Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah
saw. melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan kata-kata, "Ya Rahman,
Ya Rahim". Doa tersebut terdengar oleh sebagian kaum musyrikin. Kala
itu berkatalah mereka, "Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! Ia
melarang kita menyeru 2 Tuhan, dan dia sendiri menyeru 2 Tuhan". Dengan
adanya ucapan mereka itu, turunlah ayat sebagai berikut.
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا
فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا
تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".(Q.S.
Al-Isra/17:110)
Menurut ayat di atas, kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah saw,
menyebut nama Allah dan Ar-Rahman karena mereka tahu bahwa di Yamamah
ada orang yang bernama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110 di
atas, berarti dugaan mereka telah dibantah. Pada ayat yang lain,
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ
يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (180)
Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A'rof Ayat 180)
Dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ لِلَّهِ تِسْعًا وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ
أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ".
Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu,
seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghafalnya, masuk surga.
Dia Maha Esa dan mencintai yang esa.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahih-nya.
masing-masing melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad dari
Al-A’raj dengan lafaz yang sama.
Imam Bukhari telah meriwayatkannya dari Abul Yaman, dari Syu'aib, dari Abu Hamzah, dari Abuz Zanad dengan sanad yang sama.
Imam Turmuzi telah mengetengahkannya di dalam kitab Jami'-nya, dari
Al-Juzjani, dari Safwan ibnu Saleh, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari
Syu'aib, lalu ia menyebutkan hal yang semisal berikut sanadnya. Tetapi
di dalam riwayat itu sesudah lafaz, "Menyukai yang esa," ditambahkan hal
berikut, yaitu:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ،
الْمَلِكُ، الْقُدُّوسُ، السَّلَامُ، الْمُؤْمِنُ، الْمُهَيْمِنُ،
الْعَزِيزُ، الْجَبَّارُ، الْمُتَكَبِّرُ، الْخَالِقُ، الْبَارِئُ،
الْمُصَوِّرُ، الْغَفَّارُ، الْقَهَّارُ، الْوَهَّابُ، الرَّزَّاقُ،
الْفَتَّاحُ، الْعَلِيمُ، الْقَابِضُ، الْبَاسِطُ، الْخَافِضُ، الرَّافِعُ،
الْمُعِزُّ، الْمُذِلُّ، السَّمِيعُ، الْبَصِيرُ، الْحَكَمُ، الْعَدْلُ،
اللَّطِيفُ، الْخَبِيرُ، الْحَلِيمُ، الْعَظِيمُ، الْغَفُورُ، الشَّكُورُ،
الْعَلِيُّ، الْكَبِيرُ، الْحَفِيظُ، الْمَقِيتُ، الْحَسِيبُ، الْجَلِيلُ،
الْكَرِيمُ، الرَّقِيبُ، الْمُجِيبُ، الْوَاسِعُ، الْحَكِيمُ، الْوَدُودُ،
الْمَجِيدُ، الْبَاعِثُ، الشَّهِيدُ، الْحَقُّ، الْوَكِيلُ، الْقَوِيُّ،
الْمَتِينُ، الْوَلِيُّ، الْحَمِيدُ، الْمُحْصِي، الْمُبْدِئُ، الْمُعِيدُ،
الْمُحْيِي، الْمُمِيتُ، الْحَيُّ، الْقَيُّومُ، الْوَاجِدُ، الْمَاجِدُ،
الْوَاحِدُ، الْأَحَدُ، الْفَرْدُ، الصَّمَدُ، الْقَادِرُ، الْمُقْتَدِرُ،
الْمُقَدِّمُ، الْمُؤَخِّرُ، الْأَوَّلُ، الْآخِرُ، الظاهر، الْبَاطِنُ،
الْوَالِي، الْمُتَعَالِي، الْبَرُّ، التَّوَّابُ، الْمُنْتَقِمُ،
الْعَفُوُّ، الرَّءُوفُ، مَالِكُ الْمُلْكِ، ذُو الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ، الْمُقْسِطُ، الْجَامِعُ، الْغَنِيُّ، الْمُغْنِي،
الْمَانِعُ، الضَّارُّ، النَّافِعُ، النُّورُ، الْهَادِي، الْبَدِيعُ،
الْبَاقِي، الْوَارِثُ، الرَّشِيدُ، الصَّبُورُ
Dialah Allah, Yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah, Maha
Penyayang, Raja, Mahasuci, Mahasejahtera, Maha Mengaruniakan Keamanan.
Maha Memelihara, Mahamulia, Mahakuasa, Mahaperkasa, Maha Memiliki
Keagungan, Maha Pencipta, Maha Membentuk Rupa, Maha Pengampun,
Maha-menang. Maha Pemberi Karunia, Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemberi
Keputusan, Maha Mengetahui, Maha Menyempitkan Rezeki, Maha Melapangkan
Rezeki, Yang Merendahkan, Yang Mengangkat, Yang Memuliakan, Yang
Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahabijaksana, Mahaadil,
Mahalembut, Maha-waspada, Maha Penyantun, Mahaagung, Maha Pengampun,
Maha Mensyukuri, Mahatinggi, Mahabesar, Maha Memelihara, Maha Membalas,
Maha Periksa, Mahaagung, Mahamulia, Maha Mengawasi, Maha Memperkenankan,
Mahaluas, Mahabijaksana, Maha Mencintai, Mahaagung, Maha Membangkitkan,
Maha Menyaksikan, Mahabenar, Maha Melindungi, Mahakuat, Mahateguh, Maha
Menolong, Maha Terpuji, Maha Menghitung, Maha Memulai, Maha
Mengembalikan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup Abadi,
Yang Maha Berdikari, Yang Maha Pemurah, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa,
Yang Mahatunggal, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang
Mahakuasa, Yang Maha Berkuasa, Yang mendahulukan, Yang mengakhirkan.
Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Mahanyata, Yang Maha Tersembunyi,
Yang Maha Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Mahabijak, Maha Pengampun,
Maha Membalas, Maha Memaafkan, Maha Penyayang. Yang Mempunyai Kerajaan,
Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Mahaadil. Yang Maha
Menghimpun, Yang Mahakaya, Yang Memberi Kekayaan, Yang Maha Mencegah,
Yang Menimpakan Bahaya, Yang Memberi Manfaat. Yang Maha Bercahaya. Yang
Maha Pemberi Petunjuk, Yang Maha Membuat, Yang Mahakekal, Yang Maha
Mewaris, Yang Maha Memberi Petunjuk, Yang Mahasabar.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.
Hadis ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Abu Hurairah,
tetapi kami tidak mengetahui pada kebanyakan riwayat adanya penyebutan
asma-asma ini kecuali dalam hadis ini.
Ibnu Hibban telah meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya melalui jalur Safwan dengan sanad yang sama.
Ibnu Majah di dalam kitab Sunnah-nya telah meriwayatkan hadis ini
melalui jalur lain dari Musa ibnu Uqbah, dari Al-A'raj, dari Abu
Hurairah secara morfu’ lalu ia mengemukakan asma-asma tersebut, tetapi
ada penambahan dan pengurangannya.
Tetapi hal yang dijadikan pegangan oleh jamaah huffaz (ulama yang hafal
hadis) mengatakan bahwa pengemukaan asma-asma Allah dalam hadis ini
merupakan sisipan yang dimasukkan ke dalamnya. Dan sesungguhnya hal
tersebut hanyalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu
Muslim dan Abdul Malik ibnu Muhammad As-San'ani, dari Zuhair ibnu
Muhammad, bahwa telah sampai kepadanya dari ulama yang jumlahnya bukan
hanya seorang; mereka mengatakan hal yang sama. Dengan kata lain, mereka
menghimpunnya dari Al-Qur'an. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh
Ja'far ibnu Muhammad, Sufyan ibnu Uyaynah, dan Abu Zaid Al-Lugawi.
Meskipun disebutkan dalam hadits di atas 99 nama, namun bukan berarti
nama-nama Allah yang indah hanya terbatas pada jumlah tersebut karena
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mengucapkan dalam doanya:
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ
عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ
اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
“Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang menjadi nama-Mu, baik yang
Engkau nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau beritahukan kepada
seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu,
atau yang Engkau sembunyikan menjadi ilmu ghaib di sisi-Mu”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 1/391 & 452, Abu Ya’laa no. 5297, Ibnu
Hibbaan no. 972, dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam
Silsilah Ash-Shahiihah 1/383-387 no. 199 dan Ahmad Syaakir dalam
ta’liq-nya terhadap Musnad Al-Imaam Ahmad 5/267, namun sebagian yang
lain mendla’ifkannya karena permasalahan Abu Salamah Al-Juhanniy].
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ
عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ
كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridlaan-Mu dari
kemurkaan-Mu, dandengan keselamatan-Mu dari ancaman-Mu. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari adzab-Mu.Aku tidak dapat menghitung segala
pujian kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau puji terhadap diri-Mu
sendiri” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1427; dishahihkan oleh
Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 1/393].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:
ثم ليعلم أن الأسماء الحسنى ليست منحصرة في التسعة والتسعين بدليل ما رواه الإمام أحمد في مسنده،
“Kemudian hendaklah diketahui bahwa al-asmaa’ul-husnaa tidak terbatas
pada 99 nama berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan Ahmad dalam
Musnad-nya”
Adapun 99 nama yang dimaksud dalam hadits adalah terkait penyifatan
siapa saja yang dapat menghitung/menghapalnya, maka ia akan masuk
surga.
Nama-nama Allah ini bersifat tauqifiyyah, yaitu harus berdasarkan dalil
(Al-Qur’an dan hadits shahih). Ia tidak boleh ditetapkan berdasarkan
akal, perasaan, ataupun prasangka baik semata. Sebenarnya ada satu
riwayat yang menjelaskan perincian 99 nama tersebut, namun kualitasnya
lemah.
Kemudian perlu untuk diketahui bahwa asmaul husna tidak hanya terbatas
sampai bilangan sembilan puluh sembilan. Sebagai dalilnya ialah apa yang
telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya melalui
Yazid ibnu Harun, dari Fudail ibnu Marzuq, dari Abu Salamah Al-Juhanni,
dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Mas'ud
r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حُزْنٌ فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي
عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكِ، ابْنُ أَمَتِكِ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ
فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ
لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَعْلَمْتَهُ أَحَدًا مَنْ خَلْقِكَ،
أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ
الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ
صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ
هَمَّهُ وَحُزْنَهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا". فَقِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَفَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ فَقَالَ: "بَلَى، يَنْبَغِي لِكُلٍّ
مِنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا".
Tidak sekali-kali seseorang tertimpa kesusahan, tidak pula kesedihan,
lalu ia mengucapkan doa berikut: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah
hambamu, anak hamba, dan amat (hamba perempuan)-Mu, ubun-ubun (roh)ku
berada di dalam genggaman kekuasaan-Mu, aku berada di dalam
keputusan-Mu, keadilan belakalah yang Engkau tetapkan atas diriku. Aku
memohonkan kepada Engkau dengan menyebut semua nama yang menjadi
milik-Mu, yang Engkau namakan dengannya diri-Mu, atau yang Engkau
turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang
dari makhluk-Mu, atau Engkau menyimpannya di dalam ilmu gaib di sisi-Mu,
jadikanlah Al-Qur’an yang agung sebagai penghibur kalbuku,-cahaya
dadaku, pelenyap dukaku, dan penghapus kesusahanku," melainkan Allah
menghapuskan darinya kesedihan dan kesusahannya, dan menggantikannya
dengan kegembiraan. Ketika ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
kami boleh mempelajarinya?" Rasulullah Saw. menjawab: Benar, dianjurkan
bagi setiap orang yang mendengarnya (asmaul husna) mempelajarinya.
Imam Abu Hatim ibnu Hayyan Al-Basti telah meriwayatkan hal yang semisal di dalam kitab Sahih-nya.
Seorang ulama fiqih yaitu Imam Abu Bakar ibnul Arabi, salah seorang imam
mazhab Maliki telah menyebutkan di dalam kitabnya yang berjudul
Al-Ahwazi fi Syarhit Turmuzi, bahwa sebagian ulama ada yang menghimpun
dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagian dari asma-asma Allah yang banyaknya
sampai seribu asma.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya.(Al-A'raf: 180) Yang dimaksud dengan
orang-orang yang menyimpang dalam ayat ini ialah mereka yang menyebut
nama Al-Lata di dalam asma-asma Allah.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya.(Al-A'raf: 180) Mereka mengakarkatakan
Al-Latadari lafaz Allah; dan Al-Uzza dari lafaz Al- 'Aziz (salah satu
asma Allah).
Qatadah mengatakan bahwa makna yulhiduna ialah mempersekutukan asma-asma-Nya (dengan nama-nama lain).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ilhad
artinya mendustakan. Asal kata menurut bahasa Arab artinya menyimpang
dari tujuan, melenceng, membelok, dan melampaui garis. Termasuk ke dalam
pengertian kata ini ialah sebutan al-lahd (liang lahat) pada kuburan.
Dinamakan demikian karena liang ini dibuat di sisi bagian dalam galian
dan tidak lurus dengan garis lurus galian kuburannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar