Semua sudah mengenal apa itu harta. Tidak ada seorang pun yang belum
mengerti tentang hal ini. Kemasyhurannya telah menenggelamkan seluruh
penjuru dunia. Kedudukan harta sangatlah tinggi dihati manusia, menjadi
sesuatu yang sangat dicintai dan berharga bagi mereka. Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8)
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada
Tuhannya, Dan Sesungguhnya anusia itu menyaksikan (sendiri)
keingkarannya, Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada
harta.” (Qs. Al-Aadiyat: 6-8)
Harta adalah satu tuntutan kebutuhan pokok manusia untuk hidup di setiap
tempat dan zaman, kecuali di akhir zaman, dimana harta berlimpah ruah
sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya karena tidak dapat
memanfaatkannya. Waktu itu orang sangat semangat untuk sholat dan ibadah
yang tentunya lebih baik dari dunia dan seisinya, karena mereka
mengetahui dekatnya hari kiamat setelah turunnya nabi Isa. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ
مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا وَ إِمَامًا عَدْلاً فَيُكْسِرُ الصَّلِيْبَ
وَ يَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ وَ يَضَعُ الْجِزْيَةَ وَ يَفِيْضُ الْمَالُ
حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ وَ حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ
خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا
“Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, telah dekan turunnya Ibnu Maryam
pada kalian sebagai pemutus hukum dan imam yang adil, lalu ia
menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus upeti dan harta melimpah
ruah sehingga tidak ada seorang pun yang menerimanya, hingga satu kali
sujud lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR Ahmad, dan At-Tirmidzi.)
Akan terjadi juga sebelumnya satu masa yang berlimpah rezeki hingga
khalifah tidak menghitung hartanya dengan bilangan namun menyerahkannya
dengan cidukan kedua telapak tangannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
يَكُونُ فِى آخِرِ أُمَّتِى خَلِيفَةٌ يَحْثِى الْمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا
“Akan datang diakhir umatku seorang khalifah yang menciduk harta dengan
cidukan tidak menghitungnya dengan bilangan.” (HR Muslim no. 7499)
Semua orang telah mengetahui kegunaan harta di dunia, karenanya mereka
berlomba-lomba mencarinya hingga melupakan mereka atau mereka lalai dari
memperhatikan perkara-perkara penting yang berhubungan dengan harta.
Perkara yang berhubungan dengan perintah dan larangan Allah dan
Rasul-Nya, hingga akhirnya mereka tidak lagi memperhatikan mana yang
halal dan mana yang haram. Hal ini telah dijelaskan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟!
Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seorang tidak lagi
perduli dengan apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau
haram?!
Demikianlah realita yang terjadi dimasyarakat kita.
Lalu bagaimana sikap islam terhadap harta ini? Ternyata permasalahan
rezeki dan harta telah mendapatkan perhatian besar dalam al-Qur`an.
Bayangkan kata rezeki dengan kata turunannya diulang sebanyak 123 kali
dan kata harta (al-Maal) dengan kata turunannya diulang sebanyak 86
kali. Padahal Allah tidak mengulang-ulang satu kata kecuali demikian
besar urgensinya untuk sang makhluk. Sehingga sudah selayaknya kaum
muslimin mengenal dan mengerti bagaimana konsep islam terhadap harta dan
sikap yang tepat menjadikan harta sebagai nikmat yang membawa kepada
kebahagian dunia dan akherat. Minimal mengetahui harta adalah fitnah
yang Allah ujikan kepada makhluk-Nya agar mereka dapat bersyukur dan
tegak pada mereka hujjah dan penjelasan yang terang. Semua itu agar
orang hidup dengan harta di atas ilmu dan dapat bersabar bila tidak
memiliki harta ini.
Allah menciptakan manusia dan memberinya kesukaan kepada syahwat harta, sebagaimana firman-Nya,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).” (Qs. Ali Imraan/3:14)
Sehingga Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan besarnya
kecintaan manusia kepada harta dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ ؛ لاَبْتَغَى ثَالِثاً ,
وَلاَ يَمَلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ , وَيَتُوْبُ الله
عَلَى مَنْ تَابَ
Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta; pasti ia menginginkan
yang ketiga, sedangkan perut anak Adam tidaklah dipenuhi kecuali dengan
tanah, dan Allah memberi taubat-Nya kepada yang bertaubat.
Dunia usaha dan bisnis yang sukses sering diidentikkan dengan gaya hidup
mewah, glamor, cinta dunia yang berlebihan, dan ambisi yang tidak
pernah puas untuk terus mengejar harta. Bahkan, sebagian dari para ulama
menyifati dunia bisnis sebagai urusan dunia yang paling besar pengaruh
buruknya dalam menyibukkan dan melalaikan manusia dari mengingat Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini dikarenakan bisnis yang sukses akan mendatangkan keuntungan
harta yang berlimpah, yang tentu saja ini merupakan ancaman fitnah
(kerusakan) besar bagi seorang hamba yang tidak memiliki benteng iman
yang kokoh untuk menghadapi dan menangkal fitnah tersebut.
Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus
memperingatkan umat beliau dari besarnya bahaya fitnah harta dan
kedudukan duniawi dalam merusak agama dan keimanan seseorang dalam sabda
beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِه
“Tidaklah dua ekor serigalaِ kelaparan yang dilepaskan kepada kambing
lebih besar kerusakan (bahaya)nya terhadap kambing tersebut,
dibandingkan dengan (sifat) rakus seorang manusia terhadap harta dan
kedudukan (dalam merusak/membahayakan) agamanya.“
Timbulnya kerusakan ini dikarenakan kerakusan terhadap harta dan
kedudukan akan memacu seseorang untuk terus mengejar dunia dan
menjerumuskannya kepada hal-hal yang merusak agamanya, karena umumnya,
sifat inilah yang membangkitkan dalam diri seseorang sifat sombong dan
selalu berbuat kerusakan di muka bumi, yang sangat tercela dalam
agama.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً
فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan
kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
Kenyataan inilah yang seharusnya menjadikan seorang muslim yang
menghendaki kebaikan dan keselamatan dirinya, utamanya kalangan yang
menggeluti dunia usaha dan bisnis, untuk selalu waspada dan introspeksi
diri, serta tidak terlalu percaya diri (bersandar kepada kemampuan diri)
dalam hal ini, dengan merasa imannya kuat dan aman dari kemungkinan
terjerumus ke dalam fitnah tersebut. Cukuplah sikap percaya diri yang
berlebihan seperti ini menjadi bukti rapuhnya keimanan dalam hati dan
pertanda jauhnya taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba
tersebut!!
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Al-‘Arifun (orang-orang yang
memiliki pengetahuan yang dalam tentang Allah dan agama-Nya) telah
bersepakat (mengatakan) bahwa (arti) taufik itu adalah dengan Allah
tidak menyandarkan (urusan) kita kepada diri kita sendiri, dan
(sebaliknya arti) al-khidzlan (berpalingnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
dari hamba) adalah dengan Allah membiarkan diri kita (bersandar) kepada
diri kita sendiri (tidak bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)…”
Inilah makna doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal
dan termasuk doa yang dianjurkan untuk dibaca pada waktu pagi dan
petang, “…(Ya Allah,) jadikanlah baik semua urusanku dan janganlah
Engkau membiarkan aku bersandar kepada diriku sendiri (meskipun cuma)
sekejap mata.”
Tidakkah orang yang beriman mengkhawatirkan dirinya akan kemungkinan
ditimpa kerusakan dalam agama dan imannya sebagai akibat dari fitnah
harta. Padahal, hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling sempurna
imannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengkhawatirkan hal
ini menimpa umatnya, sebagaimana doa beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
ولا تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دِيْنِنا ، ولا تَجْعَلِ الدُّنْيا أَكْبَرَ همِّنا
“(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan malapetaka (kerusakan) yang menimpa
kami dalam agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia (harta dan
kedudukan) sebagai target utama kami.“
Fitnah harta dan dunia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta.”
Maksudnya: menyibukkan diri dengan harta secara berlebihan adalah fitnah
(yang merusak agama seseorang) karena harta dapat melalaikan pikiran
manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
membuatnya lupa kepada akhirat, sebagaimana firman-Nya,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu merupakan fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun:15)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ
تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا
أَهْلَكَتْهُمْ
Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun
yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana
pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba
sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa
sebagaimana mereka. [HR. Bukhâri dan Muslim]
Harta itu ujian dari semua sisi. Dimulai saat mengumpulkan dan
mengembangkannya, kesibukan ini sering melalaikan seseorang dari
beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Juga kegemaran menumpuk harta
yang tidak pernah bisa mencapai titik klimaks, diperparah lagi dengan
prilaku menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya. Harta juga
menjadi fitnah atau musibah bagi yang empunya saat harta dibelanjakan di
jalan yang tidak dibenarkan syari'at atau enggan mengeluarkan zakat
yang menjadi kewajibannya. Akibatnya, berbagai keburukan pun bermunculan
akibat harta.
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
Sungguh akan datang suatu masa, saat itu manusia tidak lagi peduli
dengan cara apa dia menghasilkan harta, apakah dari sesuatu yang halal
ataukah haram ! [HR. Bukhâri]
Diantara ujian yang juga ada pada saat ini yaitu keburukan yang datang
melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulisan menyesatkan,
foto dan gambar wanita dengan dandanan seronok, nyanyian pembangkit
nafsu syahwat, pentas yang sering membuat suatu keburukan menjadi tidak
jelas bahkan membalikkan fakta, yang buruk dianggap bagus dan indah,
semuanya ada di media. Terkadang suatu yang tidak pantas ikut serta
ditayangkan, seperti cara mencuri atau aksi kriminal lainnya. Semua
keburukan ini ditayangkan di berbagai channel tv, baik dalam maupun luar
negeri dan dengan mudah bisa diakses lewat internet. Sehingga betapa
sedih hati dan tercabiknya hati kita ketika mendengar berbagai perbuatan
kriminal yang dilakukan oleh para pelajar yang bahkan diantara mereka
sangat muda belia dan seakan tidak bisa dipercaya kalau dia melakukan
kriminalitas yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa.
Sebagian orang, na'udzu billah, merasa tidak cukup dengan berbagai
keburukan di atas, dia menambahkannya dengan membeli atau menyewa kaset
CD film porno yang sangat tidak layak lalu diputar di tengah
keluarganya. Tidakkah dia tahu keburukan di sekitarnya sudah begitu
banyak meski dia tidak menghendaki keburukan itu datang ke rumahnya ?
Ataukah dia merasa keburukan itu belum lengkap ? na'udzu billah.
Dimanakah rasa cemburu itu dicampakkan ? Tidakkah para penyebar
keburukan ini takut ketika mereka dimintai pertanggungjawaban atas
beragam keburukan yang diakibatkan keburukannya ? Semoga Allâh Azza wa
Jalla memberikan hidayah kepada kita semua untuk tetap istiqamah di atas
jalan yang telah tetapkan syari'at.
Saat ini, betapa banyak rumah kaum Muslimin yang seharusnya bersinar
dengan dzikrullah justru hampa darinya. Rumah-rumah itu menjadi tempat
yang di senangi setan dan di jauhi para Malaikat pembawa rahmat. Bahkan
ada yang lancang mengundang para pemuda untuk serta begadang, pentas
atau menghidupkan budaya yang bertentangan dengan nilai agama.
Ini merupakan fitnah besar yang menimbulkan kekhawatiran yang harus kita
waspadai. Kita wajib menjaga anak-anak kita agar tidak terjebak dalam
perangkap setan. Hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan kepada
Allâh agar kita diberik kekuatan dan kesabaran.
Diantara ujian yang juga sangat mengkhawatirkan pada zaman ini yaitu
fitnah yang ditimbulkan kaum wanita. Dalam hadits yang diriwayatkan
Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhu Radhiyallahu anhuma, beliau
Radhiyallahu anhu mengatakan, "Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِِِِِِِِِِّسَاء
ِ
Saya tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain (ujian) wanita [HR. Bukhâri dan Muslim]
Ujian yang diakibatkan prilaku kaum wanita pada masa ini semakin parah,
karena prilaku sebagian wanita yang tidak merasa malu sema sekali.
Dengan dalih mengikuti perkembangan zaman, mereka mengenakan pakaian
tipis nan ketat, sehingga bentuk anggota tubuh mereka nampak dengan
jelas.
Ada juga yang berdalih untuk menambah penghasilan, semua dilakukan tanpa
memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan syari'at. Akibatnya,
bukan kebaikan yang timbul namun sebaliknya. Berbagai media massa, sekan
tidak pernah sepi dari perbuatan kriminal akibat dari ujian ini.
Tidakkah kita mau mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa
menyedihkan ini ? Akankah kita membiarkan diri kita, saudara atau
keluarga kita terjebak dalam ujian ini ?
Diantara ujian yang juga harus diwaspadai adalah ujian yang merupakan
efek negatif dari era informasi. Arus informasi yang lancar dan cepat
menjadikan batas antar Negara seakan tidak ada. Suara dan gambar bisa
ditransfer dalam hitungan detik. Banyak faidah yang bisa kita ambil
darinya. Namun kita tidak boleh lengah, karena setan dan musuh-musuh
Allah tidak pernah tinggal diam. Mereka akan memanfaatkan semua
fasilitas modern ini untuk menyebarkan keyakinan rusak dan kebiasaan
buruk mereka serta untuk menjaring mangsa. Semoga Allah Azza wa jalla
menjaga kita dan keluarga kita dari segala keburukan yang disebarkan
oleh setan dan musuh-musuh Allah Azza wa Jalla itu.
Namun ujian yang paling besar dan paling berbahaya bagi kaum Muslimin
yang selalu kita waspadai yaitu ujian dajjal yang akan datang menjelang
hari kiamat. Maka hendaklah kita senantiasa waspada dan menjaga diri
serta keluarga kita. Hendaklah kita memperbanyak do'a kepada Allâh Azza
wa Jalla agar senantiasa menjaga kita dari keburukan berbagai fitnah
ini.
الم ﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ
لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
dia mengetahui orang-orang yang dusta. [al-Ankabut/29:1-3]
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta
harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah
sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai
menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa
tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel,
berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli
rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan perabot rumah tangga, lebih
asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat
lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta. perhatikan dalil
berikut.
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ
وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ
بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
(QS Asy-Syura [42]: 27)
يَا حَكِيمُ ، إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ
بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ
نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ ، وَكَانَ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ
يَشْبَعُ ، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى »
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini indah dan manis. Barangsiapa
mengambilnya dengan keluasan jiwanya, ia akan diberkahi pada hartanya.
Dan barangsiapa yang mengambilnya dengan tanpa berlebihan, maka
perumpamaannya adalah seperti orang yang makan dan tidak pernah
kenyang.” (HR Bukhari no: 1472, 2750, 3143, Muslim no: 1035)
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para ulama adalah menjadikan
dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah.
Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat
tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan
musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada
mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Contoh umum yang kita dengar sekarang, banyak media memberitakan calon
calon pejabat yang gagal meraih kedudukan malah menjadi stres dan
kehilangan akalnya, bahkan ada yang kabur meninggalkan keluarga hanya
untuk menghindari kejaran dari para rentenir yang memberinya hutang.
harta juga bisa membuat seseorang saling bertengkar bahkan sampai saling
membunuh, harta yang identik dengan kesenangan dunia perlu kita
waspadai agar tidak menyesatkan kita dan menjadi fitnah bagi kita di
dunia dan di akherat.
Managemen harta perlu kita pelajari ilmunya dari Alquran Dan Alhadist.
Takhtimah
Demikianlah fitnah harta ini telah melanda umat islam diseluruh penjuru
dunia dan menyeret mereka kepada bencana yang demikian hebatnya. Hal ini
terjadi setelah kaum muslimin mendapatkan kemenangan dan penaklukan
negara-negara besar seperti Rumawi dan Parsia. Tidak mampu selamat dan
menjauhkan diri dari fitnah ini kecuali yang Allah berikan kemampuan
untuk memahami nash-nash al-Qur`an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang telah memperingatkan harta dengan benar dan tepat. Hal
ini membuatnya mampu melihat sebab-sebabnya dan berusaha menghindarinya.
Fitnah ini telah menghancurkan kaum muslimin sebelum musuh-musuhnya
mencaplok wilayah dan negara islam.
Semua ini telah di jelaskan dengan sangat gamblang dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
Memang demikianlah kemenangan dan harta benar-benar fitnah yang dapat
menyeret kepada kenacuran dan kelemahan kecuali bila ditempatkan
harta-harta tersebut pada tempatnya. Lihatlah bagaimana harta yang
menyebabkan seorang menjadi cinta dunia dan takut mati akan melemahkan
barisan kaum muslimin sehingga jumlah yang besar tidak memiliki kekuatan
lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“يُوْشَكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الأمَمُ كَمَا تَدَاعَى الأكَلَة إِلَى
قَصْعَتِهَا” فَقَالَ قَائِلٌ: أَوَمِنْ قِلّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ:
“بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ
السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللّه مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ
مِنْكُمْ، وَلَيُقْذِفَنَّ اللّه فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ” فَقَالَ
قَائِلٌ: يَارَسُوْلَ اللّه، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: “حُبُّ الدُّنيَا
وَكَرَاهِيَّةُ الْمَوْتِ”.
“Dari Tsauban beliau berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: ”Nyaris sudah para umat-umat (selain Islam) berkumpul
(bersekongkol) menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang
yang makan menghadapi bejana makanannya” lalu bertanya seseorang:’apakah
kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab: ”Tidak, bahkan kalian
pada saat itu banyak, akan tetapi kalian itu buih seperti buih banjir,
dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut
terhadap kalian dan menimpakan kedalam hati-hati kalian wahn
(kelemahan),”, lalu bertanya lagi:’wahai Rasulullah apa wahn (kelemahan)
itu?”, kata beliau:”Cinta dunia dan takut mati.”
Sebagaimana yang dikatakan Kaab bin Maalik radhiallahu ‘anhu,
قَالَ: فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِسُوْقِ المْدِيْنَةِ، إِذْا نَبَطِي مِنْ
أِنْبَاطِ أَهْلِ الشَّامِ، مِمَنْ قَدِمَ بِالطَّعَامِ يَبِيْعَهُ
بِالْمَدِيْنَةِ، يَقُوْلُ: مَنْ يَدُلُّ عَلَى كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ،
فَطَفِقَ النَّاسُ يُشِيْرُوْنَ لَهُ، حَتَى إِذَا جَاءَنِي دَفَعَ إِلَيَّ
كِتَابَا مِنْ مَلِكِ غَسَانَ، فَإِذَا فِيْهِ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّهُ
قَدْ بَلَغَنِي أَنّ َصَاحِبَكَ قَدْ جَفَاكَ، وَلَمْ يَجْعَلْكَ الله
بِدَارِ هَوَانٍ وَلا مُضِيْعَةٍ، فَالْحَقْ بِنَا نُوَاسِكَ
“Ketika aku berjalan-jalan di pasar Madinah, seketika itu ada seorang
petani dari petani-petani penduduk Syam yang datang membawa makanan
untuk dijual di pasar Madinah berkata:” siapa yang dapat menunjukkan
Kaab bin Malik?”lalu orang-orang langsung menunjukannya sampai dia
menemuiku dan menyerahkan kepadaku surat dari raja Ghossaan, dan aku
seorang yang dapat menulis, lalu aku membacanya, dan isinya: amma ba’du,
sesungguhnya telah sampai kepadaku berita bahwa pemimpinmu telah
berpaling meninggalkanmu dan sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan
bagimu tempat yang hina dan kesia-siaan, maka bergabunglah kepada kami,
kami akan menyenangkanmu.”
Para musuh islam selalu mengintai kapan penyakit cinta harta menyebar dan merebak dikalangan kaum muslimin.
Ketika fitnah harta ini menyerang kaum muslimin dan terus mendesak
setelah penaklukan negeri-negeri yang merupakan kemenangan din islam.
Dengannya Allah mengangkat menara syariat dan meninggikan tiang
aqidahnya ditambah dengan adanya harta yang berlimpah yang pernah
dimiliki negara-negara besar waktu itu. Maka tidak sedikit dari tokoh
sahabat dan tabi’in serta para ulama yang shalih yang tidak berhenti
mengingatkan dan memperingatkan kaum muslimin dari bahaya yang akan
menimpa mereka. Mereka menjelaska jalan yang lurus yang wajib dijalani
dengan kesabaran dan mengingatkan mereka dengan kehidupan Rasuullah dan
orang yang beriman bersama beliau dan setelah beliau, dalam rangka
mengingatkan umat ini dari harta dan fitnahnya.
Orang pertama yang mengingatkan hal ini tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ
أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ
تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ
تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ
عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
“Jika telah ditaklukan untuk kalian negara parsi dan rumawi, kaum apakah
kalian? Berkata Abdurrahman bin Auf:” kami melakukan apa yang Allah
perintahkan, beliau berkata:” tidak seperti itu, kalian akan
berlomba-lomba kemudian saling berhasad, kemudian saling membenci lalu
saling bermusuhan, kemudian kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal
kaum muhajirin dan kalian menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian
yang lain.”
Oleh karena itu ketika ditaklukkan gudang harta kisra (raja parsi) Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu menangis dan berkata,
إِنَّ هَذَا لَمْ يَفْتَحْ عَلَى قَوْمٍ قَطْ إِلا جَعَلَ الله ِبَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya ini tidak dibukakan bagi satu kaum kecuali Allah menjadikan diantara mereka peperangan.”
Dengan demikian harta menjadi salah satu syahwat terbesar yang Allah berikan kepada kita.
Memang harta adalah salah satu syahwat terbesar yang dimiliki manusia,
namun juga menjadi salah satu sebab mendekatkan diri kepada Allah. Harta
menjadi tiang kehidupan seseorang. Ketika ia berusaha mendapatkan harta
yang halal untuk membeli rumah, menikah dan memiliki anak yang solih
serta berbahagia dengan keluarga dan hartanya, maka hal ini adalah
amalan yang disyariatkan. Mukmin yang kuat lebih baik dari yang lemah,
seperti sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ ـ لكن النبي عليه الصلاة والسلام رفيق قال : وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
. رواه مسلم عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Dengan demikian ada anjuran menjadi hartawan apabila cara mendapatkannya
sesuai dengan ajaran islam, sebab harta adalah kekuatan dalam
pengertian kesempatan yang diberikan kepada hartawan dalam amal shalih
tidak terbatas dan terhitung. Dengan hartanya ia bisa menikahkan para
pemuda, mengobati orang sakit, menyantuni para janda dan memberi makan
anak yatim dan orang miskin dan lain-lainnya. Oleh karena itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan mukmin yang kaya dekat dari
derajat alim yang beramal dengan ilmunya, dalam sabda beliau:
لا حَسَدَ إِلاّ في اثْنَتَيْنِ : رَجلٌ آتَاهُ الله مَالاً فَهُوَ
يُنْفِقُ منهُ آنَاءَ اللّيْلِ و آنَاءَ النّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ الله
القُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللّيْلِ وَ آنَاءَ النّهَار . متفق
عليه
“Demikianlah harta dapat menjadi sebab seornag masuk syurga, namun juga
bisa membuat seorang terbang terjerumus ke dalam neraka jahannam.”
Ternyata harta itu bisa menjadi nikmat bila dikeluarkan dan digunakan
untuk ketaatan kepada Allah dan akan menjadi bencana bila digunakan
untuk keburukan. Hal ini tergantung kepada dari mana mendapatkannya dan
bagaimana mengeluarkannya. Oleh karena itu, manusia akan ditanya dihari
kiamat tentang hartanya dimana ia mendapatkannya dan kemana ia infakkan.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar