Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti
ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka
saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia. Allah Ta’ala
berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
Allah swt. menciptakan manusia dari saripati tanah. artinya Allah swt.
menciptakan manusia berasal dari seorang laki-laki dan perempuan,
keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang
juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan yang fimakan oleh
kedua orang tua kita mejadi sperma dan sel telur.
Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi
segumpal daging hingga tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah
itu, Allah menciptakan anggota-anggota badan dan menyusun menjadi
makhluk yang berbentuk seorang bayi manusia.
Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa
manusia pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah.
Tanah yang dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia berasal dari
tanah, dan akan kembali tinggal meyatu dengan tanah.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ
خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ
إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari kiamat. (QS Al-Mukminun Ayat 12-16)
Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang
dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam
dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat.
Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah liat.
Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat,
karena sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini
berarti Adam diciptakan dari tanah, seperti yang disebutkan di dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian
dari tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang
biak. (Ar-Rum: 20)
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا
عَوْف، حَدَّثَنَا قَسَامة بْنُ زُهَيْر، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ
خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ
بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْر الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ
وَالْأَسْوَدُ وَالْأَبْيَضُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ،
وَبَيْنَ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami
Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil
dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di
antara mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang
berkulit hitam, serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut;
dan ada yang buruk ada yang baik, ada pula yang campuran di antara baik
dan buruk.
Abu Daud dan Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari
Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
{ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً}
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13)
Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama
halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ * ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8)
Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:
{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ. فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21)
Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu.
{إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ * فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ}
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23)
Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah
ditentukan hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk kepada
bentuk yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً}
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14)
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi
laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang
berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah adalah darah.
{فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً}
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14)
Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
{فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا}
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14)
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua
kaki berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya.
Ulama lain membacanya 'azman, bukan 'izaman,menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi.
Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى إِلَّا عَجْبُ الذَّنَب، مِنْهُ خُلِقَ وَمِنْهُ (5) يُرَكَّبُ"
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang
punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu
pula dia akan dibangkitkan kembali.
{فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا}
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14)
Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya.
{ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ}
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14)
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat
bergerak hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran,
penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada
kami An-Nadr ibnu Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada
kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang
mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam rahim) telah menjalani masa
empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh ke dalam
janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis pelindungnya).
Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yakni Kami
tiupkan roh ke dalamnya.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Maksudnya,
Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya'bi,
Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu
Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.(Al
Mu’minun: 14) Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan
yang lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi
anak-anak, kemudian mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa, dan
selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia pikun.
Telah diriwayatkan dari Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat
tersebut, karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si
janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada
keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ،
ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ
فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ
رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ
الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ
ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada
kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi
dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,”Sesungguhnya seorang dari
kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam
bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi
‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah
(segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus
kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk
menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan
celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari
kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya
dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu
ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka
hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia
beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”.
[Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]
Hadits ini diriwayatkan oleh
1. Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada-ul Khalq, Bab
Dzikrul Mala-ikah (no. 3208), kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3332. Lihat
juga hadits no. 6594 dan 7454.
2. Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al Qadar no. 2643.
3. Imam Abu Dawud no. 4708.
4. Imam at-Tirmidzi no. 2138.
5. Imam Ibnu Majah no. 76.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ
وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: حَدَّثَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ: "إِنَّ أَحَدَكُمْ ليُجمع خَلقُه فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسِلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ
فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ،
وَعَمَلِهِ، وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ
غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى
مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلَهَا،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا
يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا".
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam
bentuk nutfah), kemudian berupa 'alaqah dalam masa yang sama, kemudian
dalam bentuk segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus
seorang malaikat kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam
tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat kalimat (perintah),
yaitu tentang rezekinya, ajalnya, dan amal perbuatannya, serta apakah
dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi Allah yang
tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian
benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak
antara dia dan surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir
telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka),maka pada akhirnya
ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal
perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan neraka
selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia
termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli
surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari
Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah
berkata, "Sesungguhnya nutfah itu bila telah memasuki rahim, maka
menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat
puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi
'alaqah."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ،
حَدَّثَنَا أَبُو كُدَيْنة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنِ الْقَاسِمُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: مَرَّ
يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
يُحَدِّثُ أَصْحَابَهُ، فَقَالَتْ قُرَيْشٌ: يَا يَهُودِيُّ، إِنَّ هَذَا
يَزعمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ. فَقَالَ: لَأَسْأَلَنَّهُ عَنْ شَيْءٍ لَا
يَعْلَمُهُ إِلَّا نَبِيٌّ. قَالَ: فَجَاءَهُ حَتَّى جَلَسَ، فَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، مِمَّ يُخْلَقُ الإنسان؟ فقال: "يا يهودي، من كلٍّ يُخْلَقُ،
مِنْ نُطْفَةِ الرَّجُلِ وَمِنْ نُطْفَةِ الْمَرْأَةِ، فَأَمَّا نُطْفَةُ
الرَّجُلِ فَنُطْفَةٌ غَلِيظَةٌ مِنْهَا الْعَظْمُ والعَصَب، وَأَمَّا
نُطْفَةُ الْمَرْأَةِ فَنُطْفَةٌ رَقِيقَةٌ مِنْهَا اللَّحْمُ وَالدَّمُ"
فَقَامَ الْيَهُودِيُّ فَقَالَ: هَكَذَا كَانَ يَقُولُ مَنْ قَبْلَكَ.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul
Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib,
dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang
menceritakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang
sedang berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy
berkata, "Hai orang Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.)
mengakui dirinya sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata,
"Sungguh aku akan menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh
seorang pun kecuali hanya oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang
kepada Nabi Saw. dan duduk di dalam majelisnya, lalu bertanya, "Hai
Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?" Maka Nabi Saw. menjawab: Hai
orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan antara air mani
laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-laki berbentuk kental,
darinya tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani perempuan
berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu
berkata, "Memang demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi)
sebelum kamu."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي
الطُّفَيْل، حُذَيْفَة بْنِ أُسَيْد الْغِفَارِيِّ قَالَ: سمعتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَدْخُلُ المَلك
عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ
لَيْلَةً، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَاذَا؟ أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ أَذَكَرٌ
أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ، فَيَكْتُبَانِ. فَيَقُولَانِ: مَاذَا؟
أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَكْتُبَانِ
ويُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَثَرُهُ، وَمُصِيبَتُهُ، وَرِزْقُهُ، ثُمَّ تُطْوَى
الصَّحِيفَةُ، فَلَا يُزاد عَلَى مَا فِيهَا وَلَا يُنْقَصُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr,
dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malaikat masuk ke
dalam nutfah sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh
malam, lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya
catat? Apakah dia termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia
laki-laki atau perempuan?" Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk
menulis laki-laki atau perempuan; dan malaikat itu menulis pula amal
perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian
lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan atas apa yang telah tertulis
dan tiada pula pengurangan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan
lafaz yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu
Wasilah, dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan
lafaz yang semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
عَبْدَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عليه وسلم قال: "إِنَّ اللَّهَ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلكًا فَيَقُولُ: أَيْ
رَبِّ، نُطْفَةٌ. أيْ رَبِّ، عَلَقَةٌ أَيْ رَبِّ، مُضْغَةٌ. فَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ خَلْقَهَا قَالَ: يَا رب، ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَمَا
الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ؟ " قَالَ: "فَذَلِكَ يُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang
malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku,
masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah; wahai
Tuhanku, telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk
menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia
laki-laki atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan
bagaimanakah dengan rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Yang demikian itu dicatat di dalam rahim ibunya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih
masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.
Firman Allah Swt.:
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam
menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan
dari suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti
bentuk manusia yang lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman:
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Zaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah
mengatakan, "Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika
ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun:
12), hingga akhir ayat. Maka aku berkata, 'Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah firman selanjutnya,
yaitu:'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik'. (Al Mu’minun:
14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan
kepada kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi, dari
Zaid ibnu Sabit Al-Ansari yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw.
mengimlakan kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. (Al
Mu’minun: 12) sampai dengan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang(berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14). Maka Mu'az berkata,
"Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu Rasulullah
Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw., mengapa engkau
tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah ayat ini
diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta.”
Di dalam sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan
dia orangnya daif sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah
yang parah.
Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit
menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah.
Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah
Rasulullah Saw. berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ}
Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al Mu’minun: 15)
Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah itu kalian akan mati
{ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ}
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di hari kiamat. (Al Mu’minun: 16)
Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)
Yaitu di hari berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya
masing-masing, lalu semua makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang
yang beramal akan dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya
baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya
buruk pula.
Sungguh ayat-ayat berikut bisa sebagai renungan berharga. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. Al
Jumu’ah [62] : 8)
Kematian akan tetap menghampiri seseorang, walaupun dia berusaha
bersembunyi di dalam benteng yang kokoh. Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الموت وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’ [4] : 78)
Jadi, kematian (maut) adalah benar adanya.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf [50] : 19)
Manfaatkanlah umur yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya, janganlah sia-siakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ
صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ
شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Ambillah lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum
datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3]
Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum
datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al
Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At
Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim).
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
كَفَى بِالمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd)
Dengan ingat akan mati, seseorang akan bersegera beramal dan tidak
panjang angan-angan. Semoga risalah singkat ini bisa sebagai pengingat
yang berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar