Menegakkan ibadah dan isti’anah (memohon pertolongan) kepada Allah
adalah sarana untuk meraih kebahagiaan abadi dan keselamatan dari semua
keburukan. Maka tidak ada jalan untuk meraih keselamatan kecuali dengan
menegakkan keduanya.
Ibadah adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan diridhai
Allah berupa perbuatan dan ucapan, yang lahir maupun yang batin. Selain
itu, menegakkan ibadah dan isti’anah (memohon pertolongan) kepada Allah
adalah sarana untuk meraih kebahagiaan abadi dan keselamatan dari semua
keburukan. Maka tidak ada jalan untuk meraih keselamatan kecuali dengan
menegakkan keduanya.
Berikut adalah Hadis Shahih perintah Nabi saw kepada Mu’adz bin Jabal untuk selalu berdoa setelah selesai shalat:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي لَأُحِبُّكَ يَا مُعَاذُ
فَقُلْتُ وَأَنَا أُحِبُّكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَدَعْ أَنْ تَقُولَ فِي كُلِّ
صَلَاةٍ رَبِّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Dari Mu’adz bin Jabal dia berkata; “Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa
Sallam memegang tanganku sambil berkata kepadaku: “Aku mencintaimu wahai
Mu’adz!” Lalu aku juga berkata: ‘Aku juga mencintai Engkau wahai
Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam! ‘ Lalu beliau
Shallallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Janganlah kau meninggalkan
bacaan berikut ini setelah usai shalat.”Ya Allah, tolonglah aku untuk
ingat dan bersyukur kepada-Mu, serta beribadah kepada-Mu dengan baik.”
(HR An-Nasa’i no. 1286 juga HR Abu Dawud no. 1301)
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ
أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian Yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu,
janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian
mengetahui. (QS Al-Baqoroh Ayat 21-22)
Allah Swt. menjelaskan tentang sifat uluhiyyah-Nya Yang Maha Esa, Ikhlas
dalam beribadah kepada Allah jika dicermati secara mendalam
sesungguhnya menjadi keharusan bagi kita. Allah adalah Tuhan yang
menciptakan diri kita dari mulanya tidak ada menjadi ada. Oleh karena
itu, sangat keliru jika kita menyakini bahwa manusia tercipta dengan
sendirinya. Manusia hanyalah salah satu makhluk Allah di dunia ini.
Manusia juga bukanlah makhluk yang memiliki kekuatan dan kemampuan tidak
terbatas. Manusia hanya makhluk lemah yang sering dilingkupi rasa
ketakutan saat ada kekuatan lain yang dapat mengancam keselamatan
dirinya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan sesuatu yang dapat
menghilangkan dari kekhawatiran dan ketakutannya itu.
Manusia pada akhirnya mencari Tuhan yang diyakini dapat memenuhi segala
kebutuhan, mampu menghilangkan kecemasan, dan bisa memenuhi kekurangan.
Dengan demikian, kita tidak perlu menyembah kepada sesama makhluk yang
memiliki kekuasaan dan kemampuan terbatas, kita hanya perlu bergantung
dan memohon pertolongan kepada Allah yang menguasai seluruh jagat raya
ini. Oleh karena tempat bergantung kita hanyalah Allah, kita juga harus
tunduk untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Inilah yang disebut bertakwa kepada Allah.
Bahwa Dialah yang memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan
menciptakan mereka dari tiada ke alam wujud, lalu melimpahkan kepada
mereka segala macam nikmat lahir dan batin. Allah menjadikan bagi mereka
bumi sebagai hamparan buat tempat mereka tinggal, diperkokoh
kestabilannya dengan gunung-gunung yang tinggi lagi besar; dan Dia
menjadikan langit sebagai atap, sebagaimana disebutkan di dalam ayat
lain, yaitu firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ}
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedangkan
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat
padanya. (Al-Anbiya: 32)
Allah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. Yang dimaksud dengan
lafaz as-sama dalam ayat ini ialah awan yang datang pada waktunya di
saat mereka memerlukannya. Melalui hujan, Allah menumbuhkan buat mereka
berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis buah, sebagaimana
yang telah disaksikan. Hal tersebut sebagai rezeki buat mereka, juga
buat ternak mereka, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ayat
lainnya. Di antara ayat-ayat tersebut yang paling dekat pengertiannya
dengan maksud ini ialah firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian tempat menetap dan langit
sebagai atap, dan membentuk kalian, lalu membaguskan rupa kalian serta
memberi kalian rezeki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu
adalah Allah Tuhan kalian, Maha-agung Allah, Tuhan semesta alam.
(Al-Mu’min: 64)
Kesimpulan makna yang dikandung ayat ini ialah bahwa Allah adalah Yang
Menciptakan, Yang memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para
penghuninya, dan Yang memberi mereka rezeki. Karena itu, Dia sematalah
Yang harus disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan
selain-Nya, sebagaimana yang dinyatakan di dalam ayat lain:
{فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (Al-Baqarah: 22)
Di dalam hadis Sahihain disebutkan dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: "أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا، وهو خلقك" الحديث
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi
Allah? Beliau menjawab,"Bila kamu mengadakan sekutu bagi Allah, padahal
Dialah Yang menciptakanmu,'" hingga akhir hadis.
Demikian pula yang disebutkan di dalam hadis Mu'az yang menyebutkan.
"أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ؟ أَنْ يَعْبُدُوهُ لَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا" الْحَدِيثَ
Tahukah kamu apa hak Allah yang dibebankan pada hamba-hamba-Nya?" lalu
disebutkan, "Hendaklah mereka menyembah-Nya dan jangan
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun," hingga akhir hadis.
Di dalam hadis lain disebutkan seperti berikut:
"لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ"
Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan, "Ini adalah
yang dikehendaki oleh Allah, dan yang dikehendaki oleh si Fulan," tetapi
hendaklah ia mengatakan, "Ini yang dikehendaki oleh Allah" kemudian,
"Ini yang dikehendaki oleh si Fulan.
قَالَ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ،
عَنْ رِبْعيِّ بْنِ حِرَاش، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ سَخْبَرَة، أَخِي
عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ لِأُمِّهَا، قَالَ: رَأَيْتُ فِيمَا يَرَى
النَّائِمُ، كَأَنِّي أَتَيْتُ عَلَى نَفَرٍ مِنَ الْيَهُودِ، فَقُلْتُ:
مَنْ أَنْتُمْ؟ فَقَالُوا: نَحْنُ الْيَهُودُ، قُلْتُ: إِنَّكُمْ
لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: عُزَير ابْنُ اللَّهِ.
قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ:
مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ. قَالَ: ثُمَّ مَرَرْتُ بِنَفَرٍ
مِنَ النَّصَارَى، فَقُلْتُ: مَنْ أَنْتُمْ؟ قَالُوا: نَحْنُ النَّصَارَى.
قُلْتُ: إِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ:
الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ. قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ
لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ.
فَلَمَّا أَصْبَحْتُ أَخْبَرْتُ بِهَا مَنْ أَخْبَرْتُ، ثُمَّ أَتَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ:
"هَلْ أَخْبَرْتَ بِهَا أَحَدًا؟ " فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَامَ، فَحَمِدَ
اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ طُفيلا
رَأَى رُؤْيَا أَخْبَرَ بِهَا مَنْ أَخْبَرَ مِنْكُمْ، وَإِنَّكُمْ
قُلْتُمْ كَلِمَةً كَانَ يَمْنَعُنِي كَذَا وَكَذَا أَنْ أَنْهَاكُمْ
عَنْهَا، فَلَا تَقُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ، وَلَكِنْ
قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ".
Hammad ibnu Salimah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul
Malik ibnu Umair, dari Rab'i ibnu Hirasy, dari Tufail ibnu Sakhbirah
(saudara lelaki ibu Siti Aisyah r.a.) yang menceritakan bahwa ia melihat
dalam mimpinya seakan-akan berada di tengah-tengah orang-orang Yahudi,
lalu ia bertanya (kepada mereka), "Siapakah kalian?" Mereka menjawab,
"Kami adalah orang-orang Yahudi." Ia berkata, "Sesungguhnya kalian
benar-benar merupakan suatu kaum jikalau kalian tidak mengatakan bahwa
Uzair anak laki-laki Allah." Mereka mengatakan, "Sesungguhnya kalian pun
merupakan suatu kaum jikalau kalian tidak mengatakan bahwa ini apa yang
dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki oleh Muhammad." Kemudian
Tufail bersua dengan segolongan orang-orang Nasrani, lalu ia bertanya,
"Siapakah kalian?" Mereka menjawab, "Kami orang-orang Nasrani." Ia
berkata, "Sesungguhnya kalian benar-benar merupakan suatu kaum jikalau
kalian tidak mengatakan bahwa Al-Masih anak laki-laki Allah." Mereka
berkata, "Dan sesungguhnya kamu pun benar-benar merupakan suatu kaum
jikalau kamu tidak mengatakan bahwa ini adalah apa yang dikehendaki oleh
Allah dan yang dikehendaki oleh Muhammad." Pada pagi harinya Tufail
menceritakan mimpi itu kepada sebagian orang yang biasa mengobrol
dengannya, kemudian ia datang kepada Nabi Saw. dan menceritakan hal itu
kepadanya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah engkau telah menceritakannya
kepada seseorang?" Ia menjawab, "Ya." Maka Nabi Saw. berdiri, lalu
memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya. Setelah itu beliau Saw.
bersabda: Amma ba'du, sesungguhnya Tufail telah melihat sesuatu dalam
mimpinya yang telah ia ceritakan kepada sebagian orang di antara kalian
yang menerima berita darinya. Sesungguhnya kalian telah mengatakan suatu
kalimat yang pada mulanya aku terhalang oleh anu dan anu untuk melarang
kalian mengatakannya. Maka sekarang janganlah kalian mengatakan, "Ini
adalah apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki oleh
Muhammad" melainkan katakanlah, "Ini adalah yang dikehendaki oleh Allah
semata."
Demikian riwayat Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya mengenai ayat
ini melalui hadis Hammad ibnu Salimah dengan lafaz yang sama. Hadis ini
diketengahkan pula oleh Ibnu Majah dari jalur lain melalui Abdul Malik
ibnu Umair dengan lafaz yang sama atau semisal.
قَالَ سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، عَنِ الْأَجْلَحِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ الْكِنْدِيِّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ،
قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا
شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ. فَقَالَ: "أَجَعَلْتَنِي لِلَّهِ نِدًّا؟ قُلْ:
مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ".
Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri mengatakan dari Al-Ajlah ibnu Abdullah
Al-Kindi, dari Yazid ibnul Asam, dari Ibnu Abbas yang menceritakan:
Seorang lelaki berkata kepada Nabi Saw., "Ini adalah yang dikehendaki
oleh Allah dan olehmu." Maka Nabi Saw. bersabda, "Apakah engkau
menjadikan diriku sebagai tandingan Allah! Katakanlah, 'Inilah yang
dikehendaki oleh Allah semata'"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih. Imam Nasai serta Imam
Ibnu Majah telah mengetengahkannya dari hadis Isa ibnu Yunus. dari
Al-Ajlah dengan lafaz yang sama.
Semua itu ditandaskan demi memelihara dan melindungi ketauhidan.
Muhammad ibnu Ishak mengatakan, telah menceritakan kepada-nya Muhammad
ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai manusia,
sembahlah Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 21) Ayat ini ditujukan kepada kedua
golongan secara keseluruhan, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. Dengan kata lain, esakanlah Tuhan kalian yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang sebelum kalian.
Hal yang sama dikatakan pula dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, janganlah kalian
mengadakan sekulu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui.
(Al-Baqarah: 22) Maksudnya, janganlah kalian mempersekutukan Allah
dengan selain-Nya, yaitu dengan tandingan-tandingan yang tidak dapat
menimpakan mudarat dan tidak dapat memberi manfaat, padahal kalian
mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang memberi rezeki kepada kalian
selain Allah. Kalian telah mengetahui apa yang diserukan oleh Muhammad
kepada kalian —yaitu ajaran tauhid— adalah perkara yang hak yang tiada
keraguan di dalamnya. Demikian pula menurut Qatadah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr
ibnu Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Amr, telah menceritakan
kepada kami Abu Dahhak ibnu Mukhallad alias Abu Asim, telah menceritakan
kepada kami Syabib ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami Ikrimah,
dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan firman-Nya, "Fala taj'alu lillahi
andadan." Istilah andad yaitu sama dengan mempersekutukan Allah, syirik
itu lebih samar daripada rangkakan semut di atas batu hitam yang licin
di dalam kegelapan malam.
Contoh perbuatan syirik (atau mempersekutukan Allah) ialah ucapan
seseorang, "Demi Allah dan demi hidupmu, hai Fulan, dan demi hidupku."
Juga ucapan, "Seandainya tidak ada anjing, niscaya maling akan datang ke
rumah kami tadi malam," atau "Seandainya tidak ada angsa, niscaya
maling memasuki rumah kami." Demikian pula ucapan seseorang kepada
temannya, "Ini adalah yang dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki
olehmu." Juga ucapan, "Seandainya tidak ada Allah dan si Fulan,"
semuanya itu merupakan perkataan yang menyebabkan kemusyrikan.
Di dalam hadis disebutkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada
Rasulullah Saw., "Ini adalah yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki
olehmu." Maka beliau Saw. bersabda:
"أَجَعَلْتَنِي لِلَّهِ نِدًّا"
Apakah kamu menjadikan diriku sebagai tandingan Allah?
Di dalam hadis lain disebutkan:
"نِعْمَ الْقَوْمُ أَنْتُمْ، لَوْلَا أَنَّكُمْ تُنَدِّدُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ، وَشَاءَ فُلَانٌ".
Sebaik-baik kaum adalah kalian jikalau kalian tidak melakukan tandingan
(terhadap Allah), (karena) kalian mengatakan, "Ini adalah yang
dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki oleh si Fulan."
Abul Aliyah mengatakan, makna andadan dalam firman-Nya, "Fala taj'alu
lillahi andadan," ialah tandingan dan sekutu. Demikian dikatakan oleh
Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, As-Saddi, Abu Malik, dan Ismail ibnu Abu
Khalid.
Mujahid mengatakan bahwa makna firman-Nya,"Wa-antum ta'-lamuna," ialah
sedangkan kalian mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa di
dalam kitab Taurat dan kitab Injil.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو خَلَفٍ
مُوسَى بْنُ خَلَفٍ، وَكَانَ يُعَد مِنَ البُدَلاء، حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ مَمْطُورٍ،
عَنِ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، أَمَرَ يَحْيَى
بْنَ زَكَرِيَّا، عَلَيْهِ السَّلَامُ، بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ
بِهِنَّ، وَأَنْ يَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ،
وَكَانَ يُبْطِئُ بِهَا، فَقَالَ لَهُ عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ:
إِنَّكَ قَدْ أُمِرْتَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ تَعْمَلَ بِهِنَّ
وَتَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ، فَإِمَّا أَنْ
تُبْلِغَهُنَّ، وَإِمَّا أَنْ أُبْلِغَهُنَّ. فَقَالَ: يَا أَخِي، إِنِّي
أَخْشَى إِنْ سَبَقْتَنِي أَنْ أُعَذَّبَ أَوْ يُخْسَفَ بِي". قَالَ:
"فَجَمَعَ يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي بَيْتِ
الْمَقْدِسِ، حَتَّى امْتَلَأَ الْمَسْجِدُ، فَقَعَدَ عَلَى الشَّرَفِ،
فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ
أَمَرَنِي بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ بِهِنَّ، وَآمُرَكُمْ أَنْ
تَعْمَلُوا بِهِنَّ، وَأَوَّلُهُنَّ: أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ لَا
تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ مَثَل رَجُلٍ اشْتَرَى
عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بوَرِق أَوْ ذَهَبٍ، فَجَعَلَ يَعْمَلُ
وَيُؤَدِّي غَلَّتَهُ إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ فَأَيُّكُمْ يَسُرُّهُ أَنْ
يَكُونَ عَبْدُهُ كَذَلِكَ؟ وَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَكُمْ وَرَزَقَكُمْ
فَاعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ؛
فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ،
فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا. وَأَمَرَكُمْ بِالصِّيَامِ،
فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ مَعَهُ صُرَّةً مِنْ مِسْكٍ فِي
عِصَابَةٍ، كُلُّهُمْ يَجِدُ رِيحَ الْمِسْكِ. وَإِنَّ خُلُوفَ فَمِ
الصَّائِمِ عِنْدَ اللَّهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ. وَأَمَرَكُمْ
بِالصَّدَقَةِ؛ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ
الْعَدُوُّ، فَشَدُّوا يَدَيْهِ إِلَى عُنُقِهِ، وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا
عُنُقَهُ، فَقَالَ لهم: هل لكم أن أفتدي
نَفْسِي ؟ فَجَعَلَ يَفْتَدِي نَفْسَهُ مِنْهُمْ بِالْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ
حَتَّى فَكَّ نَفْسَهُ. وَأَمَرَكُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ كَثِيرًا؛ وَإِنَّ
مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ طَلَبَهُ الْعَدُوُّ سِراعا فِي أَثَرِهِ،
فَأَتَى حِصْنًا حَصِينًا فَتَحَصَّنَ فِيهِ، وَإِنَّ الْعَبْدَ أَحْصَنُ
مَا يَكُونُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِذَا كَانَ فِي ذِكْرِ اللَّهِ".
قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"وَأَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ اللَّهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ: الْجَمَاعَةُ،
وَالسَّمْعُ، وَالطَّاعَةُ، وَالْهِجْرَةُ، وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ؛ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ الْجَمَاعَةِ قيدَ شِبْر فَقَدْ
خَلَعَ رِبْقة الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ، إِلَّا أَنْ يُرَاجِعَ وَمَنْ
دَعَا بِدَعْوَى جَاهِلِيَّةٍ فَهُوَ مِنْ جِثِيِّ جَهَنَّمَ". قَالُوا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى ؟ فَقَالَ: "وَإِنْ صَلَّى
وَصَامَ وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ؛ فَادْعُوا الْمُسْلِمِينَ
بِأَسْمَائِهِمْ عَلَى مَا سَمَّاهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Abu Khalaf (yaitu Musa ibnu Khalaf, beliau
termasuk wali abdal), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu
Kasir, dari Zaid ibnu Salam, dari kakeknya (Mamtur), dari Al-Haris
Al-Asy'ari, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda,"Sesungguhnya Allah Swt.
memerintahkan kepada Yahya ibnu Zakaria a.s. untuk mengamalkan lima
kalimat dan memerintahkan kepada Bani Israil untuk mengamalkannya. Akan
tetapi, hampir saja Yahya a.s. terlambat mengamalkannya, lalu Isa a.s.
berkata kepadanya, 'Sesungguhnya kamu telah diperintahkan untuk
mengamalkan lima kalimat. Kamu pun memerintahkan kepada Bani Israil agar
mereka mengamalkannya. Apakah kamu yang menyampaikan, atau diriku yang
menyampaikannya?' Yahya menjawab, 'Hai Saudaraku, sesungguhnya aku
merasa takut jika kamu yang menyampaikannya, nanti aku akan diazab atau
dikutuk.' Kemudian Yahya ibnu Zakaria mengumpulkan kaum Bani Israil di
Baitul Muqaddas hingga masjid menjadi penuh oleh mereka. Yahya duduk di
atas tempat yang tinggi, lalu memuji dan menyanjung Allah Swt. Kemudian
ia mengatakan, 'Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk
mengamalkan lima kalimat. Dia memerintahkan pula kepada kalian agar
mengamalkannya. Pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah
kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Karena sesungguhnya
perumpamaan orang yang mempersekutukan Allah itu seperti keadaan seorang
lelaki yang membeli seorang budak dengan uangnya sendiri secara murni,
baik uang perak ataupun uang emas. Lalu si budak bekerja dan memberikan
hasil penjualan jasanya itu kepada selain tuannya. Maka siapakah di
antara kalian yang suka diperlakukan seperti demikian? Sesungguhnya
Allah-lah yang menciptakan kalian dan yang memberi rezeki kalian. Maka
sembahlah Dia oleh kalian dan jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Allah memerintahkan kalian untuk mengerjakan salat, karena
sesungguhnya Zat Allah berada di hadapan hamba-Nya selagi si hamba (yang
sedang salat itu) tidak menoleh. Karena itu, apabila kalian sedang
salat, janganlah kalian menoleh. Allah telah memerintahkan kalian puasa,
karena sesungguhnya perumpamaan puasa itu seperti keadaan seorang
lelaki yang membawa sebotol minyak kesturi berada di tengah-tengah
segolongan kaum, lalu mereka dapat mencium bau wangi minyak kesturinya.
Sesungguhnya bau mulut orang yang sedang puasa lebih wangi di sisi Allah
daripada minyak kesturi. Allah memerintahkan kalian untuk bersedekah,
karena sesungguhnya perurnpamaan sedekah itu seperti seorang laki-laki
yang ditawan musuh, dan mengikat kedua tangannya ke lehernya, lalu
mengajukannya untuk menjalani hukuman pancung. Kemudian lelaki itu
berkata, 'Bolehkah aku menebus diriku dari kalian?' Lalu lelaki itu
menebus dirinya dengan semua miliknya, baik yang bernilai murah maupun
yang bernilai mahal, hingga dirinya terbebas. Allah memerintahkan kalian
untuk berzikir dengan banyak mengingat Allah, karena sesungguhnya
perurnpamaan hal ini seperti keadaan seorang lelaki yang dikejar-kejar
musuh yang memburunya dengan cepat dari belakang. Kemudian lelaki itu
sampai ke suatu benteng, lalu ia berlindung di dalam benteng itu (dari
kejaran musuhnya). Sesungguhnya tempat yang paling kuat bagi seorang
hamba untuk melindungi dirinya dari setan ialah bila ia selalu dalam
keadaan berzikir mengingat Allah'."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Dan aku
perintahkan kalian untuk mengerjakan lima perkara yang telah
diperintahkan oleh Allah kepadaku, yaitu (menetapi) jamaah (persatuan),
tunduk dan taat (kepada ulil amri), dan hijrah serta jihad di jalan
Allah. Karena sesungguhnya barang siapa yang keluar dari jamaah dalam
jarak satu jengkal, berarti dia telah rnenanggalkan ikalan Islam dari
lehernya, kecuali jika ia bertobat. Barang siapa yang memanggil dengan
memakai seruan Jahiliyah. maka ia dimasukkan ke dalam neraka Jahannam
dalam keadaan berlutut. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun
dia puasa dan salat?" Beliau Saw. menjawab, "Sekalipun dia salat dan
puasa, serta mengaku dirinya muslim. Maka panggillah orang-orang muslim
dengan nama-namanya sesuai dengan nama yang telah diberikan oleh Allah
buat mereka; orang-orang muslim dan orang-orang mukmin adalah
hamba-hamba Allah.
Hadis ini berpredikat hasan, sedangkan syahid (bukti) dari hadis ini
yang berkaitan dengan makna ayat yang sedang kita bahas ini ialah
kalimat yang mengatakan, "Dan sesungguhnya Allah telah menciptakan
kalian dan memberi kalian rezeki.Maka sembahlah Dia oleh kalian, dan
janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Ayat yang sedang kita bahas menunjukkan bahwa hanya Allah semata yang
berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Kebanyakan ulama tafsir —seperti
Ar-Razi dan lain-lainnya— menyimpulkan dalil dari hadis ini adanya
Tuhan Yang Maha Pencipta, sama halnya dengan ayat yang sedang kita bahas
secara lebih prioritas. Karena sesungguhnya orang yang merenungkan
semua keberadaan alam bagian bawah dan bagian atas berikut berbagai
ragam bentuk, warna, watak, manfaat (kegunaan), dan peletakannya dalam
posisi yang tepat, semua itu menunjukkan kekuasaan Penciptanya,
kebijaksanaan-Nya, pengetahuan-Nya serta keahlian-Nya, dan kebesaran
kekuasaan-Nya. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh sebagian
orang Arab ketika ditanya, "Manakah bukti yang menunjukkan adanya Tuhan
Yang Maha Tinggi?" Maka dia menjawab, "Subhanallah (Mahasuci Allah),
sesungguhnya kotoran unta menunjukkan adanya unta, jejak kaki
menunjukkan adanya orang yang lewat. Langit yang memiliki
bintang-bintang, bumi yang memiliki gunung-gunung serta lautan yang
memiliki ombak-ombak, bukankah semua itu menunjukkan adanya Tuhan Yang
Mahalembut lagi Maha Mengetahui?"
Ar-Razi meriwayatkan dari Imam Malik, bahwa Ar-Rasyid pernah bertanya
kepadanya mengenai masalah ini, lalu Imam Malik membuktikan dengan
adanya berbagai macam bahasa, suara, dan irama.
Disebutkan oleh Abu Hanifah bahwa ada sebagian orang Zindiq bertanya
kepadanya mengenai keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta. Maka Abu Hanifah
berkata kepada mereka, "Biarkanlah aku berpikir sejenak untuk mengingat
suatu hal yang pernah diceritakan kepadaku. Mereka menceritakan
kepadaku bahwa ada sebuah perahu di tengah laut yang berombak besar, di
dalamnya terdapat berbagai macam barang dagangan, sedangkan di dalam
perahu itu tidak terdapat seorang pun yang menjaganya dan tiada seorang
pun yang mengendalikannya. Tetapi sekalipun demikian perahu tersebut
berangkat dan tiba berlayar dengan sendirinya, dapat membelah ombak yang
besar hingga selamat dari bahaya. Perahu itu dapat berlayar dengan
sendirinya tanpa ada seorang pun yang mengendalikannya." Mereka berkata,
"Ini adalah suatu hal yang tidak akan dikatakan oleh orang yang
berakal." Maka Abu Hanifah berkata, "Celakalah kamu, semua alam wujud
berikut apa yang ada padanya mulai dari alam bagian bawah dan bagian
atas, semua yang terkandung di dalamnya berupa berbagai macam benda yang
teratur ini, apakah tidak ada penciptanya?" Akhirnya kaum Zindiq itu
terdiam dan mereka sadar, lalu kembali kepada perkara yang hak dan
semuanya masuk Islam di tengah Abu Hanifah.
Diriwayatkan dari Imam Syafii bahwa ia pernah ditanya mengenai
keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta, maka ia menjawab bahwa ini adalah
daun at-tut yang rasanya sama. Daun ini bila dimakan ulat sutera dapat
menghasilkan benang sutera; bila dimakan lebah, keluar darinya madu;
bila dimakan kambing dan sapi atau unta, menjadi kotoran yang
tercampakkan (menjadi pupuk); dan bila dimakan oleh kijang, maka keluar
dari tubuh kijang itu bibit minyak kesturi, padahal daunnya berasal dari
satu jenis.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa ia pernah ditanya mengenai masalah
ini, ia menjawab bahwa ada sebuah benteng yang kuat lagi licin, tidak
mempunyai pintu dan tidak mempunyai lubang. Bagian luarnya putih seperti
perak, sedangkan bagian dalamnya kuning mirip emas. Ketika benteng
tersebut dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah dan
keluarlah darinya seekor hewan yang dapat mendengar dan melihat, bentuk
dan suaranya lucu. Dia bermaksud menggambarkan telur bila menetas.
Abu Nuwas pernah ditanya mengenai masalah ini. Ia berkata melalui syair-syairnya, yaitu:
تَأَمَّلْ فِي نَبَاتِ الْأَرْضِ وَانْظُرْ ...إِلَى آثَارِ مَا صَنَعَ الْمَلِيكُ ...
عُيُونٌ مِنْ لُجَيْنٍ شَاخِصَاتٌ ...بِأَحْدَاقٍ هِيَ الذَّهَبُ السَّبِيكُ ...
عَلَى قُضُبِ الزَّبَرْجَدِ شَاهِدَاتٌ ...بِأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ لَهُ شَرِيكُ ...
Renungkanlah kejadian tumbuh-tumbuhan di bumi ini dan perhatikanlah
hasil-hasil dari apa yang telah dibuat oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Air
yang jernih bak perak memenuhi parit-parit yang bagaikan emas cetakan
mengairi lahan-lahan yang indah bagaikan batu permata zabarjad, semuanya
itu merupakan saksi yang membuktikan bahwa Allah tiada sekutu bagi-Nya.
Ibnul Mu'taz mengatakan:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ ...
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ... تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ ...
Alangkah anehnya, bagaimanakah seseorang berbuat durhaka kepada Tuhan,
dan bagaimanakah seseorang mengingkari-Nya, padahal segala sesuatu
merupakan pertanda baginya yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah Esa.
Ulama lainnya mengatakan, "Barang siapa yang merenungkan ketinggian
langit ini, keluasannya, dan semua yang ada padanya berupa bintang yang
bercahaya —baik yang kecil maupun yang besar— dan bintang-bintang yang
beredar pada garis edarnya serta yang tetap, niscaya semua itu
memberikan kesimpulan kepadanya akan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta.
Barang siapa yang menyaksikan bagaimana bintang-bintang tersebut
berputar pada dirinya sendiri setiap sehari semalam sekali putaran dalam
tata surya yang maha luas itu, sedangkan masing-masing mempunyai garis
edarnya sendiri; dan barang siapa yang memperhatikan lautan yang
meliputi daratan dari berbagai arah, gunung-gunung yang dipancangkan di
bumi agar stabil dan para penghuninya yang terdiri atas berbagai macam
jenis dan bentuk serta warnanya, niscaya menyimpulkan adanya Tuhan Yang
Maha Pencipta, sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
{وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا
وَغَرَابِيبُ سُودٌ * وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالأنْعَامِ
مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمَاءُ}
Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang
beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-bina-tang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (Fathir. 27-28)
Demikian pula sungai-sungai yang membelah dari suatu negeri ke negeri
yang lain, membawa banyak manfaat. Semua yang diciptakan di muka bumi
berupa bermacam-macam makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda
rasanya, dan berbagai macam bunga yang beraneka ragam warnanya, padahal
tanah dan airnya sama; semua itu menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha
Pencipta dan kekuasaan serta kebijaksanaan-Nya Yang Mahabesar. Juga
menunjukkan rahmat-Nya kepada semua makhluk-Nya, lemah lembut, kebajikan
dan kebaikan-Nya kepada mereka; tiada Tuhan selain Allah dan Tiada Rabb
selain Dia, hanya kepada-Nyalah aku bertawakal dan kembali. Ayat-ayat
Al-Qur'an yang menunjukkan pengertian ini sangat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar