Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa
berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Kita tidak tahu kapan datangnya hari kiamat,tetapi tanda-tanda datangnya
hari kiamat sudah bermunculan. Hari Jum’at adalah hari yang utama dalam
sepekan. Pada hari Jum’at pula lah akan datangnya hari kiamat.
Dari Aus bin ‘Aus, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ
“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari
Jum’at. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di
hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula,
tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud no. 1047, An Nasai no. 1374, Ibnu
Majah no. 1085 dan Ahmad 4: 8. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani)
Padang Mahsyar, tempat berkumpulnya manusia di hari kiamat. Mungkin hal
tersebut seringkali kita dengar ketika seseorang membuat ceramah
mengenai hari akhir dan apa yang akan terjadi ketika kiamat telah tiba
dan dunia telah kembali hancur menjadi bukan apa-apa. Yang selalu
diceritakan adalah bahwa padang Mahsyar merupakan sebuah tempat dimana
akan sangat banyak makhluk hidup baik itu jin, malaikat, manusia, bahkan
hingga hewan yang akan berkumpul di tempat tersebut, bahkan hingga
titik dimana mereka berdesak-desakan.
Keadaan Padang Mahsyar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan tanah di Padang
Mahsyar adalah tanah yang rata, belum ditempati seorangpun.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’d radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ
كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ. قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ: لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ
لِأَحَدٍ
“Umat manusia akan digiring pada hari kiamat ke (mahsyar). Sebuah medan
yang luas. Tanahnya berwarna putih seperti bundaran roti yang bersih.”
Sahl dan selainnya berkata: “Tidak ada di sana tanda (tempat keberadaan)
bagi seorangpun.” (HR. Al-Bukhari no. 6521 dan Muslim no. 790)
Sering sekali mungkin kita mendengar tentang Padang Mahsyar yang menjadi
tempat dibangkitkannya manusia dan segala macam makhluk hidup lain yang
ada di alam semesta. Kondisi makhluk hidup pada saat itu amat sangat
tidak teratur, dimana mereka akan semua berkumpul bahkan berdesakan
untuk menunggu giliran mereka untuk diadili segala dosa dan pahala
mereka selama hidup di dunia yang fana dan hanya sementara.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ
إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ
يَنْظُرُونَ (٦٨)
“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di
bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala
itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing)”. (QS. Az-zumar 68)
Allah Swt. menceritakan tentang kengerian yang terjadi pada hari kiamat
berikut terjadinya tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar dan gempa yang
dahsyat.
Firman Allah Swt.:
{وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68)
Ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan yang sesudahnya semua makhluk
hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang
dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang
dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga yang paling akhir mati adalah
malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan Yang Mahakekal Yang
terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama yang tiada
awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya, kemudian Dia berfirman:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)
sebanyak tiga kali. Kemudian Allah Swt. menjawab sendiri pertanyaan-Nya itu:
{لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Yakni hanya Aku sematalah Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Aku telah
putuskan fana terhadap segala sesuatu. Kemudian Allah menghidupkan
makhluk-Nya, dan yang mula-mula Dia hidupkan adalah Malaikat Israfil,
lalu Dia memerintahkan kepadanya agar melakukan tiupan lain pada
sangkakala, yaitu tiupan yang ketiga alias tiupan berbangkit. Allah Swt.
telah berfirman:
{ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ}
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az-Zumar: 68)
Yaitu mereka menjadi hidup kembali yang sebelumnya masih berupa tulang
belulang yang telah hancur berantakan, lalu mereka menyaksikan
kengerian-kengerian yang terjadi di hari kiamat. Seperti pengertian yang
terdapat di dalam firman-Nya:
{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,
maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
(An-Nazi'at: 13-14)
{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}
yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil
memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur)
kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ
إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi
dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil
dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar(dari kubur). (Ar-Rum: 25)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ قَالَ: سمعت
يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَةَ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: سَمِعْتُ
رَجُلًا قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: إِنَّكَ تَقُولُ: السَّاعَةُ
تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا
أُحَدِّثَكُمْ شَيْئًا، إِنَّمَا قُلْتُ: سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ
أَمْرًا عَظِيمًا. ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي
أُمَّتِي، فَيَمْكُثُ فِيهِمْ أَرْبَعِينَ-لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا
أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً -فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، كَأَنَّهُ عُرْوَةُ
بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ، فَيَظْهَرُ فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ. ثُمَّ
يَلْبَثُ النَّاسُ بَعْدَهُ سِنِينَ سَبْعًا لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ
عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ،
فَلَا يَبْقَى أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ
إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ كَانَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ
لَدَخَلَتْ عَلَيْهِ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ
الطَّيْرِ، وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا، وَلَا
يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا". قَالَ: "فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ
فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِالْأَوْثَانِ
فَيَعْبُدُونَهَا، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارَّةٌ أَرْزَاقُهُمْ، حَسَنٌ
عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا
أَصْغَى لَهُ، وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَهُ،
فَيُصْعَقُ، ثُمَّ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا صُعِقَ. ثُمَّ يُرْسِلُ
اللَّهُ -أَوْ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ-أَوِ الظِّلُّ
شَكَّ نُعْمَانُ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ. ثُمَّ يُنْفَخُ
فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ: {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ
مَسْئُولُونَ} [الصَّافَّاتِ:24] ، قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا
بَعْثَ النَّارِ". قَالَ: "فَيُقَالُ: كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ
تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَيَوْمَئِذٍ تُبْعَثُ الْوِلْدَانُ
شِيبًا، وَيَوْمَئِذٍ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu
Salim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ya'qub ibnu Asim ibnu
Urwah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki
bertanya kepada Abdullah ibnu Amr r.a., "Sesungguhnya engkau mengatakan
bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai ada anu dan anu." Abdullah ibnu
Amr menjawab, "Sesungguhnya aku telah berniat tidak akan menceritakan
kepada kalian sesuatu pun tentangnya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan
hanyalah bahwa kelak tidak lama lagi kalian akan menyaksikan peristiwa
yang besar." Kemudian Abdullah ibnu Amr r.a. melanjutkan, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dajjal akan muncul di kalangan umatku
dan tinggal di kalangan mereka selama empat puluh perawi tidak ingat
apakah yang dimaksud empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau
empat puluh tahun, ataukah empat puluh malam Lalu Allah Swt. mengirimkan
Isa putra Maryam a.s. seakan-akan rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud As-
Saqafi, lalu Isa mengalahkan Dajjal dan Allah Swt. membinasakannya.
Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun sesudah Isa, tanpa ada
suatu persengketaan pun di antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan
suatu angin yang sejuk dari arah Syam, maka tiada seorang pun yang di
dalam kalbunya terdapat iman sebesar zarrah pun melainkan angin itu
mencabut nyawanya. Hingga sekalipun seseorang dari mereka sedang berada
di dalam sebuah gunung, niscaya angin itu menyusup ke dalamnya dan
mengenainya.Abdullah ibnu Amr menegaskan bahwa ia mendengarnya dari
Rasulullah Saw., lalu ia melanjutkan: Dan yang tertinggal adalah
orang-orang yang jahat saja, gerakan mereka sangat ringan seperti burung
dan pikiran mereka seperti serigala; mereka tidak mengenal hal yang
makruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar. Abdullah ibnu Amr
melanjutkan: Maka setan menampakkan dirinya kepada mereka, lalu berkata,
"Ingatlah, kalian harus mengikuti perintahku!" Lalu setan memerintahkan
kepada mereka untuk menyembah berhala, maka mereka menyembahnya.
Sedangkan mereka yang dalam keadaan demikian itu rezeki mereka berlimpah
dan penghidupan mereka membaik. Kemudian ditiuplah sangkakala, maka
tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan langsung mati saat itu
juga dalam keadaan apa pun. Dan mula-mula orang yang mendengarnya adalah
seorang lelaki yang sedang memlester kolamnya, maka ia mati. Dan tiada
seorang pun melainkan mati. Kemudian Allah Swt. mengirimkan atau
menurunkan hujan yang rintik-rintik atau hujan lebat An-Nu'man alias
perawi ragu. Maka muncullah karenanya jasad-jasad manusia. Kemudian
sangkakala ditiup lagi, maka dengan serta merta mereka berdiri melihat.
Kemudian dikatakan, "Hai manusia, kemarilah kalian menghadap kepada
Tuhan kalian, dan berhentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan
dimintai pertanggungjawabannya." Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Kemudian
dikatakan(kepada para malaikat), "Bangkitkanlah golongan orang-orang
yang masuk neraka!" Ditanyakan, "Berapa jumlah mereka?” Dijawab, "Dari
setiap seribu orang adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan
orang.” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban,
dan pada hari itu betis disingkapkan.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Hadis Abu Hurairah r.a.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ،
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ
قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ
أَرْبَعُونَ". قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ:
أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أبي، قَالُوا: أَرْبَعُونَ
شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، وَيَبْلَى كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الْإِنْسَانِ
إِلَّا عَجْبُ ذَنَبِهِ فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs
ibnu Gayyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu
Saleh mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a.
menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tenggang
masa di antara dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, "Hai Abu
Hurairah, apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab, "Saya tidak
mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Apakah empat puluh tahun?" Abu
Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Hai
Abu Hurairah, apakah empat puluh bulan?" Abu Hurairah menjawab, "Aku
tidak mau mengatakannya. Dan segala sesuatu dari manusia itu hancur
kecuali tulang ekornya, karena darinya manusia diciptakan kembali."
قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، حَدَّثَنَا أَبُو
الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ
مُحَمَّدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ جِبْرِيلَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، عَنْ
هَذِهِ الْآيَةِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ
وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ} مَنِ الَّذِينَ لَمْ يَشَأِ
اللَّهُ أَنْ يَصْعَقَهُمْ؟ قَالَ: هُمُ الشُّهَدَاءُ، مُقَلِّدُونَ
أَسْيَافَهُمْ حَوْلَ عَرْشِهِ، تَتَلَقَّاهُمْ مَلَائِكَةُ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ إِلَى الْمَحْشَرِ بِنَجَائِبَ مِنْ يَاقُوتٍ نِمَارُهَا
أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيرِ، مَدُّ خُطَاهَا مَدُّ أَبْصَارِ الرِّجَالِ،
يَسِيرُونَ فِي الْجَنَّةِ يَقُولُونَ عِنْدَ طُولِ النُّزْهَةِ:
انْطَلَقُوا بِنَا إِلَى رَبِّنَا، عَزَّ وَجَلَّ، لِنَنْظُرَ كَيْفَ
يَقْضِي بَيْنَ خَلْقِهِ، يَضْحَكُ إِلَيْهِمْ إِلَهِي، وَإِذَا ضَحِكَ
إِلَى عَبْدٍ فِي مَوْطِنٍ فلا حساب عليه".
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in,
telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada
kami Ismail ibnu Iyasy, dari Umar ibnu Muhammad, dari Zaid ibnu Aslam,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda
bahwa beliau pernah bertanya kepada Jibril a.s. tentang firman-Nya: Dan
ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Siapakah yang
dimaksud dengan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam ayat
ini bahwa mereka tidak mati? Maka Jibril a.s. menjawab: Mereka adalah
para syuhada yang menyandang pedang-pedang mereka berada di sekitar
'Arasy; para malaikat menjemput mereka pada hari kiamat untuk dibawa ke
padang mahsyar dengan unta kendaraan dari Yaqut yang pelarianya lebih
lembut daripada kain sutra, panjang langkahnya sama dengan sejauh jarak
mata memandang; mereka berjalan di dalam surga seraya mengatakan dalam
pesiarnya itu, "Marilah kita berangkat menuju kepada Tuhan kita, kita
akan menyaksikan bagaimana Tuhan kita memutuskan perkara di antara
makhluk-Nya.” Tuhanku tertawa (rida) kepada mereka; dan apabila Tuhanku
rida kepada seseorang hamba di suatu tempat, maka tidak ada hisab
(perhitungan amal perbuatan) baginya.
Semua perawi hadis ini berpredikat siqah kecuali gurunya Ismail ibnu
Iyasy, karena orangnya tidak dikenal. Hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا}
Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar)dengan cahaya (keadilan) Tuhannya. (Az-Zumar: 69)
Yakni hari kiamat menjadi terang benderang manakala Allah Swt.
menampakkan diri-Nya untuk memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya.
{وَوُضِعَ الْكِتَابُ}
dan diberikanlah buku (amal perbuatan masing-masing). (Az-Zumar: 69)
Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kitab ialah buku catatan amal perbuatan masing-masing orang.
{وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ}
dan didatangkanlah para nabi. (Az-Zumar: 69)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa para nabi itu menyatakan persaksiannya
terhadap umatnya masing-masing, bahwa mereka telah menyampaikan
risalah-risalah Allah Swt. kepada umatnya masing-masing.
{وَالشُّهَدَاءِ}
dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69)
Yakni dari kalangan para malaikat pencatat amal perbuatan semua hamba, baik amal yang baik ataupun amal yang buruk.
{وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ}
dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil. (Az-Zumar: 69)
Yang dimaksud dengan hak dalam ayat ini ialah adil.
{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ
نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا
بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya
seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami
sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47)
Dan firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah;
dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.
(An-Nisa: 40)
Karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ}
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan)apa yang telah dikerjakannya. (Az-Zumar: 70)
Yaitu amalan baik dan amalan buruknya.
{وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ}
dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Az-Zumar: 70)
Bagaimana Kondisi Manusia Ketika Dikumpulkan
Seluruh umat manusia, termasuk para nabi dan rasul, dibangkitkan
kemudian digiring menghadap Allah di padang Mahsyar dalam keadaan
telanjang, tanpa alas kaki, dan tidak dikhitan. Keadaan ini menunjukkan
bahwa manusia itu fakir, miskin dan lemah dihadapan Allah Ta’ala.
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma, dia berkata:
قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَوْعِظَةٍ، فَقَالَ:
إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ
خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ} وَأَوَّلُ
مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memberi nasihat kepada kami,
beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya kalian akan
digiring menghadap Allah Ta’ala pada hari kiamat dalam keadaan tidak
beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan (sebagaimana firman Allah):
“Sebagaimana Kami telah menciptakannya, demikian pula Kami
mengembalikannya, sebagai janji atas Kami. Sesungguhnya Kami akan
benar-benar melakukannya.’ (Al-Anbiya’: 104)
“Ketahuilah, makhluk yang pertama kali akan dikaruniai pakaian pada hari
kiamat adalah Ibrahim Alaihissalam.” (Muttafaqun ‘alaih)
Karena dahsyat dan mencekamnya keadaan waktu itu, kaum lelaki tidak
peduli terhadap kaum wanita dan sebaliknya. Ummul Mukminin Aisyah
Radhiallahu Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
يَا رَسُولَ اللهِ، الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى
بَعْضٍ؟ فَقَالَ: الْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكِ
“Wahai Rasullullah, apakah para lelaki dan wanita sebagiannya akan
melihat sebagian yang lain?” Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam
menjawab: “Urusan (pada hari itu) lebih dahsyat daripada mereka
memerhatikan hal tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berdasarkan hadits diatas, pada saat itu tidak ada kesempatan untuk
meneliti keadaan manusia yang lain. Sebab, catatan-catatan yang
tercantum padanya perkara-perkara yang seberat atom dan perkara-perkara
yang seberat biji sawi akan dibuka. Dalam suatu riwayat diceritakan
bahwa mereka di padang mahsyar untuk menunggu keputusan Tuhan selama
seribu tahun dalam kegelapan dan tiada berbicara antara satu dengan yang
lainnya dengan rasa cemas, sedih, dan sengsara. Manusia merasa
kepanasan yang hebat sekali, karena matahari letaknya berdekatan dengan
kita.
Demikianlah keadaan manusia tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di
Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan
belum dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga.
Dan manusia yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim
‘alaihis salam sebagaimana hadits di atas.
Jika hari ini Allah Ta’ala menguji kita dengan zaman umbar aurat, bahkan
aurat dijadikan barang dagangan. Perhatikanlah hampir seluruh dunia
bisnis hari ini tidak terlepas dari aurat, sehingga dorongan seksual
muncul bagi yang melihatnya. Hal ini bisa kita lihat di banyak iklan TV
dari berbagai produk; baik rokok maupun industry. Maka kelak di hari
kiamat tidak akan terpikir syahwat dan tidak akan muncul rasa dorongan
seksual seperti ini tidak akan muncul karena masing-masing akan sibuk
dengan dirinya sendiri.
Demikianlah, setiap orang sibuk dengan dirinya masing-masing, sebagaimana dijelaskan Allah di dalam firmanNya :
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ﴿٣٣﴾ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ
﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ
امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkalala yang kedua),
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya,
dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka, pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. [‘Abasa/80 : 33-37].
Namun kemudian, mereka diberi pakaian juga. Dan seseorang yang pertama
kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim, sebagaimana disebutkan dalam
sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَأَوَّلُ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ.
Orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat adalah Nabi Ibrahim. [HR al Bukhari].
Sedangkan pakaian yang dikenakan manusia adalah pakaian yang dikenakan
saat ia meninggal. Demikianlah yang difahami dari sahabat yang mulia,
Abu Sa’id al Khudri, dalam hadits yang berbunyi:
أَنَّهُ لَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ دَعَا بِثِيَابٍ جُدُدٍ فَلَبِسَهَا
ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُوْلُ الْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
رواه أبو داود وابن حبان في صحيحه
Ketika menjelang kematiannya, beliau meminta diambilkan pakaian baru,
lalu dikenakannya, kemudian beliau berkata : Aku telah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Mayit akan
dibangkitkan mengenakan pakaian yang dikenakan ketika mati”. [HR Abu
Dawud dan Ibnu Hiban dalam Shahih-nya, dan dishahihkan al Albani. Lihat
Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits no. 3575]
Demikian juga yang difahami oleh sahabat yang mulia, Mu’adz bin Jabal
Radhiyallahu anhu. Disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab
Fat-hul Bari, bahwa Ibnu Abi ad Dunya meriwayatkan dengan sanad yang
hasan dari Abu ‘Amru bin al Aswad, ia berkata :
دَفَنَّا أُمَّ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ, فَأَمَرَ بِهَا فَكُفِنَتْ بِثِيَابٍ
جُدُدٍ وَ قَالَ: أَحْسِنُوْا أَكْفَانَ مَوْتَاكُمْ فَإِنَّهُمْ
ُحْشَرُوْنَ فِيْهَا
Kami menguburkan jenazah ibu Mu’adz bin Jabal, lalu Mu’adz memintanya
dan dikafani dengan pakaiannya yang baru, dan ia berkata:
“Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka
dibangkitkan pada pakaian tersebut”
Manusia digiring ke Padang Mahsyar dengan berjalan kaki, sebagaimana
dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّكُمْ مُلَاقُو اللَّهِ حُفَاةً عُرَاةً مُشَاةً غُرْلًا رواه البخاري
Kalian akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak mengenakan sandal
(pelindung kaki), telanjang, berjalan kaki dan masih berkulup (belum
dikhitan). [HR al Bukhari].
Namun juga terdapat riwayat yang menjelaskan adanya sebagian manusia
yang berkendaraan, sebagaimana dalam sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالًا وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّونَ عَلَى وُجُوهِكُمْ رواه الترمذي وقال حديث حسن
Sesungguhnya kalian akan digiring (di Padang Mahsyar) dalam keadaan
berjalan dan berkendaraan, serta diseret di atas wajah-wajah kalian. [HR
at Tirmidzi, dan beliau berkata: “Hadits hasan”. Hadits ini dihasankan
al Albani dalam Shahih at Targhib wat-Tarhib no. 3582].
Orang-orang yang diseret dan berjalan dengan wajahnya adalah orang-orang
kafir. dalam penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap firman Allah dalam surat Al Furqn ayat 34, dalam satu hadits
dari Anas bin Malik beliau berkata:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يا رسول الله قال الله :( الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى
وُجُوهِهِمْ إِلَى جَهَنَّمَ) أَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ؟
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَلَيْسَ الَّذِي
مَشَّاهُ عَلَى الرِّجْلَيْنِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ
يُمَشِّيَهُ عَلَى وَجْهِهِ ؟ قَالَ قَتَادَةُ حِيْنَ بَلَغَهُ: بَلَى
وَعِزَّةِ رَبِّنَا رواه البخاري ومسلم
Bahwasanya seseorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : “Wahai, Rasulullah! Allah berfirman, ‘Orang-orang yang
dihimpunkan ke neraka Jahannam dengan diseret atas muka-muka mereka’ –al
Furqan/25 ayat 34- apakah orang kafir digiring di atas wajahnya?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Bukankah Dzat yang
membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya di dunia mampu untuk
membuatnya berjalan di atas wajahnya?” Qatadah berkata ketika hadits ini
sampai kepadanya : “Benar, demi kemuliaan Allah”. [HR al Bukhari dan
Muslim].
Ketika manusia menghadap Rabb sekalian alam semesta, matahari mendekat
sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga
keringat tersebut menenggelamkan manusia sesuai dengan amalan
masing-masing ketika di dunia. Berikut adalah beberapa hadits yang
menjelaskan keadaan tersebut.
Hadits al Miqdad bin al Aswad yang diriwayatkan Imam Muslim :
عَنِ الْمِقْدَادِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: تَدْنُو الشَّمْسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ,
قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : وَاللَّهِ ! مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي
بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ
الْعَيْنُ؟ قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي
الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا وَأَشَارَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ رواه مسلم
Dari al Miqdad Radhiyallahu anhu , ia berkata : Aku telah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada hari Kiamat,
matahari akan mendekat (kepada) makhluk (manusia) hingga jaraknya dari
mereka seperti ukuran satu mil”. Sulaim bin ‘Amir berkata,”Demi Allah!
Aku tidak mengerti yang dimaksud dengan satu mil tersebut, apakah ukuran
dunia ataukah mil yang digunakan sebagai alat celak mata?” Beliau
berkata: “Sehingga manusia berada sesuai dengan ukuran amalannya dalam
keringatnya. Ada di antara mereka yang keringatnya sampai kedua mata
kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai
pinggangnya, serta ada yang keringatnya menenggelamkannya. Dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan
tangannya ke mulut beliau. [HR Muslim].
“Jarak satu mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak,
semuanya dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia,
padahal jarak antara kita dengannya sangat jauh, bagaimana jika matahari
tersebut berada satu mil di atas kepala kita?”
Hingga manusia bercucuran keringat dan keringatnya menenggelamkan
mereka. Ada yang hanya mencapai kedua mata kakinya. Ada yang sampai
kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang
keringatnya menenggelamkan mulutnya. Bahkan sampai ada yang keringatnya
melampaui kepalanya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Uqbah bin ‘Amir
yang berbunyi:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول تَدْنُو الشَّمْسُ مِنَ
الأَرْضِ فَيَعْرَقُ النَّاسُ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَبْلُغُ عَرَقُهُ
عَقِبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ [إِلَى ] نِصْفَ السَّاقِ وَمِنْهُمْ
مَنْ يَبْلُغُ إٍلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى
الْعَجْزِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ الْخَاصِرَةَ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ
مَنْكِبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ عُنُقَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ
إِلَى وَسَطِ فِيْهِ -وَأَشَارَ بِيَدِهِ أَلْجَمَهَا فَاهُ رَأَيْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشِيْرُ هَكَذَا-
وَمِنْهُمْ مَنْ يُغَطِّيْهِ عَرَقُهُ وَضَرَبَ بِيَدِهِ إِشَارَةً
وَأَمَرَ يَدَهُ فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُصِيْبَ الرَّأْسَ ,
دَوَّرَ رَاحَتَهِ يَمِيْنًا وَشِمَالاً رواه أحمد والطبراني وابن حبان في
صحيحه والحاكم وقال صحيح الإسناد
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu , ia berkata : Aku telah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Matahari
mendekat dari bumi, lalu manusia berkeringat. Di antara manusia ada yang
keringatnya mencapai tumitnya, ada yang mencapai setengah betisnya, ada
yang mencapai kedua lututnya, ada yang mencapai pantatnya, ada yang
mencapai lambungnya, ada juga yang mencapai kedua bahunya, ada yang
mencapai lehernya, dan ada yang mencapai tengah mulutnya –beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan tangannya memenuhi
mulutnya, (dan) aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan demikian- serta ada di antara mereka yang keringatnya
menenggelamkannya”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul dengan
tangannya sebagai isyarat dan meletakkan tangannya di atas kepalanya
tanpa menyentuh kepala. Beliau memutar telapak tangannya ke kanan dan ke
kiri. [HR Ahmad, ath Thabrani, dan Ibnu Hiban dalam Shahih-nya, serta
al Hakim dan beliau berkata : “Shahih sanadnya”. Hadits ini dishahihkan
al Albani, dan beliau berkata : “Adz Dzahabi menyepakatinya dalam kitab
at Talkhish, dan ini lafazh al Hakim”. [Lihat Shahih at Targhib
wat-Tarhib, hadits no 3588].
Di Padang Mahsyar juga ada orang-orang yang mendapat naungan dari, di
antaranya, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam sabda beliau :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
رواه البخاري ومسلم
Tujuh orang yang Allah naungi dalam naunganNya pada hari tidak ada
naungan kecuali naunganNya, (yaitu) : Imam yang adil, pemuda yang
berkembang dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya bergantung
kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya
berkumpul dan berpisah di atasnya, dan seorang yang diajak seorang
wanita pemilik kedudukan dan kecantikan (untuk berzina), lalu (ia)
menyatakan “Aku takut kepada Allah”. Juga seorang yang bershadaqah lalu
menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diberikan oleh tangan kanannya, dan seorang yang berdzikir kepada Allah
dalam keadaan bersendiri, lalu kedua matanya meneteskan air mata. [HR al
Bukhari dan Muslim].
Lamanya Dikumpulkan di Padang Mahsyar
Seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam keadaan berdiri
selama empat puluh tahun, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :
يَجْمَعُ اللهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ لِمِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ
قِيَامًا أَرْبَعِيْنَ سَنَةً شَاخِصَةً أََبْصَارُهُمْ [إِلَى السَمَاءِ]
يَنْتَظِرُوْنَ فَصْلَ الْقَضَاءِ رواه ابن أبي الدنيا والطبراني
Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir
pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri empat puluh tahun.
Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan
Allah. [HR Ibnu Abi ad Dunya dan ath Thabrani, dan dishahihkan al
Albani. Lihat Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits no.3591].
Meskipun rentang waktu tersebut lama, namun terasa sebentar bagi kaum
Mukminin, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sabdanya :
(يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ) (المطففين 6 )
مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفِ سَنَةٍ فَيَهُوْنُ ذَلِكَ
عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ
رواه أبو يعلى بإسناد صحيح وابن حبان في صحيحه
Tentang firman Allah “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap
Rabb semesta alam” –al Muthaffifin/83 ayat 6- seukuran setengah hari
dari lima puluh ribu tahun. Yang demikian itu (sangatlah) mudah (ringan)
bagi orang mukmin, seperti matahari menjelang terbit sampai terbit. [HR
Abu Ya’la dengan sanad shahih, dan Ibnu Hibaan dalam Shahih-nya. Dan
dishahihkan al Albani. Lihat Shohih Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits
no.3589].
Pada saat itu orang-orang yang mendapat perlindungan adalah :
Sabda Rasul saw dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudriy ra.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ :
اْلاِمَامٌ الْعَادِلُ. وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ . وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّلَقٌ بِالْمَسَاجِدِ. وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِيْ اللهِ
اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ. وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَاَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ اِنِّيْ اَخَافُ اللهَ. وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَاَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ. وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
=رواه احمد والبخاري ومسلم والنسائي=
Ada tujuh (kelompok) manusia yang Allah akan lindungi pada hari yang
tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya : 1. Pemimpin yang ‘adil. 2.
Pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah. 3. Seorang laki-laki
yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. 4. Dua orang yang saling
mencintai, mereka bersatu karena Allah dan berpisah juga karena Allah.
5. Seorang laki-laki yang diajak seorang wanita yang memiliki kedudukan
dan harta lalu mengatakan “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. 6.
Seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikan sedekahnya sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya. 7.
Seseorang yang mengingat Allah dalam kesepian lalu mengalir air
matanya”. =HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i=
Lalu umat manusia akan dikumpulkan menjadi 12 barisan.
Rasulullah saw bersabda:
رُوِىَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – « قُلْتُ : يَا
رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللهِ تَعَالَى: {يَوْمَ يُنفَخُ فِي
الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ أَفْوَاجاً}، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» يَا مُعَاذُ، سَأَلْتَ عَنْ أَمْرٍ عَظِيْمٍ مِنَ
اْلأُمُوْرِ، ثُمَّ أَرْسَلَ عَيْنَيْهِ وَقَالَ: تُحْشَرُ عَشَرَةُ
أَصْنَافٍ مِنْ أُمَّتِيْ: بَعْضُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرْدَةِ،
وَبَعْضُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْخَنَازِيْرِ، وَبَعْضُهُمْ مُنْكِسُوْنَ:
أَرْجُلُهُمْ فَوْقَ وُجُوْهِهِمْ يُسْحَبُوْنَ عَلَيْهَا، وَبَعْضُهُمْ
عُمْيًا، وَبَعْضُهُمْ صُمّاً بُكْماً، وَبَعْضُهُمْ يَمْضَغُوْنَ
أَلْسِنَتَهُمْ فَهِيَ مُدَلاَّةٌ عَلَى صُدُوْرِهِمْ: يَسِيْلُ القَيْحُ
مِنْ أَفْوَاهِهِمْ يَتَقَذَّرُهُمْ أَهْلُ الْجَمْعِ، وَبَعْضُهُمْ
مُقَطَّعَةٌ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلِهِمْ، وَبَعْضُهُمْ مُصَلَّبُوْنَ
عَلَى جُذُوْعِ مِنْ نَارٍ، وَبَعْضُهُمْ أَشَدُّ نَتْناً مِنَ الْجِيْفِ،
وَبَعْضُهُمْ مُلْبَسُوْنَ جَبَاباً سَابِغَةً مِنْ قَطِرَانٍ لاَزِقَةٍ
بِجُلُوْدِهِمْ؛ فَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ الْقِرْدَةِ
فَالْقَتَّاتُ مِنَ النَّاسِ. وَأَمَّا الَّذِيْنَ عَلَى صُوْرَةِ
الْخَنَازِيْرِ: فَأَهْلُ السُّحْتِ. وَأَمَّا الْمُنْكِسُوْنَ عَلَى
وُجُوْهِهِمْ فَأَكَلَةُ الرِّبَا، وَأَمَّا الْعُمْيُ فَالَّذِيْنَ
يَجُوْرُوْنَ فِيْ الْحُكْمِ، وَأَمَّا الصُمُّ الْبُكْمُ
فَالْمُعْجَبُوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يَمْضُغُوْنَ
أَلْسِنَتَهُمْ فَالْعُلَمَاءُ وَالْقِصَاصُ الَّذِيْنَ خَالَفَ قَوْلُهُمْ
أَعْمَالَهُمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ قُطِعَتْ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ
فَهُمُ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْجِيْرَانِ، وَأَمَّا الْمُصَلَّبُوْنَ
عَلَى جُذُوْعٍ مِنْ نَّارٍ فَالسَّعَاةُ بِالنَّاسِ إِلَى السُّلْطَانِ،
وَأَمَّا الَّذِيْنَ هُمْ أَشَدُّ نَتْناً مِنَ الْجِيْفِ فَالَّذِيْنَ
يَتَّبِعُوْنَ الشَّهَوَاتِ وَاللَّذَّاتِ وَمَنَعُوْا حَقَّ اللهِ فِيْ
أَمْوَالِهِمْ، وَأَمَّا الَّذِيْنَ يَلْبِسُوْنَ الْجِبَابَ فَأَهْلُ
الْكِبْرِ وَالْفَخْرِ وَالْخُيَلاَءِ =رواه القرطبي في تفسيره=
Dirirwayatkan dari Muadz bin Jabal ra, Aku bertanya, Ya Rasulallah,
Bagaimana pendapatmu tentang firman Allah <Yaitu hari (yang pada
waktu itu) ditiup sangsakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
=An-Naba’ 78: 18=> Maka Rasulullah saw bersabda: “Wahai Mu’adz,
engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah saw. Kedua
mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan
sabdanya. “Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada
Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan
mereka dari jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa
mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka ada yang
berwujud kera; ada yang berwujud babi; ada yang berjalan
berjungkir-balik dengan muka terseret-seret; ada yang buta kedua
matanya, ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa; ada yang memamah
lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari
mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya;
ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong; ada yang disalib di
atas batangan besi panas; ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada
bangkai; dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”
“Mereka yang berwajah kera adalah orang-orang yang ketika di dunia suka
mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang
ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang
haram, seperti cukai dan uang suap.” “Yang berjalan jungkir-balik adalah
mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah
orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan
hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka
‘ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.” “Yang memamah lidahnya
adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan
amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang
yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.” “Yang disalib di
batangan besi panas adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada
penguasa dengan pengaduan batil dan palsu. Yang tubuhnya berbau busuk
melebihi bangkai adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti
semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang
ada pada harta mereka.” “Adapun orang yang berselimutkan kain yang
dicelup aspal mendidih adalah orang yang suka takabur dan membanggakan
diri". =HR. Qurthubi dalam Tafsirnya=
Penjelasan hadits diatas
Suatu ketika, Muadz bin Jabal ra mengadap Rasulullah SAW dan bertanya:
“Wahai Rasulullah, tolong jelaskan kepadaku mengenai firman Allah SWT:
Pada sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris” (Surah
an-Naba’:18)
Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air
mata. Lalu menjawab: “Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepada aku,
perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan
berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka
sendiri….”
BARISAN PERTAMA
Di iring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka
ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih:
“Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati
tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka
adalah neraka…”
BARISAN KEDUA
Diiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah
Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya
meringan-ringankan solat, maka inilah balasannya dan tempat kembali
mereka adalah neraka…”
BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keldai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan
kala jengking. “Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka
inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEEMPAT
Diiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari
mulut mereka. “Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jualbeli,
maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka…”
BARISAN KELIMA
Diiring dari kubur dengan bau busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah
SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di
Padang Mahsyar. “Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan
derhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula rasa takut kepada
Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka…”
BARISAN KEENAM
Diiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan.
“Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya
dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KETUJUH
Diiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka
mengalir keluar nanah dan darah. “Mereka itu adalah orang yang enggan
memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat
kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KELAPAN
Diiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan
kaki ke atas. “Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah
balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEMBILAN
Diiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru
sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. “Mereka itu adalah
orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya,
maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KESEPULUH
Diiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan
penyakit sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang derhaka kepada orang
tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah
neraka…”
BARISAN KESEBELAS
Diiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi
mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar
sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut
mereka dan keluar beraneka kotoran. “Mereka adalah orang yang minum
arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”
BARISAN KEDUA BELAS
Mereka diiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan
purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka,datanglah
suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: “Mereka adalah
orang yang beramal salih dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi
perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal
dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat
kembali mereka adalah syurga, mendapat keampunan, kasih sayang dan
keredhaan Allah Yang Maha Pengasih…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar