Sesungguhnya tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan keesaan Allah dan
bahwa Dia adalah pengatur alam semesta itu banyak sekali, tidak bisa
dihitung. Sebagaimana perkataan seorang penyair, “Dalam segala sesuatu
terdapat bukti bahwa Dia adalah zat yang esa”.
Di antara tanda kekuasaan Allah yang besar, bukti nyata keesaan-Nya yang
menunjukkan bahwa Dia itu benar-benar esa dan segala urusan itu ada di
genggaman-Nya dan diatur penuh oleh diri-Nya adalah angin yang diatur
oleh Allah sebagaimana yang Dia kehendaki. Angin itu bertiup mengikuti
perintah-Nya dan setelah mendapatkan izin dari-Nya. Angin adalah makhluk
yang diatur dan diperintahkan. Dia tidak bisa datang atau pun pergi
baik di waktu pagi atau pun sore kecuali dengan seizin Tuhannya yang
merupakan zat yang mengatur dirinya. Semua gerakan angin itu dengan
seizin-Nya. Semua tiupan angin itu dengan perintah-Nya. Sekali lagi,
angin adalah makhluk yang diatur dan diperintah. Terkadang dia datang
dengan membawa kabar gembira dan rahmat Allah. Di waktu yang lain, dia
membawa adzab dan hukuman Allah. Segala urusan sepenuhnya ada di tangan
Allah.
Angin adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Sepantasnya seorang
mukmin mengambil pelajaran dengan keberadaan angin. Dengan angin,
seorang hamba mengetahui betapa agungnya Allah, zat yang mengatur angin.
Dalam angin terdapat pelajaran dan nasihat yang sangat berharga serta
tanda kekuasaan yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan sang
pencipta.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ
مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ
فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (46)
Yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia
mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan
kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan
perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya.
Mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS ar Rum: 46).
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ
النَّاسَ وَمَا أَنزلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ
الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ
الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS. al Baqarah:
164).
Firman Allah Swt.:
{وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ}
dan pengisaran angin. (Al-Baqarah: 164)
Yakni adakalanya datang membawa rahmat, dan adakalanya datang membawa
bencana. Adakalanya angin datang membawa tanda yang menggembirakan,
yaitu awan yang mengandung hujan; adakalanya angin menggiringnya dan
menghimpunkannya; dan adakalanya mencerai-beraikannya, lalu mengusirnya.
Kemudian adakalanya ia datang dari arah selatan yang dikenal dengan
angin syamiyah, adakalanya datang dari arah negeri Yaman, dan adakalanya
bertiup dari arah timur yang menerpa bagian muka Ka'bah, kemudian
adakalanya ia bertiup dari arah barat yang menerpa dari arah bagian
belakang Ka'bah. Memang ada sebagian orang yang menulis tentang angin,
hujan, dan bintang-bintang ke dalam banyak karya tulis, yang
pembahasannya memerlukan keterangan yang panjang bila dikemukakan di
sini.
Firman Allah Swt.:
{وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ}
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. (Al-Baqarah: 164)
Yakni bergerak antara langit dan bumi, ditundukkan menuju tempat-tempat
yang dikehendaki oleh Allah dan dipalingkan menurut apa yang
dikehendaki-Nya.
Firman Allah Swt.:
{لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164)
Yakni dalam kesemuanya itu benar-benar terdapat tanda-tanda yang jelas
menunjukkan keesaan Allah Swt. dan kebesaran kekuasaan-Nya. Seperti yang
disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ
قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka." (Ali Imran: 190-191)
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الدَّشْتَكِيّ،
حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ
جَعْفَرِ بْنِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: أَتَتْ قُرَيْشٌ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ إِنَّمَا نُرِيدُ أَنْ تَدْعُوَ
رَبَّكَ أَنْ يَجْعَلَ لَنَا الصَّفَا ذَهَبًا، فَنَشْتَرِيَ بِهِ
الْخَيْلَ وَالسِّلَاحَ، فَنُؤْمِنَ بِكَ وَنُقَاتِلَ مَعَكَ. قَالَ:
"أَوْثِقُوا لِي لئِنْ دعوتُ رَبِّي فجعلَ لَكُمُ الصَّفَا ذَهَبًا
لتُؤْمنُنّ بِي" فَأَوْثَقُوا لَهُ، فَدَعَا رَبَّهُ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ
فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ قَدْ أَعْطَاهُمُ الصَّفَا ذَهَبًا عَلَى أَنَّهُمْ
إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِكَ عَذَّبَهُمْ عَذَابًا لَمْ يُعَذِّبْهُ أَحَدًا
مِنَ الْعَالَمِينَ. قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"رَبِّ لَا بَلْ دَعْنِي وَقَوْمِي فَلَأَدْعُهُمْ يَوْمًا بِيَوْمٍ".
فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي
تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ} الآية.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Sa'id Ad-Dusytuki, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakek, dari
Asy'as ibnu Ishaq, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut: Orang-orang
Quraisy datang kepada Nabi Saw., lalu mereka berkata, "Hai Muhammad,
sesungguhnya kami menginginkan kamu mendoakan kepada Tuhanmu agar Dia
menjadikan Bukit Safa ini emas buat kami. Untuk itu maka kami akan
membeli kuda dan senjata dengannya, dan kami akan beriman kepadamu serta
berperang bersamamu." Nabi Saw. menjawab, "Berjanjilah kalian kepadaku,
bahwa sekiranya aku berdoa kepada Tuhanku, kemudian Dia menjadikan bagi
kalian Bukit Safa emas, kalian benar-benar akan beriman kepadaku." Maka
mereka mengadakan perjanjian dengan Nabi Saw. untuk hal tersebut. Lalu
Nabi Saw. berdoa kepada Tuhannya, dan datanglah Malaikat Jibril
kepadanya, lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhanmu sanggup menjadikan Bukit
Safa emas buat mereka, dengan syarat jika mereka tidak juga beriman
kepadamu, maka Allah mengazab mereka dengan siksaan yang belum pernah
Dia timpakan kepada seorang pun di antara makhluk-Nya.” Nabi Muhammad
Saw. berkata, "Wahai Tuhanku, tidak, lebih baik biarkanlah aku dan
kaumku. Aku akan tetap menyeru mereka dari hari ke hari.” Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya,"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia.” (Al-Baqarah: 164), hingga akhir
ayat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula dari jalur lain melalui Ja'far ibnu
Abul Mugirah dengan lafaz yang sama. Ia menambahkan di akhirnya:
وَكَيْفَ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الصَّفَا وَهُمْ يَرَوْنَ مِنَ الْآيَاتِ مَا هُوَ أَعْظَمُ مِنَ الصَّفَا.
(Malaikat Jibril berkata), "Mengapa mereka meminta kepadamu Bukit Safa
(agar dijadikan emas), padahal mereka melihat tanda-tanda kekuasaan
Allah yang lebih besar daripada Bukit Safa itu?"
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah, telah menceritakan kepada
kami Syibl, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Ata yang menceritakan bahwa
diturunkan ayat berikut kepada Nabi Saw. ketika di Madinah, yaitu
firman-Nya:Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 163)
Maka orang-orang kafir Quraisy di Mekah berkata, "Bagaimanakah dapat
memenuhi manusia semuanya hanya dengan satu Tuhan?" Lalu Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia —sampai dengan firman-Nya—sungguh
(terdapat) tanda-tanda (kebesaran dan keesaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (Al-Baqarah: 164)
Dengan demikian, maka mereka mengetahui bahwa Tuhan adalah Yang Maha
Esa, dan Dia adalah Tuhan segala sesuatu serta Yang Menciptakan segala
sesuatu.
Waki' ibnul Jarrah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari ayahnya, dari Abud Duha, bahwa ketika firman-Nya berikut
diturunkan: Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Al-Baqarah:
163), hingga akhir ayat. Maka orang-orang musyrik berkata, "Sekiranya
demikian, hendaklah dia (Nabi Saw.) mendatangkan kepada kami suatu tanda
(bukti)." Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang—sampai
dengan firman-Nya— kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164)
Adam ibnu Iyas meriwayatkan pula dari Abu Ja'far (yakni Ar-Razi), dari
Sa'id ibnu Masruq (orang tua Sufyan), dari Abud Duha dengan lafaz yang
sama.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ
حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ
فَأَنزلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (57) وَالْبَلَدُ
الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَا
يَخْرُجُ إِلا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
(58)
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan
hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran.
Dan tanah yang baik tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur. (al a'rof 57-58)
Dalam pembahasan di atas disebutkan bahwa Allah-lah yang menciptakan
langit dan bumi, dan Dialah Yang Mengatur, Yang Memutuskan, Yang
Memerintah, dan Yang Menundukkannya. Dia memberikan petunjuk kepada
mereka agar berdoa kepada-Nya karena Dia Mahakuasa atas semua yang
dikehendaki-Nya. Kemudian dalam pembahasan ayat ini disebutkan bahwa
Allah mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dialah yang memberi
mereka rezeki, dan bahwa kelak Dia akan membangkitkan orang-orang yang
telah mati di hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ نشْرًا
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira. (Al-A'raf: 57)
Yakni angin yang bertiup menyebar membawa awan yang mengandung hujan. Di
antara ahli qiraat ada yang membacanya dengan bacaan yang semakna
dengan apa yang dikandung oleh firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira. (Ar-Rum: 46
Firman Allah Swt.:
{بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ}
sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57)
Maksudnya, sebelum kedatangan hujan. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ}
Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan
menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha
Terpuji. (Asy-Syura: 28)
{فَانْظُرْ إِلَى أَثَر رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ
مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ}
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah
menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa
seperti) demikian benar-benar(berkuasa) menghidupkan orang-orang yang
telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ar-Rum: 50)
Adapun firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا}
hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. (Al-A'raf: 57)
Yakni angin tersebut membawa awan yang mengandung air hujan yang ciri
khasnya gelap karena berat, penuh dengan air, dan tidak jauh dari
permukaan bumi.
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail dalam bait-bait syairnya, yaitu:
وأسلمتُ وجْهِي لمنْ أسْلَمَتْ ...لَهُ المُزْنُ تَحْمل عَذْبا زُلالا ...
وأسلَمْتُ وَجْهي لِمَنْ أسلَمَتْ ...لَهُ الْأَرْضُ تحملُ صَخرًا ثِقَالًا
Saya berserah diri kepada Tuhan yang berserah diri kepada-Nya awan yang mengandung air hujan yang tawar lagi mudah diminum.
Dan saya berserah diri kepada Tuhan yang berserah diri kepada-Nya bumi yang membawa batu-batu besar lagi berat.
Firman Allah Swt.:
{سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ}
Kami halau ke suatu daerah yang tandus.(Al-A'raf: 57)
Yakni ke suatu daerah yang kering dan tandus tidak ada tanam-tanamannya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
mati, Kami hidupkan bumi itu. (Yasin: 33), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini —yakni firman selanjutnya— disebutkan:
{فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى}
maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan.
Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati.
(Al-A'raf: 57)
Yaitu sebagaimana Kami hidupkan bumi yang telah mati itu sesudah
matinya, demikian pula Kami hidupkan jasad-jasad sesudah tulang
belulangnya hancur kelak di hari kiamat. Di hari kiamat nanti Allah
menurunkan hujan dari langit, hujan itu menyirami bumi selama empat
puluh hari. Maka tumbuhlah dari bumi semua jasad dari kuburnya
masing-masing seperti tumbuhnya bebijian dari dalam tanah.
Pengertian seperti ini banyak didapat di dalam Al-Qur'an. Diungkapkan
oleh Allah Swt. sebagai perumpamaan kejadian hari kiamat; Allah
mengungkapkannya dengan contoh Dia menghidupkan bumi yang telah mati.
Karena itulah di akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ}
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah. (Al-A'raf: 58)
Yakni tanah yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan cepat dan subur.
Seperti yang disebut dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
{فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا}
dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik. (Ali Imran-37)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلا نَكِدًا}
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. (Al-A'raf: 58)
Menurut Mujahid dan lain-lainnya, tanah yang tidak subur ialah seperti
tanah yang belum digarap dan belum siap untuk ditanami, serta tanah
lainnya yang tidak dapat ditanami.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
ayat ini, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah
untuk menggambarkan keadaan orang mukmin dan orang kafir.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيد بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي
بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ مَا بَعَثَنِي
اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ
أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَتْ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ،
فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ. وَكَانَتْ مِنْهَا
أَجَادِبَ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ،
فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا. وَأَصَابَ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى،
إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تَنْبُتُ (3) فَذَلِكَ
مَثَلُ مَنْ فَقُه فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ
بِهِ، فَعَلم وَعَلَّم، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا.
وَلَمْ يَقْبَل هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul
Ala, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, dari Yazid ibnu
Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang
diutuskan oleh Allah kepadaku (untuk menyampaikannya) adalah seperti
hujan deras yang menyirami bumi. Sebagian dari bumi ada yang subur dan
menerima air, maka ia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang
banyak. Dan sebagian dari yang lain ada yang tandus, tetapi dapat
menampung air, maka Allah memberikan manfaat kepada manusia melaluinya
sehingga mereka dapat minum, dapat pengairan dan bercocok tanam. Dan
hujan itu menimpa sebagian yang lain yang hanya merupakan rawa-rawa,
tidak dapat menahan air dan tidak (pula)menumbuhkan rerumputan. Maka
demikianlah perumpamaan orang yang mengerti tentang agama Allah dan
beroleh manfaat dari apa yang diutuskan oleh Allah kepadaku untuk
menyampaikannya, sehingga ia berilmu dan mengamalkannya. Juga sebagai
perumpamaan buat orang yang tidak mau memperhatikannya serta tidak mau
menerima petunjuk Allah yang disampaikan olehku.
Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari
Abu Usamah (yaitu Hammad ibnu Usamah) dengan lafaz yang sama.
Memang benar, angin hanya menjadi tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang berakal. Mereka memutar akal mereka untuk mengambil manfaat dan
pelajaran dari berbagai tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa
Dialah sang pengatur alam semesta dan menunjukkan bahwa Dia adalah zat
yang agung karena memiliki segala sifat kesempurnaan.
Angin itu terkadang menjadi hukuman dan siksaan, di samping terkadang
menjadi nikmat dan rahmat. Itu semua terjadi dengan perintah Allah.
Dalam sebuah hadits yang sahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang mencaci maki angin dengan alasan bahwa angin itu sekedar
makhluk yang diatur dan diperintah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اَلرِّيْحُ مِنْ رُوْحِ اللهِ تَأَتَي بِالرَّحْمَةِ وَالْعَذاَبِ فَلاَ
تَسُبُّوهَا وَلَكِنْ سَلُوا اللهَ مِنْ خَيْرِهَا وَتَعَوَّذُوا بِاللهِ
مِنْ شَرِّهَا
'Angin itu termasuk ruh Allah yang dapat mendatangkan rahmat dan siksa,
maka janganlah kamu mencelanya, tetapi mohonlah kebaikannya kepada Allah
dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya."'
[Shahih, di dalam kitab Takhrijul Kalim (153). Takhrijul Misykati
(1518). Ar-Raudh (1107). Abu Daud, 40- kitab Al Adah, 104- Bab doa
ketika angin ribut. Ibnu Majah, 33- Al Adab, 29- Bab Larangan Mencela
Angin, hadits (3727)].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,”Janganlah kamu
mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)
Dari Ubay berkata,Rosululloh Bersabda;
لاَ تَسُبُّوا الرِّيْحَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا مَا تَكْرَهُوْنَ
فَقُولُوا اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرَ
مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أَرْسَلْتَ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ
هَذِهِ الرِّيْحِ وَشّرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أَرْسَلْتَ بِهِ
"Janganlah kamu mencela angin. Apabila kalian melihat angin yang tidak
kalian sukai maka berdoalah, 'Ya Allah, sesungguhnya kami mohon
kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan apa yang ada di dalamnya,
serta kebaikan apa yang telah Engkau kirim. Saya berlindung kepada-Mu
dari kejelekan angin ini, serta apa yang ada di dalamnya dan apa yang
telah Engkau kirim.'"
[Shahih, di dalam kitab Ash-Shahihah, yang diriwayatkan dengan riwayat marfu' (2756)]
Jelas sekali bahwa mencela angin itu dilarang di dalam agama . Larangan
mencela angin di dalam hadits Ubay bin Ka’ab bersifat pengharaman bukan
sekedar pemakruhan. Seiring dengan itu mencela angin merupakan kebodohan
dan kelemahan akal pikiran pelakunya, sebab angin itu tidak bertiup
dengan sendirinya tetapi sesuai pengaturan AllahTa’ala, sehingga mencela
angin merupakan celaan terhadap Dzat yang mencipta dan mengatur angin
tersebut yaitu Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian, mencela angin dapat
menodai iman dan tauhid seseorang. Kita memohon kekokohan dan kemurnian
tauhid kepada Allah.
Saudaraku, ketahuilah tentara Alloh ‘Azza wa Jalla di langit dan di bumi
sangatlah banyak. Hanya Dialah yang Maha mengetahui jumlahnya.
Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman :
... وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ...
“…Dan tidak ada yang mengetahui tentara Robb-mu melainkan Dia sendiri…” QS. Al Muddatsir ; 74 ; 31
Dan ketahuilah bahwa angin itu salah satu dari tentara Alloh ‘Azza wa Jalla yang bergerak atas pengetahuan dan perintah-Nya.
قال الشافعي رحمه الله "لا ينبغي لأحد أن يسبَّ الرياح؛ فإنها خلق الله
مطيع، وجند من أجناده، يجعلها رحمة ونقمة إذا شاء. ولكن أمرنا صلى الله
عليه و سلم أن نسأل الله تعالى خيرها، ونعوذ بالله تعالى من شرها.
Imam Syafi’ie rohimahulloh mengatakan : “Tidak layak bagi seseorang
untuk mencaci maki angin. Karena ia sesungguhnya adalah ciptaan Alloh
yang taat dan salah satu tentara-Nya. Dia menjadikannya sebagai rahmat
dan adzab jika menghendakinya. Kita diperintah Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam agar memohon kepada Alloh kebaikan angin itu dan
berlindung kepada-Nya dari keburukannya. ( Lihat Syarh Hisnil Muslim
bab 61 Du’aa-u ar-Rieh )
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melarang kita dari
mencela angin, beliau pun memberi arahan saat angin bertiup kencang dan
menimbulkan rasa takut kepada kita. Arahan tersebut berupa zikir atau
doa yang mengandung perwujudan tauhid seseorang berupa sikap tawakal,
ketergantungan, harapan (raja’), berlindung dari keburukan (isti’adzah)
dan rasa takut (khauf) hanya kepada Allah tiada sekutu bagi-Nya.
Masya Allah ! Ternyata Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna.
Dalam situasi yang mungkin kita anggap alami seperti ini, ternyata agama
ini memberi tuntunan kepada kita, terlebih ketika –nyatanya- terkait
erat dengan tauhid seseorang. Apakah hal-hal seperti ini terlintas di
dalam benak kita ?!
Hadits ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa.
وحَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ
ابْنَ جُرَيْجٍ، يُحَدِّثُنَا، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ
عَائِشَةَ زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا
قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَصَفَتِ
الرِّيحُ، قَالَ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا
فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ "، قَالَتْ: وَإِذَا
تَخَيَّلَتِ السَّمَاءُ تَغَيَّرَ لَوْنُهُ وَخَرَجَ وَدَخَلَ وَأَقْبَلَ
وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ سُرِّيَ عَنْهُ، فَعَرَفْتُ ذَلِكَ فِي
وَجْهِهِ.قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: " لَعَلَّهُ يَا
عَائِشَةُ كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ: فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا
مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا "
Dan telah menceritakan kepadaku Abuth-Thaahir : Telah mengkhabarkan
kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Aku mendengar Ibnu Juraij
menceritakan kepada kami, dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, dari ‘Aaisyah
istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : Jika angin
bertiup kencang, maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berdoa :
“(Alloohumma innii as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa, wa khoiro
maa ursilat bihi. Wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa
syarri maa ursilat bihi) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya,
kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau kirimkan
dengannya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang
ada di dalamnya dan keburukan apa yang Engkau kirimkan dengannya”.
‘Aaisyah berkata : “Apabila langit gelap berawan, maka beliau akan
kelihatan pucat, keluar masuk rumah, ke depan dan ke belakang. Dan jika
hujan turun, beliau pun merasa gembira. Aku mengetahuinya dari raut
wajah beliau. Saya menanyakan hal itu kepada beliaushallallaahu ‘alaihi
wa sallam, lalu beliau bersabda : "Barangkali wahai ‘Aaisyah, kalau
cuaca seperti ini, saya khawatir jangan-jangan akan terjadi seperti apa
yang diungkapkan oleh kaum 'Aad : 'Maka tatkala mereka melihat azab itu
berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka:
'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami (QS. Al-Ahqaaf :
24)’ - (padahal yang sesungguhnya itu adalah adzab dari Allah ta’ala)"
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 899].
Hadits yang senada dengan hadits di atas jumlahnya banyak. Sebagiannya nanti juga akan kami sampaikan.
Diaturnya angin oleh Allah adalah sebuah nikmat yang sangat besar bagi
manusia. Hendaknya kita merasakan adanya nikmat tersebut dan nilainya
serta menyadari manfaat yang kita petik darinya. Seandainya angin itu
tidak diatur oleh Allah tentu tidak akan ada kehidupan bagi manusia.
Dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan pun akan kacau balau. Makanan akan rusak
dan busuklah seluruh penjuru bumi.
Pengaruh dan manfaat angin itu sangat banyak, tak terhitung. Seandainya
angin itu hanya diam dan tenang tidak bergerak atau bertiup maka seluruh
bagian bumi ini terutama tumbuh-tumbuhan akan busuk. Hewan-hewan akan
menjadi bangkai.
Jadi bertiupnya angin itu sebuah nikmat. Karenanya ada pergerakan udara.
Udara pun menjadi bersih dan jernih. Berbagai penyakit hilang dan
berbagai nikmat, kebaikan dan manfaat besar pun datang. Semua itu karena
angin yang diatur oleh Allah.
Terkadang Allah mengirim angin yang mendorong mendung yang memuat hujan.
Hujan adalah kabar gembira dan pembawa berbagai kebaikan. Masih banyak
manfaat dan hasil yang akan dirasakan oleh manusia oleh sebab angin.
Oleh karena itu, dalam al Qur’an kita jumpai Allah menyebut angin dalam
bentuk jamak. Hal ini mengisyaratkan banyak dan besarnya manfaat yang
Allah letakkan pada angin.
Terkadang Allah mengirimkan angin sebagai siksaan dan hukuman. Angin
datang membawa adzab yang menjadi sebab mati dan hancurnya manusia,
tetumbuhan dan berbagai binatang. Hal ini terjadi sebagai hukuman Allah
dan pelajaran yang bisa dipetik oleh orang yang mau mengambil pelajaran.
Di antaranya adalah kisah yang Allah ceritakan dalam al Qur’an tentang
hukuman yang Allah berikan kepada kaum ‘Aad yang merupakan kaum Nabi
Hud. Allah hancurkan mereka dengan angin.
وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (41)مَا
تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (42)
Yang artinya, “Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada
mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satupun yang
dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk” (QS adz
Dzariyat:41-42).
Dalam kisah yang Allah tuturkan dalam al Qur’an, pada saat angin adzab
datang, saat pertama kali mengetahui hal tersebut, kaum ‘Aad beranggapan
bahwa angin tersebut membawa awan yang akan menurunkan hujan. Mereka
anggap bahwa angin tersebut adalah angin pembawa nikmat dan kabar
gembira.
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا
عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا
عَذَابٌ أَلِيمٌ (24)تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا
فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ
الْمُجْرِمِينَ (25)
Yang artinya, “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang
menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang
akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang
kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung
azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah
Tuhannya. Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali
(bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada kaum yang berdosa” (QS al Ahqof:24-25).
Yang dimaksud ‘tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas)
tempat tinggal mereka’ adalah tidak ada lagi satu pun orang yang hidup
di dalam rumah-rumah mereka. Artinya seluruh mereka hancur dan mati
disebabkan angin tersebut cukup dalam sekejap mata saja dengan sekali
hembusan.
Sungguh ini adalah tanda dan bukti kekuasaan Allah yang sangat besar.
Seyogyanya orang-orang yang beriman mengambil pelajaran darinya.
Di antara hal yang luar biasa dalam angin adalah dia bisa memahami
perintah dan mentaati Tuhannya. Dia laksanakan semua perintah-Nya.
Di antara hal yang unik dalam angin adalah setiap hari Jumat angin itu
merasa takut. Angin itu paham bahwa hari Kiamat akan terjadi pada hari
Jumat. Karenanya setiap hari Jumat angin merasa takut dan khawatir
jangan-jangan Kiamat akan terjadi. Hal ini disebabkan Allah memberi
kemampuan untuk memahami bagi angin.
DIUTUSNYA ANGIN YANG LEMBUT UNTUK MENCABUT RUH ORANG-ORANG YANG BERIMAN
Dan di antaranya adalah berhembusnya angin yang lembut untuk mencabut
ruh orang-orang yang beriman. Maka, tidak ada lagi di muka bumi orang
yang berkata, “Allah, Allah”, yang ada hanyalah manusia yang paling
durjana dan kepada merekalah Kiamat terjadi.
Telah tetap sebuah riwayat tentang sifat angin ini, ia adalah angin yang
lebih lembut daripada sutera. Hal itu merupakan kemuliaan yang Allah
berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman pada zaman yang penuh dengan
fitnah dan kejelekan.
Dijelaskan dalam hadits an-Nawwas bin Sam’an yang panjang tentang kisah
Dajjal, turunnya ‘Isa q, dan keluarnya Ya’-juj dan Ma’-juj:
إِذْ بَعَثَ اللهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ،
فَتَقِبْضُ رُوْحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ، وَيَبْقَى شِرَارُ
النَّاسِ؛ يَتَهَارَجُوْنَ فِيْهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ، فَعَلَيْهِمْ
تَقُوْمُ السَّاعَةُ.
“Tiba-tiba saja Allah mengutus angin yang lembut, sehingga (angin
tersebut) mengambil (mewafatkan) mereka dari bawah ketiak-ketiak mereka,
lalu diambillah setiap ruh mukmin dan muslim, dan yang tersisa hanyalah
manusia yang paling durjana. Mereka menggauli wanita-wanita mereka
secara terang-terangan bagaikan keledai, maka kepada merekalah Kiamat
akan terjadi.” [Shahiih Muslim, bab Dzikrud Dajjaal (XVIII/70, dalam
Syarh an-Nawawi).]
Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, beliau
berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ... (فَذَكَرَ الْحَدِيْثَ، وَفِيْهِ:) فَيَبْعَثُ
اللهُ عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُوْدٍ،
فَيَطْلُبُهُ، فَيُهْلِكُهُ، ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِيْنَ،
لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ رِيْحًا
بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ، فَلاَ يَبْقَى عَلَـى وَجْهِ اْلأَرْضِ
أَحَدٌ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيْمَانٍ إِلاَّ
قَبَضَتْهُ، حَتَّـى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِـي كَبِدِ جَبَلٍ
لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ.
“Dajjal keluar… (lalu beliau menuturkan haditsnya, di dalamnya
diungkapkan:) Kemudian Allah mengutus ‘Isa bin Maryam seakan-akan ia
adalah ‘Urwah bin Mas’ud, lalu beliau mencarinya (Dajjal), kemudian
membinasakannya. Selanjutnya manusia berdiam selama tujuh tahun di mana
tidak ada permusuhan di antara dua orang. Lalu Allah mengutus angin
dingin dari arah Syam, tidak ada seorang pun di muka bumi yang memiliki
kebaikan atau keimanan sebesar biji sawi di dalam hatinya melainkan
Allah mencabutnya, walaupun seseorang di antara kalian masuk ke
tengah-tengah gunung niscaya angin tersebut akan memasukinya sehingga ia
mencabutnya. (mewafatkannya).” [Shahiih Muslim, kitab Asyraatus Saa’ah
bab Dzikrud Dajjal (XVIII/75-76, Syarh an-Nawawi).]
Beberapa hadits telah menunjukkan bahwa keluarnya angin ini terjadi
setelah turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam, tepatnya setelah terbunuhnya
Dajjal dan binasanya Ya'-juj dan Ma'-juj.
Demikian pula, sesungguhnya keluarnya angin tersebut terjadi setelah
matahari terbit dari barat, setelah keluarnya binatang besar (dari perut
bumi) juga berbagai macam tanda-tanda besar Kiamat lainnya.
Berdasarkan hal itu, maka keluarnya angin sangat dekat dengan terjadi-nya Kiamat.
Hadits-hadits yang menjelaskan keluarnya angin ini sama sekali tidak bertentangan dengan hadits:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي؛ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan
kebenaran, mereka akan senantiasa ada sampai hari Kiamat.” [Shahiih
Muslim, kitab al-Iimaan bab Nuzuulu ‘Isa ibni Maryam Haakiman (II/ 193,
Syarh an-Nawawi).]
Dalam riwayat lain:
ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِك.
“Selalu menampakkan kebenaran, orang yang menghinakan mereka tidak akan
pernah bisa membahayakannya, hingga datang perintah Allah sementara
mereka tetap dalam keadaan demikian.”[Shahiih Muslim, kitab al-Imaarah,
bab Qauluhu laa Tazaalu Thaa-ifatun min Ummatii Zhaa-hiriin (XIII/65,
Syarh Muslim).]
Makna hadits ini bahwa mereka senantiasa berada di atas kebenaran
hing-ga angin lembut tersebut mencabut nyawa mereka menjelang Kiamat.
Jadi, makna (أَمْرُ اللهِ) adalah berhembusnya angin tersebut.
Dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, bahwa
munculnya angin tersebut berasal dari arah Syam, sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya.
Sementara dijelaskan di dalam hadits lain dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ رِيْحًا مِنَ الْيَمَنِ، أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيْرِ،
فَلاَ تَدَعُ أَحَدًا فِـيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيْمَانٍ؛
إِلاَّ قَبَضَتْهُ.
‘Sesungguhnya Allah mengirimkan angin dari arah Yaman yang lebih lembut
daripada sutera, angin itu tidak akan pernah meninggalkan seorang pun
yang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi melainkan dia
mencabutnya (mewafatkannya).” [Shahiih Muslim, bab Fir Riih al-Lati
Takuunu Qurbal Qiyaamah (II/132, Syarh an-Nawawi).]
Hal ini bisa dijawab dari dua sisi:
Pertama: Kemungkinan akan ada dua angin, dari arah Syam dan dari arah Yaman.
Kedua: Bisa juga bahwa awalnya dari salah satu di antara dua daerah
tersebut, kemudian sampai ke arah lainnya (dari dua arah itu), dan
menyebar di sana.
Dalam kondisi angin bertiup kencang, hendaknya hati kita tergerak untuk mengambil pelajaran dari berbagai tanda kekuasaan Allah.
Ya Allah, jadikanlah kami orang yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Mu dan tunjukilah kami jalan-Mu yang lurus.
Ini yang bisa kami sampaikan. Aku memohon ampunan untukku dan kalian serta seluruh kaum muslimin dari seluruh dosa.
Mohonlah ampunan kepada-Nya niscaya Dia akan mengampuni kalian sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar