia dapat menceritakan kepadamu tentang berat kandungan
logamnya, padahal dia masih belum dapat melakukan salat dengan baik."
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7) Yakni
orang-orang kafir itu hanya mengetahui cara meramaikan dunia, sedang
mengenai urusan agama mereka bodoh sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar