Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56)
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab Ayat 56)
Imam Bukhari mengatakan, Abul Aliyah telah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan salawat dari Allah ialah pujian-Nya kepada Nabi Saw. di
kalangan para malaikat, dan salawat dari para malaikat ialah doa mereka
untuknya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yusalluna ialah memberikan
keberkahan. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam
Bukhari secara ta'liq (memakai komentar) yang bersumber dari keduanya
(Abul Aliyah dan Ibnu Abbas).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu
Anas, dari Abul Aliyah. Hal yang sama telah diriwayatkan pula dari
Ar-Rabi'. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan hal yang sama dari Ibnu
Abbas. Kedua riwayat yang terakhir diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri
dan lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ahlul 'ilmi; mereka
mengatakan bahwa salawat dari Allah adalah rahmat-Nya, dan salawat dari
para malaikat adalah permohonan ampun bagi yang bersangkutan.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr
Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Amr
ibnu Murrah yang mengatakan bahwa ia merasa yakin bahwa Al-A'masy
meriwayatkannya dari Ata ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna
firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat
untuk Nabi. (Al-Ahzab: 56) Bahwa salawat dari Allah Swt. ialah
firman-Nya, "Mahasuci lagi Mahakudus, rahmat-Ku mendahului azab-Ku."
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah Allah Swt. memberitahukan kepada
hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di kalangan
makhluk-Nya yang tertinggi (para malaikat), bahwa Dia memujinya di
kalangan para malaikat yang terdekat dengan-Nya, dan bahwa para malaikat
pun ikut bersalawat untuknya. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada
penghuni alam bawah (bumi) untuk bersalawat dan bersalam untuk Nabi Saw.
Dengan demikian, maka terhimpunkanlah baginya pujian dari kalangan
penduduk alam atas dan alam bawah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Ishaq, dari
Ja'far ibnul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa
salah seorang nabi kaum Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Apakah
Tuhanmu pernah mengucapkan salawat?" Maka Tuhan menyeru Musa, "Hai Musa,
mereka menanyakan kepadamu, apakah Tuhanmu pernah mengucapkan salawat?
Katakanlah, 'Ya.' Aku selalu bersalawat dan juga para malaikat-Ku buat
para nabi dan para rasulKu." Dan Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya
firman berikut: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah pun bersalawat buat hamba-hamba-Nya yang beriman melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا. هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ
وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi
dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu). (Al-Ahzab: 41-43)
{وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ}
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillahi wa inna ilaihi raji'un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 155-157), hingga
akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ وملائكته يصلون على ميامِن الصفوف"
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan rahmat dan berkah kepada saf-saf barisan yang ada di sebelah kanan (imam).
Dan di dalam hadis yang lain disebutkan:
"اللَّهُمَّ، صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى"
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan berkah kepada keluarga Abu Aufa.
Rasulullah Saw. pernah mendoakan istri Jabir yang telah meminta kepada
beliau agar beliau mendoakan buat dirinya dan suaminya, yaitu:
"صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ، وَعَلَى زَوْجِكَ
Semoga Allah melimpahkan berkah dan rahmat kepadamu, juga kepada suamimu.
Dan banyak hadis mutawatir dari Rasulullah Saw. yang menganjurkan orang-orang mukmin agar banyak membaca salawat untuknya.
Mengenai tata cara bersalawat untuk Nabi Saw., berikut ini akan kami
kemukakan sebagian darinya-insya Allah- sesuai dengan apa yang mudah
kami raih, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan.
قَالَ الْبُخَارِيُّ -عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ -: حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ مِسْعَر، عَنِ
الْحَكَمِ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَة قَالَ:
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَّا السَّلَامُ عَلَيْكَ فَقد عَرَفْنَاهُ،
فَكَيْفَ الصَّلَاةُ؟ فَقَالَ: "قُولُوا: اللَّهُمَّ، صِلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، [كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ، بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ] كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"
Imam Bukhari di dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami
ayahku, dari Mis'ar, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abu Laila, dari Ka'b ibnu
Ujrah yang menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, adapun cara mengucapkan salam penghormatan kepadamu
kami sudah mengetahuinya. Maka bagaimanakah cara bersalawat untukmu?"
Rasulullah Saw. menjawab:Ucapkanlah, Ya Allah, limpahkanlah salawat
kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan
salawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Mahaagung. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada keluarga
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung (Mulia).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنِ الْحَكَمِ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى
قَالَ: لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ: أَلَا أَهْدِي لَكَ
هَدِيَّةً؟ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ عَلِمْنَا -أَوْ:
عَرَفْنَا -كَيْفَ السَّلَامُ، عَلَيْكَ، فَكَيْفَ الصَّلَاةُ؟ قَالَ:
"قُولُوا: اللَّهُمَّ، صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى [آلِ] إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ،
بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ على آل
إبراهيم، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Hakam yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abu Laila menceritakan hadis
berikut, bahwa ia bersua dengan Ka'b ibnu Ujrah, lalu Ka'b mengatakan,
"Maukah aku beri kamu suatu hadiah?, (yakni suatu hadis)? Yaitu bahwa
Rasulullah Saw. keluar menemui kami, lalu kami bertanya, 'Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami telah mengetahui atau mengenal bagaimana
caranya mengucapkan salam kepadamu, maka bagaimanakah cara bersalawat
untukmu?" Rasulullah Saw. menjawab: "Ucapkanlah: Ya Allah, limpahkanlah
salawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau
limpahkan salawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad
dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”
Hadis ini telah diketengahkan pula oleh Jamaah di dalam kitab mereka
masing-masing melalui berbagai jalur dari Al-Hakam (yakni Ibnu Uyaynah).
Imam Bukhari menambahkan dan juga dari Abdullah ibnu Isa, keduanya
menerima hadis ini dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, kemudian Imam
Bukhari menyebutkan mereka (para perawinya)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ،
حَدَّثَنَا هُشَيْم بْنُ بُشَير، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ كَعْبِ بْنِ
عُجْرَة قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} . قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ
عَلِمْنَا السَّلَامَ فَكَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكَ؟ قَالَ: "قُولُوا:
اللَّهُمَّ صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَابَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ. إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ". وَكَانَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي لَيْلَى يَقُولُ: وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Arafah, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Basyir, dari Yazid
ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abu
Laila, dari Ka'b ibnu Ujrah yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini
diturunkan, yaitu firman-Nya:Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya. (Al-Ahzab: 56) Lalu kami bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam
penghormatan kepadamu. Maka bagaimanakah caranya mengucapkan salawat
untukmu?" Rasulullah Saw. menjawab: Ucapkanlah, "Ya Allah, limpahkanlah
salawat buat Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau
limpahkan salawat buat Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Mahamulia. Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan
keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat Ibrahim dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.” Dan
Abdur Rahman ibnu Abu Laila mengatakan, "Dan semoga dilimpahkan pula
kepada kami disertakan dengan mereka."
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya dengan tambahan ini.
Mengenai ucapan para sahabat yang mengatakan, "Adapun mengucapkan salam
penghormatan kepadamu, maka hal itu telah kami ketahui." Dimaksudkan
adalah salam yang terdapat di dalam tasyahhud, yang pernah diajarkan
oleh Nabi Saw. kepada mereka, sebagaimana beliau mengajari mereka suatu
surat dari Al-Qur'an. Di dalam tasyahhud itu terdapat kalimah yang
mengatakan,
"السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ".
"Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu, wahai Nabi, dan juga rahmat serta berkah dari Allah."
Hadis lain.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ، عَنِ ابْنُ الْهَادِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا السَّلَامُ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ: قَالَ:
"قُولُوا: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكَتْ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ". [وَفِي رِوَايَةٍ]:
قَالَ أَبُو صَالِحٍ، عَنِ اللَّيْثِ: "عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ على آلِ إِبْرَاهِيمَ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Yusuf, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ibnul Had, dari
Abdullah ibnu Khabbab, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan
bahwa kami (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, mengenai
salam untukmu sudah kami maklumi, tetapi bagaimanakah cara mengucapkan
salawat untukmu?" Nabi Saw. menjawab: Katakanlah, "Ya Allah limpahkanlah
salawat buat Muhammad, hamba dan Rasul-Mu, sebagaimana telah Engkau
limpahkan salawat buat keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah untuk
Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah buat
keluarga Ibrahim. Menurut Abu Saleh yang bersumber dari Al-Lais
disebutkan, "Buat Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau
limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya."
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ
والدّرَاوَرْدي، عَنْ يَزِيدَ -يَعْنِي: ابْنَ الْهَادِ -قَالَ: "كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ".
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Hamzah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Hazm dan Ad-Darawardi, dari Yazid (yakni Ibnul Had)
yang mengatakan, "Sebagaimana Engkau limpahkan salawat buat Ibrahim.
Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan juga buat keluarganya,
sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat Ibrahim dan keluarganya."
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Ibnul Had dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: قَرَأْتُ عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ: مَالِكٌ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
سُلَيم أَنَّهُ قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَّهُمْ
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ قَالَ:
"قُولُوا: اللَّهُمَّ" صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى [آلِ] إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ".
Imam Ahmad mengatakan bahwa ia pernah mengaji kepada Abdurrahman Malik,
dari Abdullah ibnu Abu Bakar, dari ayahnya, dari Amr ibnu Salim yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Humaid As-Sa'idi, bahwa
mereka (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah
caranya mengucapkan salawat untukmu?" Rasulullah Saw.
menjawab:Ucapkanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan
semua istrinya serta keturunannya, sebagaimana telah Engkau limpahkan
salawat buat Ibrahim, dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan semua
istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah
buat keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”
Hadis lain.
قَالَ مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا يَحْيَى التَّمِيمِيُّ قَالَ: قَرَأَتْ عَلَى
مَالِكٍ، عَنْ نُعَيم بْنِ عَبْدِ اللَّهِ المُجمَّر، أَخْبَرَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ الْأَنْصَارِيُّ -قَالَ:
وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ هُوَ الَّذِي كَانَ أُرِيَ النِّدَاءَ
بِالصَّلَاةِ -أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ -قَالَ:
أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَحْنُ فِي
مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادة، فَقَالَ لَهُ بَشير بْنُ سَعْدٍ: أَمَرَنَا
اللَّهُ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ [يَا رَسُولَ اللَّهِ] ، فَكَيْفَ
نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ، ثُمَّ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قُولُوا:
اللَّهُمَّ صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكَتْ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ".
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya
At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah mengaji, kepada Malik ibnu
Na'im ibnu Abdullah Al-Mujammir, telah menceritakan kepadaku Muhammad
ibnu Abdullah ibnu Zaid Al-Ansari, (dia adalah orang yang memimpikan
azan salat) bahwa Ibnu Mas'ud pernah bercerita kepadanya, "Rasulullah
Saw. datang menemui kami yang saat itu sedang berada di majelis Sa'd
ibnu Ubadah. Maka bertanyalah kepadanya Basyir ibnu Sa'd, "Wahai
Rasulullah, Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bersalawat
buatmu, maka bagaimanakah caranya mengucapkan salawat buatmu?"
Rasulullah Saw. diam sehingga kami menyesal mengapa dia bertanya
demikian kepadanya. Tidak lama kemudian Rasulullah Saw. menjawab:
"Ucapkanlah: Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan juga
untuk keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat buat
keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan keluarganya
sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat keluarga Ibrahim di
kalangan umat manusia. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. '
Sedangkan mengenai ucapan salam penghormatan adalah sebagaimana yang
telah kalian ketahui itu.”
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi dan Imam Nasai serta Imam Ibnu Jarir telah
mengetengahkannya melalui hadis Malik dengan sanad yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadis
Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari Muhammad
ibnu Abdullah ibnu Zaid ibnu Abdu Rabbih, dari Abu Mas'ud Al-Badri,
disebutkan bahwa para sahabat pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, adapun
salam buatmu kami telah mengetahuinya, tetapi bagaimanakah cara
bersalawat untukmu dalam salat kami?" Rasulullah Saw. menjawab:
"قُولُوا: اللَّهُمَّ، صَل عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ... "
Katakanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan keluarganya.”
Lalu disebutkan kalimat yang selanjutnya.
Imam Syafii rahimahullah telah meriwayatkan hal yang semisal di dalam kitab musnadnya melalui Abu Hurairah.
Berangkat dari riwayat ini Imam Syafiirahimahullah berpendapat bahwa
diwajibkan atas orang yang salat mengucapkan salawat untuk Nabi Saw.
dalam tasyahhud terakhirnya. Jika ditinggalkan, maka salatnya tidak sah.
Akan tetapi, sebagian ulama mutaakhkhirin dari kalangan mazhab Imam
Malik dan lain-lainnya mengecam pendapat Imam Syafii ini yang
mensyaratkan bacaan salawat dalam salat. Mereka yang menyanggahnya
menduga bahwa Imam Syafii sendirilah yang mempunyai pendapat demikian.
Abu Ja'far At-Tabari, At-Tahawi, Al-Khattabi dan lain-lainnya menurut
apa yang dinukil oleh Al-Qadi dari mereka telah menyatakan adanya
kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat Imam Syafii tersebut. Akan
tetapi, orang yang melakukan sanggahan terhadap Imam Syafii ini
benar-benar tidak beralasan dalam pengakuannya yang menyatakan adanya
kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat Imam Syafii. Keadaannya
tidak ubahnya seperti seseorang yang menilai sesuatu yang berada jauh
dari jangkauan pengetahuannya.
Karena sesungguhnya kami telah meriwayatkan hal yang menunjukkan bahwa
membaca salawat untuk Rasulullah Saw. di dalam salat hukumnya wajib dan
kita diperintahkan untuk melakukannya, sebagaimana yang dimengerti dari
makna lahiriah ayat, lalu ditafsirkan oleh hadis ini yang bersumberkan
dari sejumlah sahabat, antara lain Ibnu Mas'ud, Abu Mas'ud Al-Badri, dan
Jabir ibnu Abdullah. Juga dari kalangan tabi'in, antara lain
Asy-Sya'bi, Abu Ja'far Al-Baqir, dan Muqatil ibnu Hayyan. Lalu pendapat
ini dijadikan pegangan oleh Imam Syafii, dalam masalah ini tidak ada
perbedaan pendapat antara Imam Syafii dan murid-muridnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Ahmad di penghujung usianya
menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi
bersumber darinya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ishaq ibnu
Rahawaih, juga oleh Al-Faqih Imam Muhammad ibnu Ibrahim yang dikenal
dengan julukan Ibnul Mawwaz Al-Maliki. Sehingga ada sebagian ulama
mazhab Hambali yang mengatakan bahwa wajib membaca salawat di dalam
salat, seperti apa yang diajarkan oleh Nabi Saw. kepada para sahabatnya
ketika mereka menanyakan kepadanya cara membaca salawat untuknya.
Sehingga ada sebagian dari teman-teman kami yang mewajibkan membaca
salawat untuk keluarga Nabi Saw. menurut apa yang telah diriwayatkan
oleh Al-Bandaniji dan Salim Ar-Razi serta muridnya yang bernama Nasr
ibnu Ibrahim Al-Maqdisi, dan hal yang sama telah dinukil oleh Imam
Haramain serta muridnya yang bernama Al-Gazali sebagai suatu pendapat
dari Imam Syafii. Sebenarnya pendapat di atas yang mengatakan bahwa
jumhur ulama berbeda pendapat dengan Imam Syafii dan mereka meriwayatkan
adanya kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat ini, hal ini
merupakan suatu alasan. Sedangkan pendapat yang mengatakan wajib adalah
berpegangan kepada makna lahiriah hadis; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui. Yang dimaksud dengan pendapat Imam Syafii yang mengatakan
bahwa membaca salawat untuk Nabi Saw. dalam salat wajib adalah menurut
pendapat ulama Salaf dan ulama Khalaf, sebagaimana yang telah
diterangkan sebelumnya. Oleh karena itu, tidak ada yang namanya
kesepakatan yang berbeda dengan pendapatnya dalam masalah ini, baik di
masa dahulu ataupun di masa sekarang; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
Di antara dalil yang memperkuat pendapat Imam Syafii ialah hadis lainnya
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi di
dalam kitab sahihnya; juga Imam Nasai, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban
di dalam kitab sahihnya masing-masing:
مِنْ رِوَايَةِ حَيْوة بْنِ شُرَيْح الْمِصْرِيِّ، عَنْ أبي هانئ حميد بن
هَانِئٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ أَبِي عَلِيٍّ الجَنْبي ، عَنْ
فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ،
لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "عَجل هَذَا". ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ وَلِغَيْرِهِ: "إِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ،
وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ ليدعُ
[بَعْدُ] بِمَا شَاءَ"
Melalui riwayat Haiwah ibnu Syuraih Al-Masri, dari Abu Hani' Humaid ibnu
Hani' alias Amr ibnu Malik Abu Ali Al-Husaini, dari Fudalah ibnu Ubaid
r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah mendengar seorang
lelaki berdoa di dalam salatnya tanpa mengagungkan Allah, juga tanpa
membaca salawat untuk Nabi Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Orang
ini tergesa-gesa." Kemudian Rasulullah Saw. memanggilnya, lalu bersabda
kepadanya atau kepada orang lain (yang disuruhnya untuk memanggilnya):
Apabila seseorang di antara kalian berdoa, hendaklah ia memulainya
dengan mengagungkan Allah dan memuji-Nya, lalu bacalah salawat untuk
Nabi, kemudian sesudahnya hendaklah ia memanjatkan doa yang disukainya.
Hal yang sama telah disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
مِنْ رِوَايَةِ عَبْدُ الْمُهَيْمِنِ بْنُ عَبَّاسِ بْنِ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا
وُضُوءَ لَهُ، وَلَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ
عَلَيْهِ، وَلَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ، وَلَا
صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُحِبَّ الْأَنْصَارَ
Melalui Abdul Muhaimin ibnu Abbas ibnu Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah Saw. yang telah besabda: Tiada
salat bagi orang yang tidak berwudu, tiada wudu bagi orang yang tidak
menyebut nama Allah padanya, tiada salat bagi orang yang tidak membaca
salawat untuk Nabi, dan tiada salat bagi orang yang tidak mencintai
sahabat Ansar.
Akan tetapi, Abdul Muhaimin yang ada dalam sanad hadis ini orangnya matruk (tidak terpakai hadisnya).
Imam Tabrani telah meriwayatkannya melalui saudaranya (saudara Abdul
Muhaimin) yang bernama Ubay ibnu Abbas, tetapi masih diragukan
keabsahannya, mengingat yang dikenal hanyalah melalui riwayat Abdul
Muhaimin; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا
إِسْمَاعِيلُ، عَنْ أَبِي دَاوُدَ الْأَعْمَى، عَنْ بُرَيدة قَالَ:
قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ عَلِمْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ،
فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُمَّ اجْعَلْ
صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا جَعَلْتَهَا عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun,
telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Abu Daud Al-A'ma, dari
Buraidah yang menceritakan bahwa kami (para sahabat) pernah bertanya,
"Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam
penghormatan kepadamu, maka bagaimanakah caranya bersalawat untukmu?"
Rasulullah Saw. menjawab: Ucapkanlah, "Ya Allah, curahkanlah salawat,
rahmat, dan berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana yang
telah Engkau curahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”
Abu Daud Al-A'ma namanya adalah Nafi' ibnul Haris, dia orangnya berpredikat matruk.
Hadis lainnya berpredikat mauquf, kami telah meriwayatkannya melalui
jalur Sa'id ibnu Mansur, Yazid ibnu Harun, dan Zaid ibnul Habbab,
ketiga-tiganya dari Nuh ibnu Qais, bahwa telah menceritakan kepada kami
Salamah Al-Kindi, bahwa sahabat Ali r.a. sering mengajarkan doa berikut
kepada orang-orang, "Ya Allah, Yang menghamparkan semua yang rata, Yang
menciptakan langit-langit yang tinggi, dan Yang menundukkan semua hati
menurut fitrahnya ada yang celaka dan ada yang bahagia. Jadikanlah
salawat-salawat-Mu yang mulia, berkah-berkah-Mu yang terus berkembang,
dan kasih sayang-Mu yang sangat lembut kepada Muhammad, hamba dan
Rasul-Mu yang dapat membuka semua yang terkunci, yang menjadi penutup
bagi nabi-nabi yang sebelumnya, yang mengumumkan kebenaran dengan cara
yang benar, dan yang mengikis habis bala tentara kebatilan. Dia telah
mengemban perintahMu dengan penuh ketaatan kepada-Mu, melangkah maju
menuju jalan rida-Mu dengan pantang mundur dan tidak pernah lemah,
tetapi penuh dengan keteguhan hati. Dia menghafal semua wahyu-Mu dan
memelihara janji-Mu seraya terus melangkah melaksanakan perintah-Mu
sehingga sampailah tanda-tanda kekuasaan Allah dapat dilihat oleh orang
yang mendapat hidayah. Melaluinya hati manusia yang beriman mendapat
petunjuk sesudah terbenam ke dalam fitnah dan dosa, dan dia telah
membuat cemerlang semua rambu yang menuju ke jalan hidayah. Dialah yang
menerangkan dengan jelas semua hukum-hukum agama dan yang menjadikan
Islam bercahaya. Dia adalah kepercayaan-Mu yang tepercaya, bendahara
ilmu-Mu yang tersimpan, saksi-Mu kelak di hari pembalasan, yang
memohonkan nikmat kepada-Mu, dan Rasul-Mu yang membawa kebenaran sebagai
rahmat dari-Mu. Ya Allah, luaskanlah baginya tempat di surga' Adn-Mii,
berikanlah kepadanya balasan kebaikan yang berlipat ganda sebagai
karunia dari-Mu, dengan balasan yang menyenangkannya dan tidak
membuatnya bersedih hati, yaitu dari balasan pahala-Mu yang berlimpah.
Ya Allah, tinggikanlah bangunannya di atas bangunan manusia, dan
muliakanlah kedudukan dan tempatnya di sisiMu. Sempurnakanlah baginya
cahayanya, dan berilah dia imbalan sebagai seseorang yang telah Engkau
angkat menjadi rasul-Mu orang yang diterima persaksiannya, diridai
ucapannya, mempunyai lisan yang adil, rencana yang memisahkan (antara
hak dan batil), dan sebagai hujah dan bukti yang besar."
Hal ini sudah dikenal sebagai perkataan sahabat Ali r.a. dalam bacaan
salawatnya untuk Nabi Saw. Akan tetapi, Ibnu Qutaibah telah
membicarakannya di dalam kitab Musykilul hadis-nya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Husain Ahmad ibnu Faris
Al-Lugawi di dalam kitabnya yang ia himpun membahas keutamaan membaca
salawat untuk Nabi Saw., hanya saja di dalam sanadnya terdapat hal yang
masih diragukan. Guru kami Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan
bahwa Salamah Al-Kindi adalah seorang yang tidak dikenal dan dia tidak
menjumpai masa sahabat Ali. Demikianlah menurutnya.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkan asar ini dari Muhammad
ibnu Al-As Sa'ig, dari Sa'id ibnu Mansur, bahwa telah menceritakan
kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Salamah Al-Kindi yang mengatakan bahwa
dahulu Ali r.a. mengajarkan kepada kami suatu bacaan salawat untuk Nabi
Saw. yang bunyinya, "Ya Allah, Yang menghamparkan semua yang datar,"
hingga akhir asar.
Hadis lain.
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, dari Aun ibnu
Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid, dari Abdullah
ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan, "Apabila kalian membaca salawat untuk
Rasulullah Saw., maka bacalah salawat yang baik untuknya. Karena
sesungguhnya kalian tidak mengetahui, barangkali salawat kalian itu
disampaikan kepadanya." Mereka berkata kepada Ibnu Mas'ud, "Ajarilah
kami." Maka Ibnu Mas'ud berkata, "Ucapkanlah oleh kalian, 'Ya Allah,
limpahkanlah salawat, rahmat dan berkah-Mu kepada junjungan para rasul,
pemimpin orang-orang yang bertakwa, penutup para nabi, yaitu Muhammad,
hamba dan rasul-Mu, Imam kebaikan, pemimpin kebaikan, dan rasul pembawa
rahmat. Ya Allah, berikanlah kepadanya kedudukan yang terpuji yang
diingini oleh orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian.
Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad, dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia."
Riwayat ini berpredikat mauquf, yakni hanya sampai kepada Ibnu Mas'ud.
Ismail Al-Qadi telah meriwayatkan hal yang hampir sama dengan asar ini
dari Abdullah ibnu Amr atau dari Umar. Perawi ragu, karenanya memakai
kata 'atau'.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا مَالِكُ بن
إسماعيل، حدثنا أبوإِسْرَائِيلَ، عَنْ يُونُسَ بْنِ خَبَّاب قَالَ:
خَطَبْنَا بِفَارِسَ فَقَالَ: {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} ، فَقَالَ: أَنْبَأَنِي مَنْ سَمِعَ ابْنَ
عَبَّاسٍ يَقُولُ: هَكَذَا أُنْزِلَ. فَقُلْنَا -أَوْ: قَالُوا -يَا
رَسُولَ اللَّهِ، عَلمنا السَّلَامَ عَلَيْكَ، فَكَيْفَ الصَّلَاةُ
عَلَيْكَ؟ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ، صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْحَمْ مُحَمَّدًا وَآلَ مُحَمَّدٍ، كَمَا
رَحِمْتَ آلَ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، [وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ]
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada
kami Abu Israil, dari Yunus ibnu Khabbab yang menceritakan bahwa Yunus
ibnu Khabbab berkhotbah kepada kami di negeri Persia dengan membacakan
firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56) Lalu ia
mengatakan, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah mendengar
Ibnu Abbas mengatakan bahwa demikianlah ayat ini diturunkan, lalu kami
(para sahabat) atau mereka (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah,
kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam penghormatan
untukmu, maka bagaimanakah cara bersalawat untukmu?" Rasulullah Saw.
menjawab: Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim
dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan
rahmatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau rahmati
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan
limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah
Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim: Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Mahamulia.
Hadis ini dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa
diperbolehkan memohonkan rahmat buat Nabi Saw. seperti yang dikatakan
oleh jumhur ulama, dan diperkuat oleh hadis orang Arab Badui yang
mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan
janganlah Engkau rahmati seseorang pun bersama kami." Maka Rasulullah
Saw. bersabda:
"لَقَدْ حَجَرْتَ وَاسِعًا".
Sesungguhnya kamu telah membatasi hal yang luas.
Al-Qadi Iyad telah meriwayatkan dari kebanyakan ulama mazhab Maliki,
bahwa memohonkan rahmat buat Nabi Saw. tidak diperbolehkan. Dan Al-Qadi
mengatakan bahwa tetapi Abu Muhammad ibnu Abu Zaid (salah seorang ulama
mazhab Maliki) membolehkannya.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي
عَلَيْهِ مَا صَلَّى عَلَيَّ، فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ
لِيُكْثِرْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim ibnu
Ubaidillah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amir
ibnu Rabi'ah menceritakan hadis berikut dari ayahnya yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang
mengucapkan salawat untukku sekali, maka para malaikat terus-menerus
memohonkan ampunan buatnya selama ia masih membaca salawat. Karena itu,
hendaklah seseorang hamba membaca salawat, baik banyak ataupun sedikit.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا بُنْدَار، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَثْمَةَ، حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ يَعْقُوبَ
الزَّمْعِيّ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ كَيْسَان؛ أَنَّ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ شَدَّادٍ أَخْبَرَهُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَوْلَى
النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً".
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bandar,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalid ibnu Asmah, telah
menceritakan kepadaku Musa ibnu Ya'qub Az-Zam'i, telah menceritakan
kepadaku Abdullah ibnu Kaisan, bahwa Abdullah ibnu Syaddad pernah
menceritakan kepadanya dari Abdullah ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Orang yang paling berhak mendapat syafaatku kelak di
hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca salawat untukku.
Imam Turmuzi meriwayatkannya secara tunggal, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Hadis lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ زَيْدِ بْنِ طَلْحَةَ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَتَانِي آتٍ
مِنْ رَبِّي فَقَالَ لِي: مَا مِنْ عبد يصلي عليك صلاة إلاصَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا". فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَلَا أَجْعَلُ نِصْفَ دُعَائِي لَكَ؟ قَالَ: "إِنْ شِئْتَ". قَالَ: أَلَا
أَجْعَلُ ثُلُثَيْ دُعَائِي لَكَ؟ قَالَ: "إِنْ شِئْتَ". قَالَ: أَلَا
أَجْعَلُ دُعَائِي لَكَ كُلَّهُ؟ قَالَ: "إِذَنْ يَكْفِيكَ اللَّهُ هَمَّ
الدِّينَا وَهَمَّ الْآخِرَةِ".
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ya'qub ibnu Zaid
ibnu Talhah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah
datang kepadaku utusan dari Tuhanku, lalu mengatakan kepadaku bahwa
tidaklah seorang hamba membaca salawat untukku sekali melainkan Allah
membalasnya sepuluh kali untuknya. Lalu berdirilah seorang lelaki dan
bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku jadikan separo doaku untukmu?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Terserah kamu." Lelaki itu bertanya lagi,
"Bolehkah saya menjadikan dua pertiga doaku untukmu?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Terserah kamu." Lelaki itu bertanya lagi, "Bolehkan aku
jadikan seluruh doaku untukmu?" Rasulullah Saw. bersabda: Kalau begitu,
Allah akan menghindarkanmu dari kesusahan di dunia dan kesusahan di
akhirat.
Seorang syekh di Mekah yang dikenal dengan nama Mani' mengatakan kepada
Sufyan (yakni bertanya kepada Sufyan) tentang sanad hadis ini dari siapa
ia menerimanya. Maka Sufyan menjawab,-"Tidak tahu."
Hadis lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَلام الْعَطَّارُ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ -يَعْنِي: الثَّوْرِيِّ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْرُجُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ فَيَقُولُ: "جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ،
تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ". قَالَ أُبَيٌّ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، أَفَأَجْعَلُ لَكَ
ثُلُثَ صَلَاتِي؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "الشَّطْرُ". قَالَ: أَفَأَجْعَلُ لَكَ شَطْرَ صَلَاتِي؟ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الثُّلُثَانِ". قَالَ
أَفَأَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا؟ قَالَ: "إِذَنْ يَغْفِرُ اللَّهُ
ذَنْبَكَ كُلَّهُ"
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Salam Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari
Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka'b,
dari ayahnya yang menceritakan, bahwa Rasulullah Saw. keluar di tengah
malam, lalu bersabda, "Tiupan yang mengguncangkan alam pasti datang
diiringi dengan tiupan lainnya yang mengguncangkan, maut menimpa
semuanya (yakni hari kiamat dan hari berbangkit)." Maka Ubay bertanya,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya selalu berdoa di sebagian malam
hari. Bolehkah aku jadikan sepertiga doaku untukmu?" Rasulullah Saw.
bersabda, "Separonya." Ubay bertanya lagi, "Bolehkah kujadikan separo
doaku untukmu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Dua pertiganya." Ubay
bertanya lagi, "Bolehkan saya jadikan semua doaku untukmu?" Rasulullah
Saw. menjawab:Kalau begitu, Allah akan mengampuni semua dosamu.
Imam Turmuzi telah meriwayatkan hal yang semisal. Untuk itu ia mengatakan,
حَدَّثَنَا هَنّاد، حَدَّثَنَا قَبِيصة، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيل، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ
بْنِ كَعْبٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ: "يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، اذْكُرُوا اللَّهَ، اذْكُرُوا اللَّهَ، جَاءَتِ
الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ،
جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ". قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ، فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ
صَلَاتِي؟ قَالَ: "مَا شِئْتَ". قُلْتُ: الرُّبْعُ؟ قَالَ: "مَا شِئْتَ،
فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ". قُلْتُ: فَالنِّصْفُ؟ قَالَ: "مَا
شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ". قُلْتُ: فَالثُّلْثَيْنِ؟
قَالَ: "مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ". قُلْتُ: أَجْعَلُ
لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا؟ قَالَ: "إِذَنْ تُكْفَى هَمَّكَ، وَيُغْفَرُ لَكَ
ذَنْبُكَ".
Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami
Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu
Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila telah berlalu dua pertiga
malam hari, beliau bangun, lalu bersabda: Hai manusia, berzikirlah
(dengan menyebut nama)Allah, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
tiupan pertama yang mengguncangkan alam pasti akan datang dan diiringi
oleh tiupan kedua yang mengguncangkan; maut datang dengan segala
sesuatunya, maut datang dengan segala sesuatunya. Maka Ubay bertanya,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya banyak membaca salawat untukmu,
maka berapa banyakkah salawat yang harus kubaca untukmu?" Rasulullah
Saw. menjawab, "Sesukamu." Ubay bertanya, Bagaimanakah dengan seperempat
dari doaku?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau
tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay bertanya, "Bagaimana dengan
separonya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau
tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay bertanya, "Bagaimanakah dengan dua
pertiganya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau
tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay berkata, "Aku akan menjadikan semua
doaku dengan membaca salawat untukmu." Rasulullah Saw. bersabda: Kalau
demikian, engkau akan terhindar dari kesusahanmu dan semua dosamu
diampuni.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيل، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ
أُبَيٍّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَرَأَيْتَ إِنْ جعلتُ صَلَاتِي كُلَّهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ: "إِذَنْ
يَكْفِيكَ اللَّهُ مَا أهَمَّك مِنْ دُنْيَاكَ وَآخِرَتَكَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil,
dari At-Tufail ibnu Ubay, dari ayahnya yang menceritakan bahwa seorang
lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, bagaimanakah
pendapatmu jika kujadikan semua doaku untukmu?" Rasulullah Saw.
menjawab:Kalau demikian, Allah akan menghindarkan dirimu dari kesusahan
dunia dan akhiratmu.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ مَنْصُورُ بْنُ
سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ، وَيُونُسُ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ -قَالَا
حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي
عَمْرٍو، عَنْ أَبِي الْحُوَيْرِثِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ
مُطْعِمٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتَّبَعْتُهُ حَتَّى دَخَلَ
نَخْلًا فَسَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ، حَتَّى خِفْتُ -أَوْ: خَشِيتُ
-أَنْ يَكُونَ اللَّهُ قَدْ تَوَفَّاهُ أَوْ قَبَضَهُ. قَالَ: فَجِئْتُ
أَنْظُرُ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: "مَا لَكَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ؟ "
قَالَ: فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ: "إِنَّ جِبْرِيلَ، عَلَيْهِ
السَّلَامُ، قَالَ لِي: أَلَا أُبَشِّرُكَ؟ إِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ،
يَقُولُ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلِيْتُ عَلَيْهِ، ومَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ
سلمتُ عَلَيْهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Mansur
ibnu Salamah Al-Khuza'i dan Yunus ibnu Muhammad. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Lais, dari Yazid ibnul Had, dari Amr ibnu
Abu Umar, dari Abul Huwairis, dari Muhammad ibnu Jabir ibnu Mut'im,
dari Abdur Rahman ibnu Auf yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
keluar, lalu aku mengikutinya hingga beliau memasuki sebuah kebun kurma,
kemudian beliau sujud dalam waktu yang lama sehingga aku merasa
khawatir atau merasa takut bila beliau telah diwafatkan oleh Allah Swt.
Abdur Rahman ibnu Auf melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku mendekatinya
dan memeriksanya, tiba-tiba beliau mengangkat kepalanya dan bertanya,
"Mengapa kamu, hai Abdur Rahman?" Maka kuceritakan kepada beliau tentang
kekhawatiran diriku, lalu beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Jibril
a.s. telah mengatakan kepadaku, "Ingatlah, aku akan menyampaikan berita
gembira kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, 'Barang
siapa yang mengucapkan salawat untukmu, Aku akan membalas salawatnya.
Dan barang siapa yang mengucapkan salam untukmu, Aku akan membalas
salamnya.”
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي
هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، حَدَّثَنَا عمرو بن أبي
عمرو، من عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
عَوْفٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَجَّهُ نَحْوَ صَدَقَتِهِ،
فَدَخَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، فخر ساجدا، فأطال السُّجُودَ، حَتَّى
ظَنَنْتُ أَنَّ اللَّهَ قَدْ قَبَضَ نَفْسَهُ فِيهَا، فَدَنَوْتُ مِنْهُ
ثُمَّ جَلَسْتُ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: "مَنْ هَذَا؟ " فَقُلْتُ:
عَبْدُ الرَّحْمَنِ. قَالَ: "مَا شَأْنُكَ؟ " قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
سَجَدْتَ سَجْدَةً خَشِيتُ أَنْ [يَكُونَ] اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، قَبَضَ
نَفْسَكَ فِيهَا. فَقَالَ: "إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي فَبَشَّرَنِي أَنَّ
اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، يَقُولُ لَكَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلِّيْتُ
عَلَيْهِ، وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ -فسجدتُ لِلَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ، شُكْرًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula
Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Bilal, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Amr, dari Abdul Wahid ibnu
Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Auf, dari Abdur Rahman ibnu Auf yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bangkit, lalu menuju ke arah kebun
kurma hasil zakat, kemudian beliau masuk ke dalamnya dan menghadap ke
arah kiblat, lalu bersujud. Beliau melakukan sujudnya dalam waktu yang
cukup lama, sehingga aku menduga bahwa Allah Swt. telah mencabut
nyawanya dalam sujud itu. Aku mendekatinya dan duduk di dekatnya, maka
beliau mengangkat kepalanya (dari sujudnya) dan bersabda, "Siapakah
orang ini?" Aku menjawab, "Abdur Rahman." Nabi Saw. bertanya, "Ada perlu
apa?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, engkau telah melakukan sujud
cukup lama dan saya merasa khawatir bila Allah mencabut nyawamu dalam
sujudmu itu." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Jibril telah
datang kepadaku dan menyampaikan berita gembira kepadaku, bahwa Allah
Swt. telah berfirman ditujukan kepadaku, "Barang siapa yang mengucapkan
salawat untukku, maka Dia akan mencurahkan rahmat dan berkahNya
kepadanya. Dan barang siapa yang mengucapkan salam penghormatan
kepadaku, maka Dia akan membalasnya, " karena itulah aku bersujud kepada
Allah Swt. sebagai ungkapan rasa syukur (ku kepada-Nya).
Ismail ibnu Ishaq Al-Qadi telah meriwayatkannya di dalam kitabnya, dari
Yahya ibnu Abdul Hamid, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abdul Wahid,
dari ayahnya, dari Abdur Rahman ibnu Auf dengan sanad yang sama. Ia
telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain bersumber dari Abdur
Rahman.
Hadis lain.
قَالَ [الْحَافِظُ] أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ بْنِ بَحير بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مُعَاوِيَةَ بْنِ بَحِيرِ بْنِ رَيْسَانَ، [حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
الرَّبِيعِ بْنِ طَارِقَةَ] ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ ،
عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعي، عَنِ الْأُسُودِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ فَلَمْ يَجِدْ أَحَدًا
يَتْبَعُهُ، فَفَزِعَ عُمَرُ، فَأَتَاهُ بِمطْهَرة مِنْ خَلْفِهِ، فَوَجَدَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا فِي مَشربة ،
فَتَنَحَّى عَنْهُ مِنْ خَلْفِهِ حَتَّى رَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: "أَحْسَنْتَ يَا عُمَرُ حِينَ
وَجَدْتَنِي سَاجِدًا فَتَنَحَّيْتَ عَنِّي، إِنْ جِبْرِيلَ أَتَانِي
فَقَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ وَاحِدَةً، صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ ، وَرَفَعَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ"
Abdul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdur Rahim ibnu Bujair ibnu Abdullah ibnu Mu'awiyah ibnu
Bujair ibnu Rayyan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub,
telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnu Umar, dari Al-Hakam ibnu
Utaibah, dari Ibrahim An-Nakha'i, dari Al-Aswad ibnu Yazid, dari Umar
ibnul Khattab r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. keluar untuk
menunaikan hajatnya dan beliau tidak menjumpai seorang pun untuk
menemaninya. Ketika Umar melihatnya tak berteman, terkejutlah ia, lalu
dengan segera Umar mengambil air untuk bersucinya dan menyusulnya dari
belakang. Umar menjumpai Nabi Saw. sedang sujud di dekat sebuah sumur,
maka Umar mengambil jarak dari arah belakangnya dan tidak mendekat
hingga Nabi Saw. mengangkat kepalanya. Lalu Nabi Saw. bersabda:
Tindakanmu baik, hai Umar. Ketika kamu menjumpai diriku sedang sujud,
kamu agak menjauh dariku. Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan
mengatakan, "Barang siapa yang mengucapkan salawat untukku dari kalangan
umatku sebanyak sekali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali
salawat dan meninggikan derajatnya sepuluh kali.”
Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi telah memilih hadis ini di dalam kitabnya
yang berjudul Al-Mustakhraj 'Alas Sahihain. Ismail Al-Qadi telah
meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dari Salamah ibnu Wardan, dari Anas,
dari Umar dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya pula dari
Ya'qub ibnu Humaid, dari Anas ibnu Iyad, dari Salamah ibnu Wardan, dari
Malik ibnu Aus ibnul Hadsan, dari Umar ibnu Khattab dengan lafaz yang
semisal.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ مَوْلَى الْحَسَنِ بْنِ
عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم جَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ،
وَالسُّرُورُ يُرَى فِي وَجْهِهِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا
لَنَرَى السُّرُورَ فِي وَجْهِكَ. فَقَالَ: "إِنَّهُ أَتَانِي الْمَلَكُ
فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَمَا يُرْضِيكَ أَنَّ رَبَّكَ، عَزَّ وَجَلَّ،
يَقُولُ: إِنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْكَ أَحَدٌ من أمتك إِلَّا صلَّيت
عَلَيْهِ عَشْرًا، وَلَا يُسَلِّمُ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلَّا
سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا؟ قَالَ: بَلَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit ibnu Sulaiman
maula Al-Hasan ibnu Ali, dari Abdullah ibnu Abu Talhah, dari ayahnya
yang meceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. datang dengan
wajah yang tampak berseri-seri karena gembira. Maka mereka (para
sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami melihat pertanda
kegembiraan di wajahmu." Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya telah
datang kepadaku malaikat yang mengatakan, "Hai Muhammad, tidakkah kamu
rela bila Tuhanmu berfirman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun
dari umatmu yang membaca salawat untukmu melainkan Dia membalasnya
dengan sepuluh kali lipatnya. Dan tidak ada seorang pun dari umatmu yang
mengucapkan salam penghormatan kepadamu melainkan Dia membalasnya
dengan sepuluh kali salam penghormatan?" Maka aku berkata, "Tentu saja
rela.”
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan
sanad yang sama. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya dari Ismail ibnu
Abu Uwais, dari saudaranya, dari Sulaiman ibnu Bilal, dari Ubaidillah
ibnu Umar, dari Sabit, dari Anas, dari AbuTalhah dengan lafaz yang
semisal.
Jalur lain.
قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيْج ، حَدَّثَنَا أَبُو
مَعْشَر، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ كَعْبِ بْنِ عُجْرَة، عَنْ أَبِي طَلْحَةَ
الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمًا طَيِّبَ النَّفْسِ، يُرى فِي وَجْهِهِ الْبَشَرُ،
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَصْبَحْتُ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ،
يُرى فِي وَجْهِكَ الْبِشْرُ؟ قَالَ: "أَجَلْ، أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي،
عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلَاةً،
كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ
سَيِّئَاتٍ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah
menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Ishaq ibnu Ka'b ibnu Ujrah,
dari Abu Talhah Al-Ansari yang menceritakan bahwa pada suatu pagi hari
Rasulullah Saw. kelihatan cerah dan wajahnya menunjukkan rasa gembira,
maka para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, pagi hari ini engkau
kelihatan cerah dan wajahmu tampak gembira." Rasulullah Saw. menjawab:
Benar, telah datang kepadaku utusan dari Tuhanku yang mengatakan,
"Barang siapa yang membaca salawat untukmu dari kalangan umatmu sekali
salawat, maka Allah mencatatkan baginya sepuluh kebaikan, dan
menghapuskan darinya sepuluh keburukan, dan meninggikan kedudukannya
sepuluh derajat (tingkatan), dan membalasnya dengan salawat yang
semisal.”
Sanad riwayat ini pun terbilang jayyid, tetapi mereka tidak ada yang mengetengahkannya.
Hadis lain.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkan:
مِنْ حَدِيثِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ؛ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
صَلَّى عَلَيّ وَاحِدَةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا".
Melalui hadis Ismail ibnu Ja'far, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang besalawat untukku sekali, maka
Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali salawat untuknya.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Dalam bab yang sama
telah diriwayatkan sebuah hadis dari Abdur Rahman ibnu Auf, Amir ibnu
Rabi'ah, Ammat, Abu Talhah, Anas, dan Ubay ibnu Ka'b.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ كَعْبٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "صَلُّوا
عَلَيَّ؛ فَإِنَّهَا زَكَاةٌ لَكُمْ. وَسَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ؛
فَإِنَّهَا دَرَجَةٌ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ، لَا يَنَالُهَا إِلَّا
رَجُلٌ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Lais, dari Ka'b,
dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bacalah salawat
untukku, karena sesungguhnya salawat itu adalah pencuci (dosa)bagi
kalian, dan mohonkanlah al-wasilah kepada Allah untukku, karena
sesungguhnya al-wasilah itu merupakan suatu kedudukan yang tertinggi di
surga dan tidak diberikan kecuali hanya kepada seseorang, dan aku
berharap semoga orang itu adalah aku sendiri.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal. Dan Al-Bazzar meriwayatkannya
melalui jalur Mujahid, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.
فَقَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ البَكَّالي، حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عُلَيَّة، عَنْ لَيْثٍ،
عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَلُّوا عَلَيَّ؛ فَإِنَّهَا زَكَاةٌ
لَكُمْ، وَسَلُوا اللَّهَ لِيَ الدَّرَجَةَ الْوَسِيلَةَ مِنَ الْجَنَّةِ"
فَسَأَلْنَاهُ -أَوْ: أَخْبَرَنَا -فَقَالَ: "هِيَ دَرَجَةٌ فِي أَعْلَى
الْجَنَّةِ، وَهِيَ لِرَجُلٍ، وَأَنَا أَرْجُو أَنْ أَكُونَ ذَلِكَ
الرَّجُلُ".
Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Ishaq Al-Bakkali, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Aliyyah, dari Lais, dari
Mujahid, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya salawat untukku
merupakan pencuci (dosa) bagi kalian, dan mohonkanlah kedudukan
al-wasilah di surga untukku kepada Allah. Lalu kami bertanya, atau
beliau Saw. menceritakan kepada kami melalui sabdanya: Al-wasilah adalah
suatu kedudukan yang tertinggi di surga, dan diperuntukkan hanya bagi
seorang lelaki, dan aku berharap semoga lelaki itu adalah diriku.
Akan tetapi, di dalam sanad hadis ini terdapat perawi yang masih diragukan predikatnya.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا
ابْنُ لَهِيعة، [عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرَةَ]، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ مَرِيجٍ الْخَوْلَانِيِّ، سَمِعْتُ أَبَا قَيْسٍ -مَوْلَى
عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ -سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ:
مَنْ صَلَّى عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
صَلَاةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ بِهَا سَبْعِينَ
صَلَاةً، فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ. وَسَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا كَالْمُوَدِّعِ فَقَالَ: "أَنَا
مُحَمَّدٌ النَّبِيُّ الْأُمِّيُّ -قَالَهُ ثَلَاثُ مَرَّاتٍ -وَلَا
نَبِيَّ بَعْدِي، أُوتِيتُ فَوَاتِحَ الْكَلَامِ وَخَوَاتِمَهُ
وَجَوَامِعَهُ، وعَلمتُ كَمْ خَزَنَةُ النَّارِ وَحَمَلَةُ الْعَرْشِ،
وَتُجُوِّزَ بِي، عُوفيت وَعُوفِيَتْ أُمَّتِي، فَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا
مَا دُمْتُ فِيكُمْ، فَإِذَا ذُهِب بِي فَعَلَيْكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ،
أَحِلُّوا حَلَالَهُ، وَحَرِّمُوا حَرَامَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdur Rahman ibnu
Barih Al-Khaulani; ia pernah mendengar Abu Qais maula Amr ibnul As
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan,
"Barang siapa yang membaca salawat untuk Rasulullah Saw. sekali, maka
Allah dan para malaikat-Nya membalasnya dengan tujuh puluh kali salawat
untuknya. Karena itu, hendaklah seseorang hamba rajin membaca salawat,
baik banyak ataupun sedikit." Amr ibnul As telah mengatakan pula bahwa
ia pernah mendengar Abdullah ibnu Aier mengatakan, "Pada suatu hari
Rasulullah Saw. keluar menemui kami (para sahabat) seakan-akan sikap
beliau seperti orang yang mengucapkan selamat jalan, lalu beliau Saw.
bersabda: 'Akulah Muhammad nabi yang ummi —sebanyak tiga kali - dan
tidak ada nabi lagi sesudahku. Aku telah dianugerahi semua pembuka
kalam, penutup, dan semua gabungannya. Dan aku mengetahui berapa jumlah
malaikat penjaga neraka dan malaikat-malaikat pemikul 'Arasy. Aku dibawa
melalui sirat dan umatku diselamatkan. Maka tunduk dan patuhlah kalian
kepadaku selama aku berada di antara kalian. Dan apabila aku telah
tiada, hendaklah kalian berpegang kepada Kitabullah; halalkanlah semua
yang dihalalkannya, dan haramkanlah semua yang diharamkannya.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمة
الْخُرَاسَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "من ذُكرت عِنْدَهُ فَلْيصلّ
عَلَيَّ، ومَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
عَشْرًا".
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah Al-Khurrasani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari
Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa
yang disebutkan namaku di hadapannya, maka hendaklah ia membaca salawat
untukku. Dan barang siapa membaca sekali salawat untukku, maka Allah
membalasnya dengan sepuluh kali lipat.
Imam Nasai meriwayatkannya di dalam Kitabul Yaum wal Lailah-nya melalui
hadis Abu Daud At-Tayalisi, dari Abu Salamah alias Al-Mugirah ibnu
Muslim Al-Khurrasani, dari Abu Ishaq alias Amr ibnu Abdullah As-Subai'i,
dari Anas dengan sanad yang sama.
Hadis lain diriwayatkan melalui sahabat Anas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ،
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَمْرٍو -يَعْنِي: يُونُسَ بْنَ أَبِي إِسْحَاقَ
-عَنْ بُرَيد بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً
وَاحِدَةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحطَّ عَنْهُ عَشْرَ
خَطِيئَاتٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Fudail, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Amr, dari Yunus ibnu
Abu Ishaq, dari Yazid ibnu Abu Maryam, dari Anas yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca salawat
untukku sekali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali salawat dan
menghapuskan darinya sepuluh kesalahan.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو
وَأَبُو سَعِيدٍ [قَالَا]: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ
عِمَارَةَ بْنِ غَزِيَّة ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحُسَيْنِ، عَنْ
أَبِيهِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْبَخِيلُ مَنْ ذُكرت
عِنْدَهُ، ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ". وَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ: "فَلَمْ
يُصَلِّ عَلَيَّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu
Amr dan Abu Sa'id, (keduanya) telah menceritakan kepada kami Sulaiman
Ibnu Bilal, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Abdullah ibnul Husain, dari
ayahnya Ali ibnul Husain, dari Al-Husain, bahwa Rasulullah Saw. pernah
besabda: Orang kikir tulen ialah seseorang yang disebutkan namaku di
hadapannya, lalu ia tidak membaca Salawat untukku. Menurut riwayat Abu
Sa'id disebutkan, "Dan tidak membaca salawat untukku."
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Bilal. Kemudian
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib sahih. Di antara
para perawi ada yang menjadikannya termasuk ke dalam musnad Al-Husain
ibnu Ali, dan di antara mereka ada yang memasukkannya ke dalam musnad
Imam Ali sendiri.
Hadis lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهال،
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مَعْبَدِ بْنِ هِلَالٍ العَنزي،
حَدَّثَنَا رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ دِمَشْقَ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ
أبي ذر، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَبْخَلَ النَّاسِ مَنْ ذُكرت عِنْدَهُ
فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ"
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu
Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ma'bad
ibnu Bilal Al-Anazi, telah menceritakan kepada kami seorang lelaki dari
kalangan ulama Dimasyq, dari Auf ibnu Malik, dari Abu Zar r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya orang
yang paling kikir ialah orang yang disebutkan namaku di hadapannya, lalu
ia tidak membaca salawat untukku.
Hadis lain bepredikat mursal.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ: وَحَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرب، حَدَّثَنَا
جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، سَمِعْتُ الْحَسَنَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الْبُخْلِ أَنْ
أذْكر عِنْدَهُ فَلَا يُصَلِّي عَلَيَّ"
Ismail mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Sulaiman ibnu
Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazim, bahwa ia pernah
mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Cukuplah kekikiran bagi seseorang bila aku disebutkan di hadapannya,
lalu ia tidak membaca salawat untukku.
Hadis lain.
قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
الدَّوْرَقِيُّ، حَدَّثَنَا رِبْعي بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُرِي،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رَغِمَ أَنف رِجْلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ. [وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ،
ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ]، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ
أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ".
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Rib'i ibnu Ibrahim,
dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Celakalah seseorang yang disebutkan namaku di hadapannya, lalu ia tidak
membaca salawat untukku. Celakalah seseorang yang memasuki bulan
Ramadan, kemudian bulan Ramadan berlalu sebelum dia mendapat ampunan.
Dan celakalah seseorang yang menjumpai kedua orang tuanya memasuki usia
lanjut, kemudian keduanya tidak dijadikan olehnya sebagai penyebab yang
menghantarkannya masuk ke surga.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Menurut hemat kami, Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul
Adab, dari Muhammad ibnu Ubaidillah. Ia mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Hazm, dari Kasir ibnu Zaid, dari Al-Walid ibnu
Rabah, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan sanad yang semisal.
Kami telah meriwayatkannya pula melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan sanad yang semisal.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa dalam bab yang sama telah diriwayatkan sebuah hadis dari Jabir dan Anas.
Dan menurut kami juga diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ka'b ibnu Ujrah,
yang jalur-jalurnya telah kami sebutkan di dalam permulaan Kitabus Siyam
pada tafsir firman-Nya:
{إمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا}
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. (Al-Isra: 23)
Hadis ini dan hadis sebelumnya merupakan dalil yang menunjukkan wajib
membaca salawat untuk Nabi Saw., seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Dan ini merupakan pendapat sejumlah ulama, antara lain
At-Tahawi dan Al-Hulaimi, lalu diperkuat dengan hadis lain yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
حَدَّثَنَا جبُارة بْنُ المغَلِّس، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ،
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم:
"مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطئ طَرِيقَ الْجَنَّةِ"
yang menyebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Jubarah ibnul
Mugallas, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang lupa membaca salawat untukku, berarti ia menyimpang dari
jalan ke surga.
Junadah orangnya daif.
Akan tetapi, Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur
dari Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali Al-Baqir yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطئ طَرِيقَ الْجَنَّةِ".
Barang siapa yang lupa membaca salawat untukku, berarti ia telah menyimpang dari jalan surga.
Hadis ini mursal yang diperkuat dengan hadis yang sebelumnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ulama lainnya berpendapat bahwa dalam suatu majelis diwajibkan membaca
salawat untuk Nabi Saw. sekali, kemudian yang selanjutnya tidak
diwajibkan lagi melainkan hanya sunat. Demikianlah menurut apa yang
dinukil oleh Imam Turmuzi dari sebagian di antara mereka, dan diperkuat
oleh hadis yang diriwayatkan olehnya.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ صَالِحٍ -مولى التَّوْءَمة -عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ، وَلَمْ
يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ
عَذَّبَهُمْ، وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ".
Yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Saleh maula At-Tau'amah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Tidaklah suatu kaum duduk di suatu mejelis tanpa
menyebut nama Allah padanya dan juga tanpa mengucapkan salawat untuk
nabi mereka melainkan majelis itu akan menjadi penyesalan bagi mereka di
hari kiamat. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, Dia akan
mengazab mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada
mereka, Dia akan memberikan ampunan kepada mereka.
Imam Turmuzi meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Hajjaj dan Yazid ibnu Harun, keduanya
dari Ibnu Abu Zi'b, dari Saleh maula At-Tau'amah, dari Abu Hurairah
secara marfu' dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. melalui berbagai jalur.
Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari
Sulaiman ibnu Zakwan, dari Abu Sa'id yang mengatakan, "Tidaklah suatu
kaum duduk di majelis, lalu mereka bangkit darinya tanpa membaca salawat
untuk Nabi Saw. melainkan majelis itu akan menjadi penyesalan bagi
mereka kelak di hari kiamat. Dan jika mereka masuk surga, niscaya mereka
tidak dapat melihat pahalanya."
Telah diriwayatkan pula dari sebagian ulama yang mengatakan bahwa
sesungguhnya kewajiban membaca salawat untuk Nabi Saw. adalah sekali
seumur hidup, karena mengamalkan ayat ini. Kemudian hukumnya sunat untuk
kelanjutannya. Pendapat inilah yang didukung oleh Al-Qadi Iyad sesudah
meriwayatkan tentang adanya kesepakatan yang bertentangan dengannya.
Lalu Qadi Iyad mengulas bahwa kesepakatan tersebut barangkali berkaitan
dengan yang lebih dari satu kali. Dan hal yang diwajibkan adalah sekali,
misalnya dalam persaksian yang menyatakan kenabiannya. Sedangkan untuk
kelanjutannya adalah sunat dan dianjurkan serta termasuk hal-hal yang
disunatkan dan syiar dari pemeluk Islam.
Menurut hemat kami pendapat yang didukung oleh Al-Qadi Iyad ini aneh,
karena sesungguhnya telah ada perintah yang menganjurkan untuk membaca
salawat untuk Nabi Saw. di berbagai waktu dan kesempatan. Antara lain
ada yang wajib, ada pula yang sunat, sebagaimana yang akan kami jelaskan
berikut ini.
Dan antara lain ialah dianjurkan sesudah azan salat karena berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ، حَدَّثَنَا
كَعْبُ بْنُ عَلْقَمَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنَ بْنَ جُبَيْرٍ
يَقُولُ: أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
يَقُولُ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِذَا سَمِعْتُمْ مُؤَذِّنًا فَقُولُوا مِثْلَ مَا
يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ؛ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَليَّ صَلَاةً
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا لِيَ الْوَسِيلَةَ،
فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ
عِبَادِ اللَّهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Ka'b
ibnu Alqamah; ia pernah mendengar Abdur Rahman, ibnu Jubair mengatakan
bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Apabila
kalian mendengar suara muazzin, maka ucapkanlah seperti apa yang
diserukannya, kemudian bacalah salawat untukku. Karena sesungguhnya
barang siapa yang membaca salawat untukku, maka Allah akan membalasnya
dengan sepuluh kali lipat. Kemudian mohonkanlah kepada Allah al-wasilah
untukku, karena sesungguhnya al-wasilah itu ada/ah suatu kedudukan di
surga yang tidak diberikan melainkan hanya kepada seseorang dari
hamba-hamba Allah. Dan aku berharap semoga orang tersebut adalah aku
sendiri. Barang siapa yang memohonkan wasilah buatku, maka dia akan
mendapat syafaat.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalu hadis Ka'b ibnu Alqamah.
Jalur lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ،
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ أبي بَكْرٍ الجُشَمي، عَنْ
صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ سَأَلَ اللَّهَ
لِي الْوَسِيلَةَ، حَقَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, dari Abu Bakar
Al-Jusyami, dari Safwan ibnu Salim, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang memohon
kepada Allah al-wasilah untukku, maka wajib baginya mendapat syafaat
dariku kelak di hari kiamat.
Hadis lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ كَعْبٍ -هُوَ كَعْبُ
الْأَحْبَارِ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَلُّوا عَليَّ،
فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ عَلَيَّ زَكَاةٌ لَكُمْ، وَسَلُوا اللَّهَ لِيَ
الْوَسِيلَةَ". قَالَ: فَإِمَّا حَدّثنا وَإِمَّا سَألناه، فَقَالَ:
"الْوَسِيلَةُ أَعْلَى دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، لَا يَنَالُهَا إِلَّا
رَجُلٌ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ ذَلِكَ الرَّجُلَ".
Ismail Al-Qadi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zaid, dari Lais,
dari Ka'b Al-Ahbar, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bacalah salawat untukku, karena
sesungguhnya salawat kalian untukku dapat menyucikan (dosa) kalian, dan
mohonkanlah kepada Allah al-wasilah untukku. Hadis berikutnya adakalanya
beliau Saw. sendiri yang menceritakannya kepada kami, adakalanya-kami
yang menanyakannya, yaitu sabda beliau yang mengatakan: Al-wasilah
adalah kedudukan yang tertinggi di surga yang tidak dapat diraih kecuali
hanya oleh seseorang saja, dan aku berharap semoga orang itu adalah
aku.
Kemudian Ismail Al-Qadi meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Abu Bakar,
dari Mu'tamir, dari Lais ibnu Abu Salim dengan sanad yang sama.
Hal yang sama disebutkan oleh hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا
بَكْرُ بْنُ سَوَادَةَ، عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ، عَنْ وَفاء
الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ رُوَيْفع بْنِ ثَابِتٍ الْأَنْصَارِيِّ؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: "مَنْ صَلَّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَقَالَ: اللَّهُمَّ، أَنْزِلْهُ الْمَقْعَدَ الْمُقَرَّبَ
عِنْدَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِي".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami
Bakar ibnu Saudah, dari Ziad ibnu Na'im, dari Warqa Al-Hadrami dan
Ruwaifi' ibnu Sabit Al-Ansari, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa mengucapkan salawat untuk Muhammad dan mengucapkan doa, "Ya
Allah, tempatkanlah dia pada kedudukan yang terdekat di sisi-Mu kelak
di hari kiamat," maka wajiblah baginya syafaat dariku.
Sanad hadis ini dapat diterima, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Ada suatu asar yang hasan diriwayatkan oleh Ismail Al-Qadi, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari
ayahnya yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan
dalam doanya, "Ya Allah, terimalah syafaat kubra Muhammad dan
tinggikanlah lagi derajatnya yang tinggi itu, dan berikanlah kepadanya
apa yang dimintanya kelak di akhirat dan juga di dunia, sebagaimana
telah Engkau berikan kepada Ibrahim dan Musa 'alaihimas salam."
Sanad asar ini jayyid, kuat sahih.
Dianjurkan lagi membaca salawat saat hendak memasuki masjid dan saat
keluar darinya, karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ أَبِي
سُلَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ ، عَنْ أُمِّهِ فَاطِمَةَ
بِنْتِ الْحُسَيْنِ، عَنْ جَدَّتِهِ [فَاطِمَةُ] بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي، وَافْتَحْ
لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ". وَإِذَا خَرَجَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ
وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي، وَافْتَحْ لِي
أَبْوَابَ فَضْلِكَ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Lais ibnu Abu Salim, dari Abdullah ibnul
Hasan, dari ibunya Fatimah bintil Husain, dari neneknya Fatimah binti
Rasulullah yang menceritakan bahwa Rasulullah apabila memasuki masjid
mengucapkan salawat dan salam untuk dirinya sendiri, kemudian berdoa: Ya
Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan bukakanlah bagiku semua pintu
rahmat-Mu. Dan apabila keluar dari masjid, beliau mengucapkan salawat
dan salam untuk dirinya, kemudian berdoa: Ya Allah, ampunilah
dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku semua pintu kemurahan-Mu.
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr At-Tamimi,
dari Sulaiman Ad-Dabbi, dari Ali ibnu Husain yang menceritakan bahwa Ali
ibnu Abu Talib r.a. pernah berkata, "Apabila kalian melalui masjid,
maka bacalah salawat untuk Nabi Saw."
Adapun mengenai membaca salawat untuk Nabi Saw. dalam salat telah kami
sebutkan keterangannya, yaitu dilakukan dalam tasyahhud terakhir, juga
keterangan mengenai ulama yang berpendapat demikian, seperti Imam Syafii
dan Imam Ahmad. Adapun mengenai tasyahhud pertama, tiada suatu pendapat
pun yang mengatakannya wajib. Tetapi apakah disunatkan, ada dua
pendapat mengenainya di kalangan mazhab Imam Syafii.
Hal yang juga dianjurkan membaca salawat padanya ialah dalam salat
jenazah, karena menurut ketetapan sunat disebutkan hendaknya orang yang
salat jenazah membaca surat Al-Fatihah setelah takbir pertamanya. Dalam
takbir yang kedua membaca salawat untuk Nabi Saw. Dan dalam takbir yang
ketiga mendoakan mayat, sedangkan pada takbir yang keempat hendaknya
diucapkan doa berikut, "Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari
pahalanya dan janganlah Engkau fitnah (menguji) kami sesudahnya."
Imam Syafii rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Mutarrif ibnu Mazin, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan
kepadaku Abu Umamah ibnu Sahl ibnu Hanif, bahwa ia telah menerima hadis
berikut dari seorang sahabat Nabi Saw. yang menceritakan bahwa salat
jenazah menurut ketentuan sunnah ialah hendaknya imam melakukan takbir
pertamanya, kemudian membaca surat Al-Fatihah sesudahnya dengan suara
yang perlahan dan hanya didengar oleh sendiri. Kemudian membaca salawat
untuk Nabi Saw., lalu mendoakan mayat dengan ikhlas. Perlu diketahui
bahwa dalam semua takbir (selain setelah takbir pertama) tidak dilakukan
bacaan Al-Qur'an apa pun, kemudian mengucapkan salam dengan suara
perlahan yang hanya dapat didengar sendiri.
Imam Nasai telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abu Umamah yang
menyebutkan bahwa menurut tuntunan sunnah dalam salat jenazah ialah,
lalu disebutkan hal yang semisal. Abu Umamah adalah salah seorang
sahabat dan hadisnya dihukumi marfu' menurut pendapat yang sahih.
Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari
Abdul A'la, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah ibnu Sahl, dari
Sahl, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa menurut tuntunan
sunnah dalam salat jenazah ialah, lalu disebutkan hal yang semisal. Hal
yang sama telah diriwayatkan melalui Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Asy
Sya'bi.
Dianjurkan pula mengucapkan salawat untuk Nabi Saw. dalam salat hari
raya, Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muslim
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad-Dustuwa'i, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abu Sulaiman, dari Ibrahim, dari
AIqamah, bahwa Ibnu Mas'ud dan Abu Musa serta Huzaifah dijumpai oleh
Al-Walid ibnu Uqbah di suatu hari sebelum hari raya, lalu Al-Walid
bertanya kepada mereka, "Sesungguhnya hari raya sudah dekat, maka
bagaimanakah cara melakukan salat hari raya itu?" Abdullah ibnu Mas'ud
menjawab, bahwa engkau memulainya dengan takbiratul ihram untuk pembuka
salat, lalu kamu memuji Tuhanmu dan membaca salawat untuk Nabi, dan
berdoa, lalu bertakbir lagi, selanjutnya kamu lakukan hal yang sama.
Kemudian kamu takbir lagi dan kamu lakukan hal yang sama seperti
sebelumnya, lalu kamu takbir lagi dan melakukan hal yang sama, kemudian
baru kamu membaca (Al-Qur'an, yakni Al-Fatihah dan surat lainnya),
kemudian kamu takbir dan rukuk. Setelah kamu berdiri dan membaca
Al-Qur'an serta memuji Tuhanmu dan membaca salawat untuk Nabi Saw.
Kemudian kamu berdoa dan bertakbir lagi, lalu kamu lakukan hal yang
sama, setelah itu kamu rukuk. Maka Huzaifah dan Abu Musa berkata, "Abu
Abdur Rahman benar." Sanad hadis ini sahih.
Disunatkan pula membaca salawat dalam penutup doa. Imam Turmuzi
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan
kepada kami An-Nadr ibnu Syamil, dari Abu Qurrah Al-Asadi, dari Sa'id
ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab yang telah mengatakan, bahwa doa
itu dihentikan di antara langit dan bumi, tiada sesuatu pun dari doa
itu yang dapat naik sebelum dibacakan salawat untuk nabimu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub ibnu Musa, dari Sa'id ibnul
Musayyab, dari Umar ibnul Khattab. Mu'az ibnul Haris telah
meriwayatkannya dari Abu Qurran, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Umar
secara marfu'.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Razin ibnu Mu'awiyah di dalam kitabnya secara marfu' dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"الدُّعَاءُ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، لَا يَصْعَدُ حَتَّى
يُصَلَّى عَلَيَّ، فَلَا تَجْعَلُونِي كَغُمَر الرَّاكِبِ، صَلُّوا
عَلَيَّ أَوَّلَ الدُّعَاءِ وَأَوْسَطَهُ وَآخِرَهُ"
Doa itu dihentikan di antara langit dan bumi, tidak dapat naik sebelum
dibacakan salawat untukku, maka janganlah kalian jadikan diriku bagaikan
wadah air seorang pengendara (yakni habis manis sepah dibuang); bacalah
salawat untukku di permulaan doa, di akhirnya, dan juga di
tengah-tengahnya.
Tambahan ini hanyalah diriwayatkan melalui Jabir ibnu Abdullah yang ada
di dalam kitab Musnad Imam Abdu ibnu Humaid Al-Kasysyi, karena dia telah
mengatakan dalam hadisnya bahwa:
حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ، أَخْبَرَنَا مُوسَى بْنُ عُبَيدة، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ
جَابِرٌ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَا تَجْعَلُونِي كَقَدَحِ الرَّاكِبِ، إِذَا عَلَّقَ تَعَالِيقَهُ
أَخَذَ قَدَحَهُ فَمَلَأَهُ مِنَ الْمَاءِ، فَإِنْ كَانَ لَهُ حَاجَةً فِي
الْوُضُوءِ تَوَضَّأَ، وَإِنْ كَانَ لَهُ حَاجَةً فِي الشُّرْبِ شَرِبَ
وَإِلَّا أَهْرَاقَ مَا فِيهِ، اجْعَلُونِي فِي أَوَّلِ الدُّعَاءِ، وَفِي،
وَسَطِ الدُّعَاءِ، وَفِي آخِرِ الدُّعَاءِ".
Telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ibrahim,
dari ayahnya yang mengatakan bahwa Jabir pernah mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami (para sahabat):Janganlah
kalian jadikan diriku seperti wadah air pengendara, yaitu apabila
gantungannya telah dicantolkan, maka wadahnya diambil, lalu dipenuhi
dengan air. Jika pemiliknya mempunyai keperluan untuk wudu, maka ia wudu
darinya, dan jika mempunyai keperluan untuk minum, maka ia minum dari
airnya. Dan jika tidak mempunyai keperluan lagi, maka airnya
ditumpahkan(dibuang). Jadikanlah diriku (bacalah salawat untukku) pada
permulaan doa, pertengahannya, dan di akhirnya.
Hadis ini garib, dan Musa ibnu Ubaidah orangnya daif dalam periwayatan hadis.
Dan termasuk hal yang paling disunahkan membaca salawat ialah dalam doa
qunut, karena berdasarkan apa yang.telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan para pemilik kitab sunan, juga Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Imam
Hakim melalui hadis Abul Jauza:
عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: علَّمَني
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولَهُنَّ
فِي الْوَتْرِ: "اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هديت، وعافني فيمن عافيت،
وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ،
وَقِنِّي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ،
وَإِنَّهُ لَا يَذِلّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ [رَبَّنَا]
وَتَعَالَيْتَ"
Dari Al-Hasan ibnu Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
mengajarkan kepadanya doa yang dibaca dalam salat witir, yaitu: Ya
Allah, berilah aku petunjuk bersama-sama dengan orang-orang yang telah
Engkau beri petunjuk, maafkanlah aku bersama-sama dengan orang-orang
yang telah Engkau beri maaf tolonglah aku bersama-sama dengan
orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan, dan berkatilah aku dalam
pemberian-Mu, dan peliharalah aku dari takdir buruk yang telah Engkau
tetapkan, karena sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang memutuskan dan
tiada seorang pun yang mempunyai keputusan terhadap-Mu. Sesungguhnya
tidak akan terhina orang yang Engkau tolong, dan tidak akan mulia orang
yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami, dan Mahatinggi
Engkau.
وَزَادَ النَّسَائِيُّ فِي سُنَنِهِ بَعْدَ هَذَا: وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ.
Imam Nasai di dalam kitab sunannya menambahkan sesudah doa tersebut
bacaan,"Dan semoga Allah melimpahkan salawat kepada Muhammad."
Termasuk pula hal yang disunahkan membaca salawat ialah pada hari dan
malam Jumat, dianjurkan banyak-banyak membaca salawat padanya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الجَعْفِي،
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي
الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ الثَّقَفِيِّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم:
"من أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ،
وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا
عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ".
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ عَلَيْكَ صَلَاتُنَا
وَقَدْ أرمتْ؟ -يَعْنِي: وَقَدْ بَلِيتَ -قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ
عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Ali
Al-Jufri, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Abul Asy'as
As-San'ani, dari Aus ibnu Aus As-Saqafi r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Termasuk hari yang mulia bagi kalian
ialah hari Jumat, karena Adam diciptakan pada hari Jumat dan diwafatkan
pada hari Jumat pula. Tiupan sangkakala terjadi pada hari Jumat, dan
hari kiamat pun terjadi pada hari Jumat. Maka perbanyaklah oleh kalian
membaca salawat untukku (pada hari Jumat), karena sesungguhnya bacaan
salawat kalian untukku ditampakkan kepadaku. Mereka (para sahabat)
bertanya, "Wahai Rasulullah, begaimanakah salawat kami ditampakkan
kepadamu, sedangkan engkau telah menjadi tulang belulang yang hancur?"
Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada
tanah memakan jasad para Nabi.
Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalu
hadis Husain ibnu Ali Al-Ju'fi, dan hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ad-Daruqutni, dan Imam Nawawi di dalam kitab
Al-Azkar-nya.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَّاد
الْمِصْرِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
الْحَارِثِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَيْمَنَ ،
عَنْ عُبَادة بْنِ نُسَيّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ
عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ؛ فَإِنَّهُ مَشْهُودٌ تَشْهَدُهُ
الْمَلَائِكَةُ. وَإِنَّ أَحَدًا لَا يُصَلِّي عَلَيَّ إِلَّا عُرضت عَلَيّ
صَلَاتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا". قَالَ: قُلْتُ: وَبَعْدَ الْمَوْتِ؟
قَالَ: " [وَبَعْدَ الْمَوْتِ] ، إِنِ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ
أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ" [فَنَبِيُّ اللَّهِ حَيٌّ
يُرْزَقُ]
Abu Abdullah alias Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Amr ibnu Sawad Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Zaid ibnu
Aiman, dari Ubadah ibnu Nissi, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perbanyaklah membaca salawat untukku
pada hari Jumat, karena sesungguhnya hari Jumat itu adalah hari yang
disaksikan, para malaikat menyaksikannya. Dan tidak sekali-kali
seseorang membaca salawat untukku pada hari Jumat melainkan salawatnya
itu ditampilkan kepadaku sehingga ia selesai dari bacaan salawatnya. Abu
Darda bertanya, "Sekalipun sesudah engkau tiada?" Rasulullah Saw.
menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi memakan jasad para
nabi. Nabi Allah tetap dalam keadaan hidup lagi diberi rezeki.
Hadis ini bila ditinjau dari segi jalurnya terdapat mata rantai sanad
yang terputus antara Ubadah ibnu Nissi dan Abu Darda, karena
sesungguhnya Ubadah tidak menjumpai masa Abu Darda. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
Imam Baihaqi telah meriwayatkan melalui hadis Abu Umamah dan Ibnu
Mas'ud, dari Nabi Saw. tentang adanya perintah yang menganjurkan agar
banyak membaca salawat untuk Nabi Saw. pada malam hari dan siang hari
Jumat, tetapi di dalam sanadnya terdapat kelemahan. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
Dan telah diriwayatkan secara mursal dari Al-Hasan Al-Basri;
فَقَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ،
حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، سَمِعْتُ الْحَسَنَ -هُوَ الْبَصْرِيُّ
-يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا
تَأْكُلُ الْأَرْضُ جَسَدَ مَنْ كَلّمه رُوحُ الْقُدُسِ"
Untuk itu Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazm; ia
pernah mendengar Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Bumi tidak akan memakan jasad orang-orang yang pernah
diajak bicara oleh Ruhul Quds(Malaikat Jibril).
Hadis berpredikat hasan mursal, menurut Imam Nawawi di dalam kitab Al-Azkar-nya.
قَالَ الشَّافِعِيُّ: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
أَخْبَرَنَا صَفْوَانُ بْنُ سُلَيْمٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةُ
الْجُمُعَةِ، فَأَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ".
Al-Qadi dan Imam Syafii mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Salim,
bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Apabila datang hari dan malam Jumat,
perbanyaklah membaca salawat untukku.
Hadis ini berpredikat mursal.
Diwajibkan pula bagi seorang khatib membaca salawat untuk Nabi Saw.
dalam khotbah Jumatnya (yakni pada kedua khotbahnya) Kedua khotbah tidak
sah tanpa dibacakan salawat di dalamnya, sebab membaca salawat dalam
khotbah merupakan ibadah. Dan menyebut nama Allah dalam khotbah
merupakan syarat sahnya, begitu pula menyebut Rasulullah Saw. di dalam
khotbah; perihalnya sama dengan dalam azan dan salat. Demikianlah
menurut mazhab Imam Syafii dan Imam Ahmad.
Termasuk juga hal yang dianjurkan membaca salawat dan salam padanya ialah saat berziarah ke kuburan Nabi Saw.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْفٍ -هُوَ مُحَمَّدٌ -حَدَّثَنَا
الْمُقْرِيُّ، حَدَّثَنَا حَيْوَة، عَنْ أَبِي صَخْرٍ حُمَيْدِ بْنِ
زِيَادٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدّ اللَّهُ عَلَيَّ
رُوحِي، حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ".
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf alias
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Muqri, telah menceritakan
kepada kami Haiwah, dari Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad, dari Yazid
ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidaklah seseorang di antara kalian
mengucapkan salam penghormatan kepadaku melainkan Allah mengembalikan
rohku hingga aku menjawab salamnya.
Imam Abu Daud meriwayatkannya secaramunfarid (tunggal), dan dinilai sahih oleh Imam Nawawi di dalam kitab Al-Azkar-nya.
ثُمَّ قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ قَالَ:
قَرَأتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَافِعٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي
ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَجْعَلُوا
بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا
عَلَيَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُمَا كُنْتُمْ".
Selanjutnya Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia pernah mengaji kepada Abdullah ibnu
Nafi yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Zi'b,
dari Sa'id Al-Muqri, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti
kuburan, dan janganlah kalian jadikan (pada) kuburanku seperti hari
raya, dan bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya bacaan salawat
kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid pula oleh Imam Abu Daud.
Dan Imam Ahmad meriwayatkannya dari Syuraih, dari Abdullah ibnu Nafi',
dan jalur inilah yang terkenal, juga dinilai sahih oleh Imam Nawawi.
Telah diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil.
Al-Qadi Ismail ibnu Ishaq di dalam kitab Fadlus Salati 'Alan Nabi (Keutamaan Membaca Salawat untuk Nabi Saw.) mengatakan:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْس، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
جَعْفَرِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ [عَمَّنْ أَخْبَرَهُ] مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ،
عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ: أَنَّ رَجُلًا كان يأتي كل
غَدَاةٍ فَيَزُورُ قَبْرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَيُصَلِّي عَلَيْهِ، وَيَصْنَعُ مِنْ ذَلِكَ مَا اشْتُهِرَ عَلَيْهِ
عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، فَقَالَ لَهُ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ: مَا
يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا؟ قَالَ: أُحِبُّ السَّلَامَ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ لَهُ عَلِيُّ بْنُ
الْحُسَيْنِ: هَلْ لَكَ أَنْ أُحَدِّثَكَ حَدِيثًا عَنْ أَبِي؟ قَالَ:
نَعَمْ. فَقَالَ لَهُ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ: أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ
جَدِّي أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم:
"لا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَلَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا،
وَصَلُوا عَلَيَّ وَسَلِّمُوا حَيْثُمَا كُنْتُمْ فَتَبْلُغُنِي
صَلَاتُكُمْ وَسَلَامُكُمْ".
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah
ibnu Ja'far ibnu Abu Talib, dari seorang ahli baitnya yang telah
menceritakan kepadanya hadis ini dari Ali ibnul Husain ibnu Ali, bahwa
pernah ada seorang lelaki setiap pagi menziarahi kuburan Nabi Saw. dan
mengucap kan salawat untuk Nabi Saw. serta melakukan kebiasaan yang
dilakukan oleh Ali ibnul Husain. Maka Ali ibnul Husain bertanya
kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Lelaki itu
menjawab, "Saya suka mengucapkan salam kepada Nabi Saw." Ali Ibnul
Husain bertanya, "Maukah kuceritakan kepadamu suatu hadis dari ayahku?"
Lelaki itu menjawab, "Ya." Maka Ali Ibnul Husain mengatakan kepadanya
bahwa ayahnya pernah bercerita kepadanya dari kakeknya yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:Janganlah kalian menjadikan
kuburanku seperti hari raya, dan jangan pula kalian jadikan rumah-rumah
kalian seperti kuburan. Bacalah salawat dan salam untukku di mana pun
kalian berada, pastilah salawat dan salam kalian sampai kepadaku.
Di dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang misteri dan tidak
disebutkan namanya. Tetapi telah diriwayatkan hadis ini secara mursal
melalui jalur lain, disebutkan oleh Abdur Razzaq di dalam kitab
Musannaf-nya:
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، عَنْ رَجُلٍ -يُقَالُ لَهُ:
سُهَيْلٌ -عَنِ الْحَسَنِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ؛ أَنَّهُ رَأَى
قَوْمًا عِنْدَ الْقَبْرِ فَنَهَاهُمْ، وَقَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لا تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا، وَلَا
تَتَّخِذُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ حَيْثُمَا كُنْتُمْ؛
فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي"
Dari As-Sauri, dari Ibnu Ajlan, dari seorang lelaki yang dikenal dengan
nama Suhail, dari Al-Hasan ibnul Husain ibnu Ali yang menceritakan bahwa
ia melihat suatu kaum di dekat kuburan Nabi, lalu ia melarang mereka
dan mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian
menjadikan kuburanku seperti hari raya, dan janganlah kalian jadikan
rumah-rumah kalian seperti kuburan, dan bacalah salawat untukku di mana
pun kalian berada, karena sesungguhnya salawat kalian itu pasti sampai
kepadaku.
Barangkali Ali ibnul Husain melarang mereka karena mereka bersikap
kurang sopan, sebab mereka mengangkat suaranya melampaui batas etika
yang baik, karena itulah maka Ali ibnul Husain melarang mereka.
Telah diriwayatkan pula bahwa ia melihat seorang lelaki yang selalu
datang ke kuburan Nabi Saw. setiap harinya, maka Ali ibnul Husain
berkata, "Hai kamu, kedudukanmu dan kedudukan seseorang yang ada di
Andalusia bagi Nabi Saw. adalah sama saja."
Dengan kata lain, semua salawat yang dibacakan untuk Nabi Saw. pasti sampai selamanya hingga hari kiamat.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ
بْنُ رِشْدين الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ أَبِي
زَيْنَبَ، عَنْ حَسَنِ بْنِ حَسَنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "صَلُّوا عَلَيَّ حَيْثُمَا كُنْتُمْ،
فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي"
Imam Tabrani mengatakan dalam kitab Mu'jamul Kabir-nya, bahwa telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Rasyidin Al-Masri, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Humaid
ibnu Abu Zainab, dari Hasan ibnu Hasan ibnu Ali ibnu Abu Talib, dari
ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bacalah salawat untukku
di mana pun kalian berada, karena sesungguhnya salawat kalian pasti
sampai kepadaku.
ثُمَّ قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ حِمْدَانَ
الْأَصْبَهَانِيُّ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ
الطَّحَّانُ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ شَيْبَانَ، عَنِ
الْحَكَمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَطَّافٍ، عَنْ أُمِّ أُنَيْسٍ بِنْتِ
الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ أَبِيهَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللَّهِ، عَزَّ
وَجَلَّ: {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي} ؟ "
فَقَالَ: "إِنَّ هَذَا هُوَ الْمَكْتُومُ، وَلَوْلَا أَنَّكُمْ
سَأَلْتُمُونِي عَنْهُ لَمَا أَخْبَرْتُكُمْ، إِنِ اللَّهَ وَكَّلَ بِي
مَلِكَيْنِ لَا أُذْكَرُ عِنْدَ عَبْدٍ مُسْلِمٍ فَيُصَلِّي عَلَيَّ إلا
قال ذانك الملكان: "غفر الله لك". وَقَالَ اللَّهُ وَمَلَائِكَتُهُ
جَوَابًا لَذَيْنِكَ الْمَلِكَيْنِ: "آمِينَ". وَلَا يُصَلِّي أَحَدٌ
إِلَّا قَالَ ذَانِكَ الْمَلَكَانِ: "غَفَرَ اللَّهُ لَكَ". وَيَقُولُ
اللَّهُ وَمَلَائِكَتُهُ جَوَابًا لِذَيْنِكَ الْمَلِكَيْنِ: "آمِينَ".
Kemudian Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Abbas ibnu Hamdan Al-Asbahani, telah menceritakan kepada kami Syu'aib
ibnu Abdul Hamid At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu
Harun ibnu Abu Syaiban, dari Al-Hakam ibnu Abdullah ibnu Khattab, dari
Ummu Unais bintil Hasan ibnu Ali, dari ayahnya yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang makna firman-Nya:Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. (Al-Ahzab: 56),
hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Hal itu termasuk
perkara yang dirahasiakan. Seandainya kalian tidak menanyakannya
kepadaku, tentulah aku tidak akan menceritakannya kepada kalian.
Sesungguhnya Allah Swt. telah menugaskan dua malaikat kepadaku, tidak
sekali-kali namaku disebutkan di hadapan seorang hamba yang muslim, lalu
ia mengucapkan salawat untukku, melainkan kedua malaikat itu
mendoakannya, 'Semoga Allah memberikan ampunan bagimu.' Dan Allah serta
para malaikat-Nya menjawab doa kedua malaikat itu dengan ucapan, 'Amin.'
Dan tidak sekali-kali seseorang membaca salawat untukku, melainkan
kedua malaikat itu mengucapkan, 'Semoga Allah memberikan ampunan
bagimu,' lalu Allah dan para malaikat-Nya menjawab kedua malaikat itu
dengan ucapan, 'Amin.'
Hadis ini garib sekali, dan penyandaran ucapan ini kepada Nabi Saw. dinilai sangat lemah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي
الْأَرْضِ، يُبَلِّغُونِي مِنْ أُمَّتِي السَّلَامَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Sufyan, dari Abdullah ibnus Sa'ib, dari Zazan, dari Abdullah ibnu
Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:Sesungguhnya Allah
mempunyai malaikat-malaikat yang mengembara di muka bumi dengan tugas
menyampaikan salam penghormatan dari umatku kepadaku.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui hadis Sufyan
As-Sauri dan Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, keduanya dari Abdullah
ibnus Sa'ib dengan sanad yang sama.
Adapun mengenai hadis lainnya yang mengatakan:
"مَنْ صَلَّى عَلَيّ عِنْدَ قَبْرِي سَمِعْتُهُ، ومَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ بَعِيدٍ بُلغته"
Barang siapa yang mengucapkan salawat untukku di dekat kuburanku, aku
dapat mendengarnya; dan barang siapa yang mengucapkan salawat untukku
dari jauh, maka disampaikan kepadaku.
Di dalam sanadnya terdapat hal yang masih diragukan, diriwayatkan
melalui Muhammad ibnu Marwan alias As-Sadiyyus Sagir, sedangkan dia
orangnya berpredikat matruk, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh- dari Abu
Hurairah secara marfu'.
Teman-teman kami mengatakan bahwa orang yang ihram apabila selesai dari
tugas ihramnya disunatkan membaca salawat untuk Nabi Saw. Karena
berdasarkan riwayat Imam Syafii dan Daruqutni, dari Saleh ibnu Muhammad
ibnu Zaidah, dari Al-Qasim ibnu Muhammad ibnu Abu Bakar As-Siddiq yang
mengatakan bahwa seseorang apabila telah selesai dari talbiyahnya
dianjurkan mengucapkan salawat untuk Nabi Saw. dalam semua keadaan.
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Arim ibnul
Fadl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah
menceritakan kepada kami Zakaria, dari Asy-Sya'bi, dari Wahb ibnul Ajda'
yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab r.a.
mengatakan, "Apabila kalian tiba, maka lakukanlah tawaf di Baitullah
tujuh kali dan salatlah di maqam Ibrahim dua rakaat. Kemudian datangilah
Safa dan berdiri di atasnya hingga melihat Baitullah, lalu bertakbirlah
sebanyak tujuh kali di antara bacaan pujian, sanjungan kepada Allah dan
salawat untuk Nabi Saw. serta doa untuk diri sendiri. Dan pada Bukit
Marwah hendaklah dilakukan hal yang semisal." Sanad asar ini Jayyid,
baik, lagi kuat.
Mereka mengatakan bahwa disunatkan membaca salawat untuk Nabi Saw.
disertai dengan zikrullah saat menyembelih kurban. Mereka mengatakan
demikian berdasarkan takwil dari firman-Nya:
{وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَك}
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.(Alam Nasyrah: 4)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa makna ayat ialah Allah Swt.
berfirman, "Aku tidak sebutkan nama-Ku melainkan Aku sebut pula namamu
bersama-Ku," tetapi jumhur ulama berpendapat berbeda. Jumhur ulama
mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu keadaan yang menuntut
disebutkan nama Allah sendirian, seperti halnya ketika akan makan, masuk
rumah, bersetubuh, dan lain sebagainya yang tidak ada keterangan dari
sunnah yang menganjurkan membaca salawat untuk Nabi Saw. padanya.
Hadis lain.
قَالَ إِسْمَاعِيلُ الْقَاضِي: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ
الْمُقَدِّمِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ مُوسَى بْنِ
عُبَيْدَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "صَلُّوا عَلَى
أَنْبِيَاءِ اللَّهِ وَرُسُلِهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ بَعَثَهُمْ كَمَا
بَعَثَنِي".
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abu Bakar Al-Miqdami, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Harun,
dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Sabit, dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ucapkanlah salawat untuk para
nabi Allah dan para rasulnya, karena sesungguhnya Allah membangkitkan
mereka sebagaimana Dia membangkitkanku.
Di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi yang daif, yaitu Amr ibnu Harun dan gurunya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abdur Razzaq telah meriwayatkannya dari As-Sauri, dari Musa ibnu Ubaidah Az-Zubaidi dengan sanad yang sama.
Hal lainnya yang disunatkan membaca salawat untuk Nabi Saw. ialah di
saat telinga mengiang, jika hadis mengenainya memang sahih. Imam Abu
Bakar alias Muhammad ibnu Ishaq ibnu Khuzaimah telah meriwayatkan di
dalam kitab sahihnya:
حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا مَعْمَر بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ مُحَمَّدٍ ، عَنْ أَبِيهِ أَبِي رَافِعٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إذا طَنَّتْ
أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُل: ذَكَر
اللَّهُ مَن ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ".
bahwa telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Yahya, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah, dari Ali ibnu Abu
Rafi', dari ayahnya (yaitu Abu Rafi') yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Apabila telinga seseorang di antara kalian
mengiang, hendaklah ia mengingatku dan membaca salawat untukku, lalu
hendaklah ia mengucapkan doa, "Semoga Allah menyebutkan dengan sebutan
yang baik terhadap orang yang mengingatku.”
Sanad hadis garib dan keabsahannya masih diragukan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Para penulis menilai sunat mengulang-ulang tulisan salawat untuk Nabi Saw. saat menulis kitab.
Sehubungan dengan hal ini ada sebuah hadis yang diriwayatkan melalui
Kadih ibnu Rahmah, dari Nahsyal, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ، لَمْ تَزَلِ الصَّلَاةُ جَارِيَةً لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ"
Barang siapa yang menulis salawat untukku dalam sebuah kitab, maka
pahala salawat terus mengalir kepadanya selama namaku masih tertera di
dalam kitabnya itu.
Hadis ini tidak sahih dipandang dari berbagai segi yang cukup banyak,
dan telah diriwayatkan pula hal yang semisal melalui Abu Hurairah,
tetapi predikatnya tidak sahih pula. Al-Hafiz Abu Abdullah Az-Zahabi
(guru kami) mengatakan bahwa menurutnya barangkali hadis ini maudu'
(buatan). Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Abu Bakar dan
Ibnu Abbas, tetapi tiada satu pun darinya yang sahih; hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Al-Khatib Al-Bagdadi di dalam kitabnya yang berjudul Al-Jami’ Liadabir
Rawi Was Sami' mengatakan, bahwa ia melihat pada tulisan Imam Ahmad
ibnu Hambal rahimahullah banyak mencatat nama Nabi Saw. tanpa mencatat
salawat untuknya. Dan Al-Khatib Al-Bagdadi mengatakan, telah sampai
kepadanya suatu berita yang menyebutkan bahwa Imam Ahmad membacakan
salawat untuk Nabi Saw. hanya dengan lisannya saja, tanpa menulisnya.
Adapun mengenai salawat untuk selain para nabi, maka jika disebutkan
dengan mengikut sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis di atas,
hukumnya boleh menurut kesepakatan ulama, seperti ucapan, "Ya Allah,
limpahkanlah salawat untuk Nabi Muhammad, keluarganya, istri-istrinya,
dan keturunannya." Akan tetapi, perbedaan pendapat hanya dalam masalah
apabila selain nabi itu disendirikan, lalu diucapkan salawat untuk
mereka. Maka sebagian orang ada yang membolehkannya dengan berdalilkan
firman-Nya:
{هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ}
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). (Al-Ahzab: 43)
{أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ}
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 157)
Dan firman-Nya:
{خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ}
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan bersalawatlah(mendoakan) untuk
mereka. (At-Taubah: 103)
Dan hadis Abdullah ibnu Abu Aufa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
apabila kedatangan suatu kaum yang membawa zakat mereka ke hadapannya,
beliau selalu mendoakan mereka:
"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ"
Ya Allah, limpahkanlah salawat (rahmat) kepada mereka.
Kemudian datanglah Abu Aufa membawa zakatnya, maka beliau Saw. berdoa:
"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى"
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada keluarga Abu Aufa.
Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing.
Dan hadis lainnya yang diriwayatkan melalui Jabir, bahwa pernah ada
seorang wanita memohon, "Wahai Rasulullah, bersalawatlah (mendoalah)
untuk diriku dan suamiku." Maka Rasulullah Saw. berdoa:
"صَلَّى اللَّهُ عليكِ وَعَلَى زَوْجِكِ"
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadamu dan juga suamimu.
Jumhur ulama mengatakan bahwa tidak boleh menyendirikan salawat untuk
selain para nabi, karena salawat merupakan perlambang khusus yang hanya
dimiliki oleh para nabi jika nama mereka disebutkan. Oleh karena itu,
tidak boleh disamakan dengan mereka orang-orang yang selain mereka.
Untuk itu tidak boleh dikatakan Abu Bakar Saw. atau Ali Saw., sekalipun
secara makna dibenarkan. Sebagaimana tidak boleh pula dikatakan Muhammad
'Azza Wajalla, sekalipun pada kenyataannya nabi adalah seorang yang
mulia lagi agung, karena hal ini merupakan perlambang khusus bagi
sebutan Allah Swt.
Mereka menakwilkan adanya hal tersebut baik dalam Al-Qur'an maupun dalam
sunnah dengan pengertian mendoakan untuk mereka, bukan salawat yang
sesungguhnya. Karena itulah maka tidak dapat mengukuhkan sebagai
perlambang keluarga Abu Aufa, tidak pula bagi Jabir dan istrinya.
Pendapat ini merupakan jalan keluar yang paling baik.
Ulama lainnya mengatakan bahwa hal tersebut tidak boleh karena salawat
buat selain para nabi bisa dijadikan sebagai perlambang bagi para
oportunitis, sebab dengan seenaknya mereka bersalawat untuk orang-orang
yang mereka sanjungi. Untuk itu perbuatan mereka tidak boleh diikuti.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemudian ulama yang melarangnya berbeda pendapat, apakah hukumnya
termasuk haram atau makruh tanzih atau bertentangan dengan hal yang
lebih utama? Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya
diriwayatkan oleh Syekh Abu Zakaria An-Nawawi di dalam Kitabul Azkamya.
Selanjutnya Imam Nawawi mengatakan bahwa menurut pendapat yang benar dan
dipegang oleh sebagian besar ulama, bersalawat kepada selain Nabi
secara sendirian hukumnya makruh tanzih,karena hal ini dapat dijadikan
perlambang bagi ahli bid'ah, sedangkan kita telah dilarang memakai
perlambang mereka. Dan hukum makruh itu ditujukan terhadap sesuatu yang
ada larangan tertentu mengenainya.
Teman-teman kami mengatakan bahwa pendapat yang dapat dijadikan pegangan
dalam masalah ini menyebutkan bahwa sesungguhnya salawat telah menjadi
istilah yang khusus di kalangan ulama Salaf untuk dipakai buat para
nabi. Sebagaimana ucapan kita 'Azza Wajalla khusus hanya bagi Allah Swt.
semata. Untuk itu sebagaimana tidak boleh dikatakan Muhammad 'azza
wajalla, sekalipun pada kenyataannya dia adalah seorang yang mulia lagi
agung, tidak boleh pula dikatakan Abu Bakar atau Ali Saw. Demikianlah
bunyi pendapat ini secara harfiyah.
Selanjutnya Imam Nawawi mengatakan bahwa adapun mengenai salam, maka
Syekh Abu Muhammad Al-Juwaini dari kalangan teman-teman kami mengatakan
bahwa hukum salam sama dengan salawat. Untuk itu tidak boleh digunakan
terhadap orang yang gaib, tidak boleh pula memakainya buat selain para
nabi secara sendirian. Karenanya tidak boleh dikatakan Ali'Alaihis
Salam, dalam hal ini sama saja antara orang yang masih hidup dan orang
yang sudah mati. Adapun mengenai orang yang hadir (lawan bicara), maka
boleh digunakan kata salam untuknya. Untuk itu dapat dikatakan Salamun
'Alaika, Salamun 'Alaikum atau As-Salamu 'Alaikaatau As-Salamu 'Alaikum.
Hal ini telah disepakati oleh semuanya. Demikianlah menurut pendapat
Imam Nawawi.
Menurut hemat kami, hal yang semisal telah banyak dipakai dalam ungkapan
sejumlah para penukil kitab, yaitu menyebutkan sahabat Ali dengan doa
tersendiri. Misalnya dikatakan Ali'alaihis salam atau karramallahu
wajhahu,sedangkan sahabat lainnya tidak. Hal ini sekalipun maknanya
dibenarkan, tetapi sebaiknya di antara para sahabat disamakan dalam hal
tersebut tanpa beda, mengingat hal ini termasuk ungkapan penghormatan
dari memuliakan, maka Syaikhain (Abu Bakar dan Umar) serta Usman
radiyallahu 'anhum lebih utama untuk mendapat gelar tersebut.
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Abdul Wahid, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziad, telah
menceritakan kepadaku Usman ibnu Hakim ibnu Ubadah ibnu Hanif, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tidak boleh mengucapkan
salawat untuk seseorang kecuali untuk Nabi Saw., tetapi bagi kaum muslim
dan muslimat hanyalah memohon ampunan buat mereka.
Ismail Al-Qadi mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Ali, dari
Ja'far ibnu Barqan yang mengatakan bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz
rahimahullah pernah berkirim surat yang isinya seperti berikut: "Amma
ba'du. Sesungguhnya ada sebagian orang yang mencari keuntungan duniawi
dengan amal akhirat. Dan sesungguhnya sejumlah orang dari para
pendongeng telah membuat tradisi baru, yaitu mengucapkan salawat buat
para khalifah mereka dan para amir mereka sebagaimana salawat mereka
untuk Nabi Saw. untuk itu apabila suratku ini sampai ke tanganmu,
perintahkanlah kepada mereka untuk membatasi salawat mereka hanya bagi
para nabi, sedangkan bagi kaum muslim secara umum hanyalah doa biasa
saja, dan mereka boleh mendoa apa saja selain dari itu."
ini merupakan asar yang baik.
Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu
Asad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku
Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Nabih ibnu Wahb,
bahwa Ka'b ketika masuk menemui Siti Aisyah r.a. orang-orang sedang
membicarakan tentang Rasulullah Saw. Maka Ka'b mengatakan, "Tiada suatu
fajar pun yang terbit melainkan ada tujuh puluh ribu malaikat yang
turun, lalu mengelilingi kuburan Nabi Saw. seraya mengepakkan sayap
mereka, membaca salawat buat Nabi Saw. di malam hari sebanyak tujuh
puluh ribu dan di siang hari sebanyak tujuh puluh ribu pula. Hingga
manakala bumi terbelah mengeluarkannya (hari berbangkit), maka beliau
Saw. keluar dengan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat yang
mengawalnya.
Imam Nawawi mengatakan, "Apabila seseorang hendak mengucapkan salawat
untuk Nabi Saw., hendaklah ia menggabungkan antara salawat dan salam
buatnya. Janganlah ia membatasi hanya dengan salah satunya saja. Untuk
itu tidak boleh dikatakan Sallallahu 'Alaihi atau 'Alaihis
Salam,melainkan keduanya digabungkan." Apa yang dikatakan oleh Imam
Nawawi ini disimpulkan dari makna ayat ini yang mengatakan:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)
Hal yang lebih utama ialah hendaklah disebutkan pula salamnya, yakni Sallallahu 'Alaihi Wasallam.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar