Ada sekelompok orang yang berkata bahwa majelis dzikir itu bid’ah dan
haram untuk dilakukan. Menurut mereka tidak ada hadits yang menjelaskan
tentang dzikir yang dilakukan secara berjamaah. Masih menurut mereka,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berdzikir secara
berjamaah, demikian pula dengan para shahabat dan salaf ash-shalih.
Mereka semua mengingkari adanya dzikir secara berjamaah.
Berzikir bagi orang yg taat kepada Allah merupakan jalan dan keperluan.
Alasannya adalah karena zikir penghubung antara hamba dan Khaliqnya.
Selama berzikir, selama itulah seorang hamba berhubungan dengan-Nya.
Meninggalkan zikir sama dengan melepaskan hubungan dengan-Nya. Dampaknya
setan akan mudah menguasainya, bahkan akan menjadikannya sebagai kawan.
Kawan dan golongan setan adalah orang yang lupa berzikir kepada Allah.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an:
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ
أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ
الْخَاسِرُونَ (19)
"Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah (zikir); mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi". (QS.
Al-Mujadalah: 19)
Yakni hati mereka telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat mereka
lupa daratan dari mengingat Allah Swt., dan memang demikianlah yang
dilakukan oleh setan terhadap orang yang telah dikuasainya. Karena
itulah Imam Abu Daud mengatakan:
حدثنا أحمد ابن يُونُسَ، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا السَّائِبُ بْنُ
حُبَيش، عَنْ مَعْدان بْنِ أَبِي طَلْحَةَ اليَعْمُري، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْو، لَا تُقَامُ
فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ،
فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ".
Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus, telah menceritakan
kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepada kami As-Sa-ib ibnu
Hubaisy, dari Ma'dan ibnu AbuTalhah Al-Ya'muri, dari Abu Darda yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak ada
tiga orang dalam suatu kampung dan tidak pula dalam suatu daerah
pedalaman bila tidak ditegakkan salat di kalangan mereka, melainkan
setan telah menguasai diri mereka. Maka berpegang teguhlah kepada
jamaah, karena sesungguhnya serigala iiu hanya memangsa kambing yang
jauh (menyendiri).
Zaidah mengatakan bahwa As-Sa-ib menafsirkan kata jamaah di sini dengan pengertian salat berjamaah.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ}
mereka itulah golongan setan. (Al-Mujadilah: 19)
Yaitu orang-orang yang telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat
mereka lupa mengingat Allah Swt. Lalu dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19)
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41)
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ
وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43) تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ
وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا (44)
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi
dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka
(orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: "Salam, "
dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. (QS Al-Ahzab Ayat
41-44)
Allah Swt: berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
agar banyak menyebut nama Tuhan mereka yang telah melimpahkan nikmat
kepada mereka berupa berbagai macam nikmat dan beraneka ragam anugerah.
Karena dalam melaksanakan hal tersebut terdapat pahala yang berlimpah
bagi mereka dan tempat kembali yang sangat baik.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بن سعيد ، حدثني مولى بن عَيَّاشٍ عَنْ أَبِي بَحرية ، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَّا أُنْبِئَكُمْ بِخَيْرِ أعمالكم
وأزكاها عند مليككم، وأرفعها في درجاتكم، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ
الذَّهَبِ والوَرق، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ
فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ، وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ " قَالُوا: وَمَا
هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "ذِكْرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id,
dari Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepadaku maula ibnu Iyasy,
dari Abu Bahriyyah, dari Abu Darda r.a. yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Maukah aku ceritakan kepada kalian
tentang amal perbuatan yang terbaik bagi kalian dan tersuci di sisi
Tuhan kalian serta menghantarkan kalian kepada kedudukan yang tertinggi,
dan lebih baik bagi kalian daripada menyedekahkan emas dan perak, serta
lebih baik bagi kalian daripada kalian berperang melawan musuh kalian,
lalu kalian tebas batang leher mereka dan mereka menebas batang leher
kalian?” Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, amalan apakah itu?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Zikrullah (banyak menyebut nama Allah).”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam ibnu Majah
melalui hadis Abdullah ibnu Sa'id ibnu Abu Hindun, dari Ziad maula ibnu
Iyasy, dari Abu Bahriyyah yang nama aslinya Abdullah ibnu Qais
Al-Baragimi, dari Abu Darda r.a. Imam Turmuzi mengatakan bahwa sebagian
dari para perawi meriwayatkannya dari Abu Bahriyyah secara mursal.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad telah disebutkan hal yang semisal
melalui hadis Ziyad ibnu Abu Ziyad maula Abdullah ibnu Iyasy, bahwa
telah sampai kepadanya sebuah hadis dari Mu'az ibnu Jabal r.a., dari
Rasulullah Saw., lalu disebutkan hal yang semisal, Hanya Allah Yang Maha
Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا فَرَجُ بْنُ
فَضَالة، عَنْ أَبِي سَعْدٍ الحِمْصي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
يَقُولُ: دُعَاءٌ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا أَدَعُهُ: "اللَّهُمَّ، اجْعَلْنِي أُعْظِمُ شُكْرَكَ،
وَأَتْبَعُ نَصِيحَتَكَ، وَأُكْثِرُ ذِكْرَكَ، وَأَحْفَظُ وَصِيَّتَكَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Rauh ibnu Fudalah, dari Abu Sa'id Al-Himsi yang
menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa ada sebuah doa yang ia dengar dari Rasulullah Saw., selanjutnya
tidak pernah ia tinggalkan, yaitu: Ya Allah, jadikanlah diriku orang
yang banyak bersyukur kepada-Mu, dan orang yang paling mengikuti
nasihat-Mu, dan orang yang paling banyak berzikir menyebut nama-Mu, dan
orang yang paling memelihara wasiat-Mu.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Yahya ibnu Musa, dari Waki', dari
Abu Fudalah Al-Fajr ibnu Fudalah, dari Abu Sa'id Al-Himsi, dari Abu
Hurairah r.a. Lalu disebutkan hal yang semisal, dan ia mengatakan bahwa
hadis ini garib.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abun Nadr Hasyim
ibnul Qasim, dari Farj ibnu Fudalah, dari Abu Sa'id Al-Murri, dari Abu
Hurairah r.a., lalu disebutkan hal yang semisal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِي،
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ قَالَ: سَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ بُسْر يَقُولُ: جَاءَ أَعُرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: "مَنْ طَالَ عُمْرُهُ
وَحَسُنَ عَمَلُهُ". وَقَالَ الْآخَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ
شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيْنَا، فَمُرْنِي بِأَمْرٍ
أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: "لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا بِذِكْرِ
اللَّهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu
Mahdi, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Amr ibnu Qais yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Bisyr menceritakan hadis
berikut, bahwa pernah ada dua orang Badui datang menghadap kepada
Rasulullah Saw. salah seorangnya bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang paling baik itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang
panjang usianya dan baik amal perbuatannya. Lalu orang yang lainnya
bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam itu
banyak sekali bagi kami, maka perintahkanlah saya untuk melakukan suatu
perkara yang akan saya pegang teguh." Rasulullah Saw. menjawab:
Biarkanlah lisanmu tetap basah karena terus-menerus berzikir menyebut
nama Allah Swt.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkan bagian terakhir
dari hadis ini melalui riwayat Mu'awiyah ibnu Saleh dengan sanad yang
sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيج، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ،
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: أَنَّ دَرّاجا أَبَا السَّمْحِ
حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"أَكْثِرُوا ذِكْرَ اللَّهِ حَتَّى يَقُولُوا: مَجْنُونٌ."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraij, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris yang
menceritakan bahwa Darij alias Abus Samah pernah menceritakan hadis
berikut dari Abul Haisam, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Berzikirlah menyebut nama Allah
sebanyak-banyaknya hingga mereka mengatakan bahwa (kalian) tergila-gila.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ،
حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكرم العَمِّي، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
سُفْيَانَ الجَحْدَرِي، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ
عُقْبَةَ بْنِ أَبِي ثُبَيت الرَّاسِبِيِّ، عَنِ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا [حَتَّى]
يقولالْمُنَافِقُونَ: تُرَاءُونَ."
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Ahmad, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram yang tuna netra,
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Safin Al-Juhdari, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abu Ja'far, dari Uqbah ibnu Abu
Syabib Ar-Rasi, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Berzikirlah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya hingga orang-orang munafik mengatakan bahwa
sesungguhnya kalian pamer.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي
هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا شَدَّادٌ أَبُو طَلْحَةَ الرَّاسِبِيُّ، سَمِعْتُ
أَبَا الْوَازِعِ جَابِرَ بْنَ عَمْرٍو يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَا مِنْ قَوْمٍ جَلَسُوا مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ،
إِلَّا رَأَوْهُ حَسْرَةً يَوْمِ الْقِيَامَةِ."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula
Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Syaddad Abu Talhah Ar-Rasi;
ia pernah mendengar Abul Wazi' alias Jabir ibnu Amr menceritakan hadis
berikut dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Tidak sekali-kali suatu kaum duduk di suatu
majelis tanpa berzikir menyebut nama Allah padanya, melainkan mereka
akan menyaksikan majelis itu menjadi penyesalan kelak di hari kiamat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan
dengan makna firman Allah Swt.: berzikirlah (dengan menyebut nama)Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. (Al-Ahzab: 41) Sesungguhnya Allah Swt.
tidak sekali-kali menetapkan suatu kefarduan (kewajiban) atas
hamba-hamba-Nya, melainkan menjadikan baginya batasan yang telah
dimaklumi, kemudian pelakunya dimaafkan jika sedang uzur, terkecuali
zikir. Karena sesungguhnya Allah Swt. tidak pernah menjadikan baginya
batasan yang mengakhirinya, tidak pernah pula memaafkan seseorang yang
meninggalkannya, melainkan orang tersebut berada dalam keadaan yang
terkalahkan karena meninggalkannya. Allah Swt. telah berfirman: ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring.
(An-Nisa: 103) Yakni di malam hari dan di siang hari, di daratan maupun
di lautan, dalam perjalanan maupun di tempat tinggal, dalam keadaan kaya
maupun miskin, dalam keadaan sakit maupun sehat, sembunyi-sembunyi
maupun terang-terangan, dan dalam semua keadaan.
Hadits dari Abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri ra:
عَنْ أَبِي هُريْرةَ وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عنْهُمَا قَالاَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَقْعُدُ
قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said al-Khudri ra berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
sambil berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan diliputi oleh para
malaikat, dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan
ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.”
(HR Imam Muslim).
Hadits ini secara tegas mengatakan bahwa suatu kaum yang berkumpul
sambil berdzikir kepada Allah akan didatangi oleh para malaikat,
mendapat rahmat dan sakinah dari Allah dan dibanggakan oleh Allah di
hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. Kata qaumun pada hadits di atas
tentu saja tidak bisa dipahami sebagai satu orang, mestinya sejumlah
orang, yakni lebih dari satu orang. Apabila ada sejumlah orang berkumpul
lalu berdzikir, bukankah ini disebut sebagai dzikir bersama atau
berjamaah? Pikirkanlah itu. Semoga Allah memberikan pemahaman pada diri
kita.
Firman Allah Swt.:
{وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا}
Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al-Ahzab: 42)
Apabila kalian telah melakukan hal tersebut, tentulah Allah akan
melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan para malaikat-Nya akan
memohonkan ampunan bagi kalian. Hadis-hadis dan ayat-ayat serta
asar-asar yang menganjurkan untuk banyak berzikir kepada Allah
sebanyak-banyaknya tidak terhitung jumlahnya; dan dalam ayat ini
terkandung anjuran untuk memperbanyak berzikir.
Sejumlah ulama telah menulis kitab-kitab yang berisikan tentang
zikir-zikir yang diucapkan, baik di malam hari maupun di siang hari,
antara lain Imam Nasai dan Al-Ma'mari serta selain keduanya. Dan
termasuk kitab yang paling baik dalam subjek zikir ini ialah karya tulis
Syekh Muhyiddin An-Nawawirahimahullah, yang dikenal dengan judul
Al-Adzkar.
Firman Allah Swt.:
{وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا}
Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al-Ahzab: 42)
Yaitu di waktu pagi dan petang hari, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ وَلَهُ
الْحَمْدُ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ}
Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan
waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit
dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu
berada di waktu zuhur. (Ar-Rum: 17-18)
Adapun firman Allah Swt.:
{هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ}
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). (Al-Ahzab: 43)
Ayat ini menggugah untuk banyak berzikir. Dengan kata lain, dapat
diartikan bahwa Allah Swt. selalu ingat kepada kalian, maka ingatlah
pula kalian kepada-Nya dengan banyak menyebut nama-Nya. Semakna dengan
apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا
وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ
مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ. فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا
لِي وَلا تَكْفُرُونِ}
sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku,
niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (Al-Baqarah: 151-152)
Nabi Saw. pernah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ: مَنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي،
ومَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ"
Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang menyebut-Ku di dalam dirinya,
maka Aku menyebutnya pula dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang
menyebut-Ku dalam suatu kumpulan orang, maka Aku menyebutnya pula dalam
suatu golongan yang lebih baik daripada golongannya.
Salawat dari Allah Swt. artinya pujian Allah kepada hamba-Nya di
kalangan para malaikat. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, dari Abul Aliyah. Abu Ja'far Ar-Razi telah
meriwayatkan dari Ar-Rabi ibnu Anas hal yang sama. Selain Anas ibnur
Rabi' mengatakan bahwa salawat dari Allah Swt. artinya rahmat-Nya. Akan
tetapi, dapat pula dikatakan bahwa di antara kedua pendapat tersebut
tidak ada pertentangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Adapun salawat dari malaikat maksudnya mendoakan untuk kebaikan manusia
yang bersangkutan dan memohonkan ampunan baginya, semakna dengan apa
yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ
رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ
تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ رَبَّنَا
وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ
آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ}
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arasy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya
serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan
mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
bernyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga
'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh
di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan
mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.
(Al-Mu-min: 7-9)
Yakni berkat rahmat Allah kepada kalian, pujian-Nya terhadap kalian, dan
doa malaikat bagi kalian, maka kalian dikeluarkan oleh Allah dari
gelapnya kejahilan dan kesesatan menuju kepada terangnya hidayah dan
keyakinan.
Hadits dari Abu Hurairah ra:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوْفُوْنَ فِي الطُّرُقِ
يَلْتَمِسُوْنَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوْا قَوْمًا يَذْكُرُونَ
اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوْا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّوْنَهُمْ
بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ
رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُوْلُ عِبَادِيْ قَالُوْا
يَقُوْلُوْنَ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ
وَيُمَجِّدُوْنَكَ قَالَ فَيَقُوْلُ هَلْ رَأَوْنِيْ قَالَ فَيَقُوْلُوْنَ
لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُوْلُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِيْ قَالَ
يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوْا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ
لَكَ تَمْجِيْدًا وَتَحْمِيْدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيْحًا قَالَ
يَقُوْلُ فَمَا يَسْأَلُوْنِيْ قَالَ يَسْأَلُوْنَكَ الْجَنَّةَ قَالَ
يَقُوْلُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا
رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ
يَقُوْلُوْنَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوْا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا
وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيْهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ
يَتَعَوَّذُوْنَ قَالَ يَقُوْلُوْنَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُوْلُ وَهَلْ
رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ
يَقُوْلُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُوْلُوْنَ لَوْ رَأَوْهَا
كَانُوْا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ
فَيَقُوْلُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُوْلُ
مَلَكٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا
جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ
“Dari Hurairah ra berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak malaikat yang selalu
mengadakan perjalanan, mereka senantiasa mencari orang-orang yang
berdzikir. Apabila mereka mendapati suatu kaum sedang berdzikir kepada
Allah, maka mereka akan saling berseru, “Mintalah hajat kalian.” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Lalu para malaikat itu
mengelilingi dengan sayap-sayap mereka hingga memenuhi jarak antara
mereka dengan langit dunia.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
melanjutkan, “Lalu Tuhan mereka menanyakan kepada mereka, padahal Dia
lebih mengetahui daripada mereka, “Apa yang dikatakan oleh
hamba-hamba-Ku?” Para malaikat itu menjawab, “Mereka menyucikan,
membesarkan, memuji dan mengagungkan-Mu.” Allah bertanya lagi, “Apakah
mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab, “Demi Allah,
mereka tidak pernah melihat-Mu?” Allah bertanya lagi, “Bagaimana
seandainya mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab,
“Seandainya mereka pernah melihat-Mu, tentu mereka akan lebih
bersungguh-sungguh beribadah, mengagungkan dan semakin banyak
menyucikan-Mu.” Allah bertanya lagi, “Apa yang mereka minta pada-Ku?”
Para malaikat itu menjawab, “Mereka memohon surga-Mu.” Allah bertanya
lagi, “Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku?” Para malaikat
menjawab, “Belum wahai Tuhan kami.” Allah bertanya lagi, “Bagaimana jika
mereka telah melihat surga-Ku?” Para malaikat itu menjawab, “Tentu
mereka akan lebih bersungguh-sungguh memohon dan menginginkannya.” Allah
bertanya lagi, “Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku?” Para
malaikat itu menjawab, “Dari neraka-Mu.” Allah bertanya lagi, “Apakah
mereka sudah pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu menjawab,
“Demi Allah mereka belum pernah melihat neraka-Mu.” Allah bertanya lagi,
“Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat
itu menjawab, “Tentu mereka akan semakin lari dan takut pada neraka
itu.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman, “Saksikanlah oleh kalian, bahwa Aku sudah
mengampuni mereka.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan
lagi, “Lalu sebagian dari malaikat itu ada yang berkata, “Wahai Tuhan
kami, di antara mereka terdapat si Fulan, ia bukanlah termasuk
orang-orang yang berdzikir, hanya saja ia kebetulan datang karena ada
kepentingan (duduk bersama mereka).” Lalu Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara karena orang itu
ikut duduk bersama mereka.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ketika mengomentari hadits ini, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani berkata:
وَفِي الْحَدِيْثِ فَضْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَالذَّاكِرِيْنَ وَفَضْلُ
اْلاِجْتِمَاعِ عَلَى ذَلِكَ وَاَنَّ جَلِيْسَهُمْ يَنْدَرِجُ مَعَهُمْ
فِيْ جَمِيْعِ مَا يَتَفَضَّلُ اللهُ تَعَالَى بِهِ عَلَيْهِمْ اِكْرَامًا
لَهُمْ وَلَوْ لَمْ يُشَارِكْهُمْ فِيْ أَصْلِ الذِّكْرِ
“Hadits tersebut mengandung keutamaan majelis-majelis dzikir,
orang-orang yang berdzikir dan keutamaan berkumpul untuk berdzikir,
orang yang duduk, akan masuk dalam golongan mereka dalam semua apa yang
dianugerahkan Allah Ta’ala kepada mereka, karena memuliakan mereka,
meskipun ia tidak mengikuti mereka dalam berdzikir.” (Fath al-Bari, Juz
11, halaman 213).
Perhatikanlah hadits di atas dan penjelasan yang disampaikan oleh
al-Hafizh Ibnu Hajar tentang makna yang terkandung di dalamnya. Bukankah
dengan hadits itu sudah cukup jelas bagi kita bahwa majelis dzikir atau
dzikir berjamaah itu memiliki landasan syar’i? Di dalam hadits tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepada kita
bahwa para malaikat hadir di tengah-tengah kelompok orang yang melakukan
dzikir secara berjamaah. Bahkan ketika para malaikat itu kembali
menghadap Allah, mereka menceritakan kepada Allah bahwa sekelompok orang
yang mereka temui itu sedang bersama-sama membaca tasbih, takbir,
tahmid dan tamjid.
Jika semua orang yang hadir di majelis tersebut berdzikir dengan
menyebut bacaan yang sama, memohon agar mendapatkan surga dan
bersama-sama memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka;
bukankah itu namanya majelis dzikir? Karena mereka melakukannya secara
bersama-sama, bukankah itu namanya dzikir bersama atau berjamaah? Lalu,
di mana letak kebenaran ungkapan sekelompok orang yang mengatakan bahwa
dzikir berjamaah itu bid’ah? Semoga Allah menjernihkan hati mereka
sehingga melihat hakikat kebenaran syari’at dzikir berjamaah.
Firman Allah Swt.:
{لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Al-Ahzab: 43)
Yaitu di dunia dan di akhirat. Adapun rahmat Allah bagi mereka di dunia
berupa petunjuk, Dia telah memberi mereka petunjuk kepada kebenaran,
padahal selain mereka tidak mengetahuinya. Dan Allah menerangi jalan
mereka, sedangkan selain mereka sesat dan menyimpang jauh darinya.
Orang-orang selain mereka itu adalah para penyeru kekafiran atau
perbuatan bid'ah, juga para pengikut mereka dari kalangan orang-orang
yang berlaku sewenang-wenang. Adapun rahmat Allah kepada mereka di
akhirat ialah Dia menyelamatkan mereka dari keterkejutan yang besar
(huru-hara hari kiamat), dan Dia memerintahkan kepada para malaikat-Nya
agar menyambut mereka dengan menyampaikan berita gembira bahwa mereka
beruntung mendapat surga dan diselamatkan dari neraka. Hal ini tiada
lain menunjukkan akan kecintaan Allah dan belas kasihanNya kepada
mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ
حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: مَرَّ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ
وَصَبِيٍّ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّهُ الْقَوْمَ خَشِيَتْ
عَلَى وَلَدِهَا أَنْ يُوطَأَ، فَأَقْبَلَتْ تَسْعَى وَتَقُولُ: ابْنَيِ
ابْنِي، وَسَعَت فَأَخَذَتْهُ، فَقَالَ الْقَوْمُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
مَا كَانَتْهَذِهِ لِتُلْقِيَ ابْنَهَا فِي النَّارِ. قَالَ: فَخَفَّضهم
رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال: "وَلَا اللَّهُ ، لَا يُلْقِي
حَبِيبَهُ فِي النَّارِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu
Addi, dari Humaid, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
bersama sejumlah sahabatnya bersua dengan seorang anak kecil di tengah
jalan. Ketika ibu si anak kecil itu melihat adanya sejumlah orang dewasa
yang akan melewati jalan tersebut, maka timbullah rasa khawatirnya akan
keselamatan anaknya; ia khawatir anaknya akan terinjak. Lalu si ibu
segera berlari memburu anaknya seraya berkata, "Hai anakku, hai anakku,"
lalu ia menggendong anaknya ke pinggir jalan. Maka para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, wanita itu tidak akan mencampakkan anaknya
ke dalam api." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw.
menenangkan mereka supaya berjalan agak pelan dan bersabda: Benar tidak,
dan Allah tidak akan melemparkan kekasih-Nya ke dalam neraka.
Sanad hadis ini dengan syarat Sahihain, dan tidak ada seorang pun dari pemilik kitab Sittah yang mengetengahkannya.
Akan tetapi, di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Amirul
Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a. yang telah menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. melihat seorang wanita dari kalangan para tawanan yang
menggendong anak kecilnya, lalu menempelkannya pada dadanya dan
menyusuinya. Maka Rasulullah Saw. bertanya,
"أَتَرَوْنَ هَذِهِ تُلْقِي وَلَدَهَا فِي النَّارِ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى
ذَلِكَ؟ " قَالُوا: لَا. قَالَ: "فَوَاللَّهِ، لَلَّهُ أَرْحَمُ
بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا"
"Bagaimanakah pendapat kalian, apakah wanita ini tega mencampakkan
bayinya ke dalam api, sedangkan ia mampu melakukannya?" Mereka menjawab,
"Tidak." Rasulullah Saw. bersabda:Maka Allah lebih sayang kepada
hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.
Firman Allah Swt.:
{تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ}
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah, "Salam." (Al-Ahzab: 44)
Menurut makna lahiriahnya hanya Allah Yang Maha Mengetahui ialah salam
penghormatan bagi mereka dari Allah pada hari mereka bersua dengan-Nya
ialah, "Salam." Yakni pada hari Allah mengucapkan salam kepada mereka,
semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}
(Kepada mereka dikatakan), "Salam," sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58)
Qatadah menduga bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian dari mereka
mengucapkan salam kepada sebagian yang lain pada hari mereka bersua
dengan Allah di hari akhirat, lalu pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Menurut hemat saya, barangkali yang dijadikan pegangan dalil adalah firman Allah Swt. yang menyebutkan:
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Doa mereka di dalamnya ialah, "Subhanakallahumma" (Mahasuci Engkau, ya
Allah) dan salam penghormatan mereka ialah, "Salam.” Dan penutup doa
mereka ialah, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamina" (Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam). (Yunus: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا}
dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. (Al-Ahzab: 44)
Yakni surga dan semua makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,
istri-istri, semua kelezatan, dan semua pemandangan yang belum pernah
dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, serta belum
pernah terbayangkan di hati seorang manusia pun.
Hadits dari Anas ra:
عَنْ أَنَسٍِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ
فَارْتَعُوْا، قَالَ وَمَارِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Dari Anas ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila
kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah. Shahabat bertanya,
“Apa taman surga itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Majelis dzikir.” (HR Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi).
Pada hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut majelis
dzikir sebagai taman-taman surga dan memerintahkan kepada kita agar
singgah padanya ketika kita berjumpa dengan suatu majelis dzikir. Jika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk singgah di
suatu majelis dzikir, maka hadir dan mengikuti suatu majelis dzikir itu
hukumnya sunnah. Lalu, bagaimana mungkin ada orang yang mengaku membela
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi membid’ahkan apa
yang disunnahkan beliau? Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melindungi
kita dari orang-orang seperti itu.
Hadits dari Muawiyah ra:
عَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصحَابِهِ فَقَالَ:
مَا أَجْلَسَكُمْ ؟ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ علَى
مَاهَدَانَا لِلإِسْلاَمِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا، قَالَ آللهِ مَا
أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ؟ قاَلُوْا وَاللهِ مَا أَجْلَسْنَا إِلاَّ
ذَاكَ، قَالَ أَمَا إِنِّيْ لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ،
وَلِكنَّهُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ الله يُبَاهِيْ
بِكُمُ الْمَلاَئِكَةَ
Dari Muawiyah ra yang berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pada suatu ketika keluar menuju suatu golongan yang
berhimpun dari kalangan shahabat-shahabatnya, lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah yang menyebabkan kalian semua duduk
ini?” Para shahabat menjawab, “Kami duduk untuk berzikir kepada Allah,
juga memuji pada-Nya karena telah menunjukkan kami semua kepada Islam
dan mengaruniakan kenikmatan Islam itu pada kami.” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Apakah, demi Allah, kalian semua duduk
di sini hanya karena itu?” Sesungguhnya aku bukannya meminta sumpah
dari kalian semua karena meragukan kalian, tetapi Jibril datang padaku
dan memberitahukan bahwasanya Allah membanggakan kalian di hadapan para
malaikat.” (HR Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i).
Kalau Anda memperhatikan dengan teliti hadits ini maka Anda akan temukan
informasi bahwa majelis dzikir telah dilakukan oleh para shahabat dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir di tengah mereka untuk
menyampaikan bahwa Allah membanggakan orang-orang yang membentuk majelis
dzikir di hadapan para malaikat-Nya. Tentu saja informasi yang
disampaikan oleh Muawiyah ra ini jauh lebih layak kita percaya daripada
ungkapan orang-orang yang dengan dorongan hawa nafsunya mengatakan bahwa
para shahabat tidak pernah membentuk majelis dzikir dan hadir di
dalamnya. Semoga Allah memberikan petunjuk ke dalam hati mereka.
Hadist dari Syaddad bin Aus ra:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍِ قَالَ إِنَّا لَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ يَعْنِيْ
اَهْلَ الْكِتَابِ، قُلْنَا لاَ يَا رَسُوْلَ الله، فَأَمَرَ بِغَلْقِ
الْبَابِ، فَقَالَ ارْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ فَقُوْلُوْا لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا سَاعَةً ثُمَّ وَضَعَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، ثُمَّ قَالَ الْحَمْدُ ِللهِ،
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ وَأَمَرْتَنِيْ
بِهَا وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ
الْمِيْعَادِ، ثُمَّ قَالَ أَبْشِرُوْا فَإِنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ
“Dari Syaddad bin Aus ra, ia berkata, “Kami bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau berkata, “Apakah di
antara kalian ada orang asing? (Yang dimaksud adalah Ahli Kitab). Kami
menjawab, “Tidak ada ya Rasulullah.” Beliau kemudian memerintahkan kami
agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu katakan
Laa ilaaha illallaah!” Kami mengangkat tangan beberapa saat, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya, lalu
bersabda: “Alhamdulillah, ya Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku
dengan membawa kalimat tauhid ini, Engkau memerintahkannya kepadaku dan
menjanjikanku surga karenanya, sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi
janji.” Kemudian beliau bersabda, “Bergembiralah, sesungguhnya Allah
telah mengampuni kalian.” (HR Imam Ahmad, Imam al-Hakim, Imam Thabrani
dan Imam al-Bazzar).
Di dalam hadits tersebut ada kalimat:“Beliau kemudian memerintahkan kami
agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu katakan
Laa ilaaha illallaah!” Informasi apa yang dapat Anda peroleh dari
kalimat itu? Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kepada para shahabat untuk mengucapkan tahlil? Artinya, para shahabat
telah melakukan dzikir bersama dengan mengucapkan kalimat laa ilaaha
illallaah di bawah satu komando, yakni dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ketika di majelis tahlilan pun kalimat laa ilaaha
illallaah diucapkan bersama-sama. Lalu di mana letak kesalahannya?
Renungkanlah hal ini dan semoga Allah memberi pemahaman yang baik pada
diri kita.
Sesungguhnya masih terdapat banyak dalil lainnya yang menunjukkan bahwa
eksistensi majelis dzikir diakui dalam syari’at Islam dan memiliki
landasan yang kuat. Bagi orang-orang yang dibuka oleh Allah pemahamannya
untuk melihat kebenaran, tidaklah diperlukan banyak dalil untuk bisa
mengatakan bahwa majelis dzikir atau dzikir berjamaah adalah perbuatan
sunnah, bukan bid’ah. Namun demikian, di sini penulis telah memaparkan
delapan dalil shahih yang menjadi landasan majelis dzikir. Rasanya
jumlah sekian itu sudah lebih dari cukup untuk menegaskan bahwa
berdzikir secara berjamaah di dalam suatu majelis adalah amaliah yang
telah ada sejak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
shahabat radhiyallaahu ‘anhum.Dengan demikian pantas bagi kita menolak
pemahaman yang disebarluaskan oleh sekelompok orang saat ini yang
mengatakan bahwa majelis dzikir itu bid’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar